09. New Mem~

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ohisashiburi~

Jangan timpuk saya dan selamat membaca~


..
.

Aku terbangun di pagi hari. Melihat sekitar ternyata aku masih berada di kamar Rinto dan pemilik kamar masih tertidur di sana. Ya sudahlah, toh hari ini libur. Aku beranjak dari kasur dengan tujuan ke kamar mandi.

Ada yang berada di kamar mandi tidak ya?

"Oh [Y/N], bangunmu pagi ya."

Aku terhenti lalu menoleh ke sumber suara. "Huh? Luki? Selamat pagi."

"Selamat pagi [Y/N]," sapanya dengan senyum manis.

Pandanganku kini tertuju kepada koper di dekat kakinya. "Koper? Ingin pindah keluar atau ke sini?" tanyaku yang melihat baju rapinya.

"Um itu..." Aku menatapnya bingung, meminta jawaban.

"Ah, selamat pagi [Y/N]," sebuah suara kini mendekat ke arah sini. Terlihat surai ungunya yang diikat satu dan seperti biasa, pemandangan roti sobek.

"Selamat pagi Maz Gakupo." Dan selamat pagi roti sobeknya.

"Mulai hari ini Luki akan pindah ke sini," jelas maz Gakupo yang mungkin mendengar pertanyaanku pada Luki.

Oh iya, aku memang tak melihat Luki selama ada di sini. "Tunggu, sebelumnya Luki tinggal di mana? Mengapa mau pindah kemari? Maksudku... Di asrama tidak begitu enak bukan?" tanyaku yang sepertinya frontal ini. Tunggu, memang frontal.

Kedua lelaki itu saling berhadapan seperti membagi pikiran mereka. "Menurutku hal itu adalah sebaliknya," Luki tersenyum ragu.

Aku terdiam. Semua orang mempunyai masalahnya sendiri-sendiri... kah?

"[Y/N]? Kau pagi sekali."

Aku menoleh kebelakang dan mendapati maz Kioteru di sana dengan baju formalnya. "Selamat pagi. Kenapa maz Kioteru pakai baju formal?"

"Dia mau date," kata Meito yang tiba-tiba datang dengan senyum jailnya.

"Iya, date dengan setumpuk kertas," dalam sekejab wajah maz Kioteru memurung walau masih terdapat senyuman di sana.

"Ah... pekerjaan guru ya? Bersemangatlah maz Kioteru!" sorakku karena cukup merasa bersalah karena mempertanyakannya.

Maz Kioteru menampakkan senyum lemahnya. "Iya, terima kasih. Ngomong-ngomong kau sudah meminta tolong pada Rinto?"

Aku menatapnya bingung. Meminta tolong apa?

"Kau pasti lupa. Meminta tolong untuk diajari olehnya. Kau masih ingat?"

"OH!! Ehehehe... maaf, aku lupa," kataku pelan sembari memegang belakang kepalaku.

"Pastikan hari ini kau dapat belajar dengannya, atau aku yang akan membantumu belajar," kata maz Kioteru yang meletakkan tangannya di atas kepalaku. "Aku berangkat."

"Hati-hati," kata maz Gakupo yang dibalas anggukan singkat dari maz Kioteru sebelum menutup pintu.

Aku menatap maz Gakupo yang dibalas tatapan bingung olehnya. "Maz cocok jadi istri idaman ya."

"Eh?!" Akhirnya ia berdeham dan menormalkan ekspresinya yang kaget tadi. "Aku maunya menjadi suami idamanmu," katanya sambil menunjukan senyum menawannya yang membuatku menutup mataku karena silaunya.

"Silau!!!"

Tiba-tiba wajah maz Gakupo tertutupi oleh sebuah kain dan terlihat Mikuo di belakangnya. "Madam! Saya sudah menangkapnya!" serunya lantang.

"Bagimana madam?! Mau di ikat dan di letakkan di kamar mandi?!" timpal Meito dengan ekspresi yang mirip dengan Mikuo.

Ke kamar mandi lalu melepaskan ini, itu, lalu.... cepat-cepat aku menghapus apa yang telah mengalir dari hidungku ini. "Sudahlah lepaskan saja!" seruku yang masih mengusap bawah hidungku.

"Wah [Y/N] kau terlalu kaku," kata Mikuo sambil melepaskan kain yang menutupi wajah maz Gakupo dengan diiringi tawa kecil.

Biarin, bisa gawat kalau imajinasi liarku terbang bebas di asrama dengan penghuni cowok. Nanti kapalku akan banyak berlayar dan semakin jauh... jauh... nan...

"[Y/N]?! Kau berdarah!" seru maz Gakupo panik dan terlihat ketiga lelaki lainnya juga begitu melihat sesuatu yang kembali mengalir dari hidungku.

Aku merentangkan telapak tanganku di depan mau Gakupo. "Tenang saja, perempuan itu selalu.... biasanya pendarahan setiap bulan." Aku menyelesaikan usapanku dengan senyum miring. Semoga saja tidak ada kumis yang akan tumbuh.

"Apakah kau yakin? Tak perlu aku buatkan makanan penambah zat besi agar tidak terkena anemia?" tanya maz Gakupo dengan raut khawatirnya.

"Tak perlu, makan besi saja cukup," bisikku sepelan mungkin.

"Kau mengatakan apa [Y/N]?" tanya Meito bingung.

"Tidak-tidak. Abaikan saja. Oh iya, sebenarnya aku ingin ke kamar mandi. Apa aku sekalian mandi saja ya?" tanyaku pada diri sendiri.

"Kau ingin digosokkan punggungmu?" tanya Meito dan Mikuo bersamaan dengan wajah jail mereka.

"Jangan mesum padanya!" seru maz Gakupo dan Luki bersamaan dengan kesal ditambah wajah kesal yang sama.

"Ini kenapa pada kompakan? Pada punya keinginan yang sama ya?" tanyaku datar yang langsung ditatapi oleh keempat lelaki itu. Setelah beberapa detik aku langsung menutup mulutku dan membuang pandanganku.

APA YANG BARUSAN AKU KATAKAN?! INI SEBENARNYA SIAPA YANG MAU SIH?! GILAGILAGILAGILA....

"Kau ingin mandi kan?" Aku menoleh ke sumber suara dan menemukan Rinto sedang tersenyum dan mennyerahkan beberapa lembar pakaian. "Aku telah mengambil selembar baju dan celana secara acak."

"O-oh, terima kasih...." kataku yang menerima lipatan pakaian itu.

Rinto mendekatkan mulutnya ke telingaku. "Bahkan pan.... tsu~" Aku kaget dan lenganku bergerak sendiri meninju perutnya sampai ia terdorong ke belakang.

....

DEJA VU?!

"[Y/N] ternyata kuat ya." Suara kekaguman itu menyadarkanku dan langsung membantu Rinto berdiri sembari mengucapkan 'maaf' berkali-kali yang hanya di balas tawa renyah olehnya.

"Ini sudah kedua kalinya untukmu ya Rinto," ejek Mikuo yang membuat tatapan tajam Rinto ke arah nya.

"Ini sudah kedua kalinya?" tanya Luki kaget.

Ketahuan deh aku bukan cewek feminim. Mungkin aku dimasukkan ke asrama karena hal ini kah?

"Itu benar, lucu sekali loh!" kata Meito sembari tertawa.

"Terus saja tertawa. Tetapi...." Dapat aku rasakan sebuah tarikan dari salah satu lenganku yang membuatku terjatuh ke dada Rinto. "Kalian tak dapat merasakan ini bukan?" tanya Rinto dengan nada yang terdengar menantang.

Wajahku merasa memanas dalam sekejab. Terdengar pula geraman yang menyebutkan namanya. Dengan cepat aku mendorongnya dan berdiri, segera menuju ke kamar mandi.

Memalukan! Tetapi aku senang!

KESAAAL!!!

..............

Setelah berendam air hangat dan menyegarkan kepalaku dengan air, pikiranku menenang. Aku berjalan ke ruang tamu dengan handuk yang melingkar di leherku. Terlihat surai biru dan syal yang senada sedang memunggungiku. Senyumku terbentuk dan menghampirinya.

"Pagi maz Kaito," sapaku mendekatinya.

"Selamat pagi.... [Y/N]..." maz Kaito terdiam melihatku ditambah dengan wajah meronanya. Aku menatap maz Kaito bingung dan menatap diriku yang masih memakai baju. "Aku permisi dulu," katanya sembari berlalu pergi.

"Eh? Maz! .... dia kenapa sih?" Aku menatapnya sampai menghilang di balik pintu ruang makan. Bukankah aku juga harus pergi ke sana? Aku kembali menggosok rambutku dengan handuk dengan bingung.

Author POV

Kaito berjalan cepat ke dalam ruang makan dan langsung duduk di tempat biasanya ia duduk. Gakupo, Luki, Meito, Mikuo dan Rinto yang sudah berada di sana melihat Kaito yang bersemu merah dengan tatapan bingung.

"Ada apa denganmu?" tanya Luki yang mendekati Kaito.

Kaito menundukkan kepalanya yang membuat mereka semakin mendekat untuk melihatnya. ".... melihat...."

"Melihat siapa?" tanya Rinto.

"Keraskan suaramu, kami tak dapat mendengarnya," kata Mikuo.

"Aku...." Kaito terjeda untuk menelan ludahnya yang membuat mereka semakin bingung. "Melihat [Y/N].... sehabis... mandi..."

"APA?! KAU MELIHAT [Y/N] MANDI?!" seru Rinto yang berteriak sembari mendekati Kaito.

"KOK TIDAK AJAK-AJAK SIH?!" tambah Mikuo yang juga ikut mendekati Kaito yang menggeleng takut tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Dengarlah baik-baik perkataannya," kata Gakupo sembari menjitak kepala Rinto dan Mikuo yang membuat mereka meringis memegang kepalanya.

"Bocah aja kupingnya sudah tak beres," ejek Mikuo sembari tertawa kecil, pandangannya kini beralih lagi ke Kaito yang masih sedikit merona. "Lalu hanya hal itu saja yang membuatmu seperti ini?"

Kaito mengangguk lalu menenangkan dirinya dengan menarik dan menghembuskan nafasnya. "Ini sebelumnya adalah asrama lelaki bukan? Kalau tiba-tiba ada seorang gadis yang telah selesai mandi membuatku... apalagi jika itu adalah [Y/N]." Gakupo, Luki dan Meito terdiam sembari melihat satu sama lainnya.

(#kalau nggak ngerti, coba kalian bayangkan.... Kalian yang biasanya melihat cewek diamana2 tiba2 ngeliat cowok yang baru saja selesai mandi dengan rambut basahnya dan tersenyum manis di depanmu. Kalau saya mah sudah kabur sambil teriak. Tunggu ini inspirasi cerita baru :v#)

"Kalau lepas kendali sekarang kita kalah dengannya." Mereka yang ada di sana langsung melihat ke sumber suara, terlihat Gumiya yang sedang melipas kedua tangannya sedada dan menyandarkan badannya di pinggiran pintu.

Iris hijaunya menatap ke arah kelima lelaki yang melihatnya bingung. "Ia sudah berada di sini lebih dari seminggu dan pastinya ia sering sudah melalui hal itu bukan? Kalau kita malah bereaksi berlebihan hanya karena itu, artinya kita kalah," sambung Gumiya yang membuat mereka berlima terdiam.

"Gumiyaku sudah besar!" kata Meito yang menutup mulutnya terharu.

"SIAPA YANG KAU SEBUT GUMIYA-MU ITU?!" seru Gumiya kesal.

"Ia kini telah tumbuh sampai dapat mengatakan hal sebijak itu, aku terharu," kata Meito yang seakan-akan menangis bahagia.

"JANGAN MENGATAKAN SEAKAN-AKAN AKU ANAKMU!!! DAN KALIAN JANGAN IKUT-IKUT MENANGIS!!!" seru Gumiya sambil menjuk Gakupo yang menggerakkan tangannya seperti mengusap air matanya sambil tersenyum dan begitu juga yang lainnya ikut tersenyum senang dengan deraian air mata.

"Ngomong-ngomong [Y/N] dimana?" tanya Gakupo yang memberhentikan akting terharunya itu.

"Oh, tadi aku memintanya untuk menghampiri Len."

"Ia sedang menemui tamu di ruang tamu," lanjut Len sembari berjalan ke samping Gumiya. "Jangan memintanya agar membangunkanku!" protes Len dengan wajah memerah.

"Huh? Aku kira kau akan suka," kata Gumiya menatap Len bingung.

"Memang... tapi jika ia tiba-tiba datang aku pikir aku akan mati karena seorang malaikat menjemputku," gerutu Len dengan wajah imutnya. (#bayangkan sendiri.)

"Len?! Kau akan mati?!" seru Rinto panik sambil memegang kedua bahu Len.

"Loh? Tumben sang Rinto panik," kata Mikuo sambil menaikan sebelah alisnya.

"Tentu saja," Rinto menutup kedua matanya lalu kembali membukanya dan menatap Len di depannya. "Soalnya aku mau malaikatnya." Len langsung menendang tulang kering Rinto dengan wajah datar yang membuat Rinto kembali meringis kini memegang kakinya.

"Untung aku tak membawa alat masak di tanganku," ucap Gakupo pelan yang cukup membuat Rinto merinding ria.

"Tetapi apakah ini tidak terlalu lama [Y/N] di sana?" tanya Luki yang membuat mereka semua terdiam. Detik berikutnya mereka berdesak-desakan berlari ke arah pintu untuk menuju tembok tempat mengintip sang gadis pujaan.

Sesampai di tempat per-intip-an, terdengar suara mesin yang membuat Meito tersenyum kecil.

"Panas! Pelan-pelan dong," gerutu [Y/N].

"Ini sudah sangat pelan," kata seorang lelaki yang membuat mereka saling bertatapan bingung.

"Aw! Jangan kena sana!"

"Ya ya ya, maafkan aku yang nggak profesional," kata lelaki itu dengan nada kesal yang ditahan.

"Itu mesin apa?" bisik Kaito kepada teman-temannya.

Semuanya menggeleng kecuali Meito yang memejamkan matanya. "V****ator," bisik Meito yang membuat mata mereka membelak kaget.

Seketika itu juga mereka keluar lari tempat persembunyian dengan wajah kesal dan panik. Ekspresi mereka luntur saat melihat [Y/N] dan seorang lelaki sedang mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.

"Eh? Ada apa?" tanya [Y/N] bingung melihat para lelaki yang tiba-tiba muncul serempak.

Lelaki yang membantu [Y/N] mematikan mesin di tangannya dengan wajah datar. "Baiklah, aku pamit dulu," katanya sambil mencabut sambungan listrik hairdryer-nya.

"Loh sudah?"

"Tentu saja, kau sudah merengek-rengek kepanasan seperti itu," kata lelaki itu dengan wajah datar menyiratkan kekesalan.

"Hehehe... terima kasih sudah merepotkan," kata [Y/N] sembari tertawa kecil.

Para lelaki (sang penghuni asrama) kini terdiam mematung selama beberapa detik hingga akhirnya mereka mendengar suara tawa yang langsung ditatapi tajam ke sumber suara. Walaupun begitu ia tetap saja tertawa bahkan lebih kencang.

"MEITOOOO!!!!"

"??" ([Y/N])

.
.
.
.
.
.

Well... Saya nda tau kalau memunculkan alat itu apakah termasuk cabul atau tidak :v.

Setelah sekian lama akhirnya saya muncul juga~ mungkin menuju sebulan? (:v).  Saya benar-benar meminta maaf atas ke-writerblock-an saya, hal ini sangat menganggu.

Kalian pasti taulah siapa lelaki yang membantu dirimu di bag akhir2. Padahal awal-awalnya saya benar-benar bleng, tapi malah jadi seperti ini.

Sekalian deh~ saya mau mempromosikan cerita teman saya yang membuat saya sampai mendapat inspirasi.... (Nggak, itu saya-nya yg tercemar -___-)

Jeng2. Saya nggak bilang. Iya saya nggak bilang. Kalau ditanya kenapa..... Pengen aja :v moga dibolehkan oleh kalian para readers-chan. Saya suka alur cerita yang dibawa oleh dia~

Oke akhir kata saya ucapkan terima kasih dan sampai jumpa~

-(01/03/2018)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro