10. Manabu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Manabu (学ぶ) -> belajar
Arigatou Parfaitchan ヽ('▽`)/

.
.
.

Masih di hari yang sama dan sudut pandang yang sama....

Setelah makan [Y/N] (kamu) meminta Rinto untuk mengajarimu dan menceritakan mengapa kau memintanya agar mengajarimu. Anehnya lelaki lain juga ikut belajar bersama, walaupun tak ikut mengajarimu.

Meito yang tidak ikut dalam acara belajar(-mengajar) itu memotret dirimu beserta yang lainnya lalu tersenyum sembari melirik hp-nya dan bergantian melirikmu.

Dirimu yang sedang mencoba menemukan jawaban dari sebuah rumus kini dilihat oleh semua lelaki yang menghentikan aktifitas tangannya. Detik kemudian kau berhenti dan mengangkat kepalamu untuk menatap lelaki itu satu persatu.

"Ada apa?"

Dengan gelagapan para lelaki itu kembali melanjutkan aktifitasnya. "Ti-tidak ada apa-apa!" seru mereka di waktu yang hampir bersamaan.

Kau menahan senyummu agar tak tertawa terbahak di saat itu juga. Bahkan Rinto yang harusnya membantumu malah sibuk dengan tugas sekolahnya sendiri. Eh, maksudnya sok sibuk.

Kau kembali mencoba mengerjakan tumpukan angka yang sebenarnya kau mengerti hanya saja caranya terlalu rumit. Karena menyerah kau mencolek lengan Rinto untuk meminta bantuannya.

"Kenapa?" tanya Rinto seusai kau mencoleknya.

"Dapatkah kau membantuku bagian ini?" tanyamu sembari menunjuk jalan buntu di bukumu.

Rinto mengangguk lalu menjelaskan mengenai jalan keluar di bukumu tetapi lucunya kau malah melihat tangan Rinto sampai di wajahnya. Pandangan matamu terdiam di wajahnya yang sedang serius menatapi buku. Tak lama Rinto memergokimu sedang melihatnya.

"Hei, kalau kau tidak tahu nanti Kiyoteru tidak akan tinggal diam loh." Perkataan Rinto yang memasang wajah jail membuatmu merinding ketakutan.

"Maaf! Bisa tolong ulangi?" Kini pandanganmu mengarah ke buku dan dapat terdengar jelas bahwa lelaki di sebelahmu sedang tertawa pelan. Setelah itu ia kembali menjelaskan persoalan di bukumu.

Setelah selesai menjelaskan, kau tersenyum senang. "Aku mengerti! Terima kasih Rinto," katamu yang menunjukkan senyum termanismu.

Rinto yang melihat itu kini menampakkan semburat merahnya dan membuat yang lainnya merasa iri karena ingin diberikan senyum manis darimu itu. Kau langsung mengerjakan soal yang lain karena senang telah menemukan jawaban soal sebelumnya.

Tak lama kau mendengar ketukan di sebuah tembok yang cukup nyaring dan membuat kamu dan yang lainnya saling menoleh. Terlihat Kioteru tersenyum dan masih memakai jasnya.

"[Y/N], kemarilah," kata Kioteru yang menggerakkan sebelah tangannya agar kau mendatanginya.

Kau yang penasaran akhirnya menuruti untuk mendekatinya. "Ada apa maz? Pekerjaanmu telah selesai?"

"Iya, aku telah mengerjakan banyak kemarin. Lalu... sepertinya kau membuat mereka semua belajar ya," kata Kioteru sambil melirik orang-orang di belakangmu yang membuatmu refleks melihat ke belakang. Mereka yang merasa di lihat kini hanya menunduk, memutuskan tatapan mereka dengan Kioteru.

"Iya.... aku hanya mengajak Rinto, tetapi anehnya yang lain juga ingin ikut. Jadi mengapa tidak?"

Kioteru tertawa pelan. "Baiklah, ini ada hadiah untuk anak manis sepertimu," kata Kioteru sembari menunjukan sebuah kotak.

"Apa itu?"

"Coba buka."

"KEIKIIIII!!!!(CAKE)!!!" serumu saat melihat ada kue dan roti di kotak tersebut. "Terima kasih maz Kioteru!!" serumu kembali menunjukkan senyum manismu. Engkau berbalik tepat saat Kioteru menunjukkan semburat merahnya dan membuat mereka kembali merasa iri.

Setelah itu dirimu dan lelaki lainnya mulai menikmati kue yang telah dipotong oleh Luki. Kau tersenyum senang merasakan [favorite cake] berada di dalam mulutmu.

"Enaknya," katamu yang tenggelam dalam rasa kue di mulutmu.

"Senang kau menyukainya," kata maz Kioteru yang ikut menikmati kue yang sama.

Kau mengangguk senang seakan-akan terdapat efek bunga dan warna cerah mengelilingimu. Hal itu pastinya membuat semua cowok menelan ludah(kecuali seorang). Saat kau kembali ingin menyantap kuemu, pandanganmu melihat seseorang yang sedang serius menatapi dan mengunyah pelan kue di hadapannya.

"Luki, ada apa?" Yang terpanggil kini menoleh menunjukan ekspresi bingung. "Kau menatap kuenya dengan tatapan serius. Apa ada masalah?" tanyamu bingung. (Ini seseorang nya)

"Eh! Tidak bukan begitu! Ha-hanya saja aku ingin mengira-ngira bahan apa saja yang akan di pakai. Mungkin... Aku bisa.."

"Membuatnya?!" potongmu ceria.

"Mungkin..."

"Uwaaaaaah keren!! Hebat banget Luki!" serumu kembali menunjukkan senyum manis dan kembali membuat yang lainnya merasa iri.

"Te-terima kasih..." kata Luki sambil menundukkan wajahnya yang merona.

Setelah itu acara belajar kembali berjalan dengan tenang.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aneh banget bikin chapie ini. Ya untungnya ada bantuan dikit sih mengenai judulnya. Kalau bisa di bilang ini orang nggak ada kerjaan dan inspirasi blas.

Lalu saya ingin bertanya apakah kalian menganggap cerita ini bersambung?

Jika iya, maka saya akan mengatakan...





.
.
.
.
.





.
.
.
.
















.
.
.





.
.





.





MARETMOP!!!!

*BLETAK!*

Riku: mana ada itu?! Lagi pula ini bukan tanggal satu!

Habisnya... Tenang banget itu di atas... (;∀;)

Riku: yang buat siapa?

Ugh...

Riku: sudah lanjutkan saja lagi.

Baaaiiikk....

.
.
.
.
.
.

Setelah selesai belajar kau merentangkan tanganmu untuk melemaskannya.

"Terima kasih atas kerja kerasnya," kata Kioteru sambil tersenyum.

"Terima kasih atas kerja kerasnya juga," balasmu sambil tersenyum. "Rinto, terima kasih sudah mau mengajariku belajar," katamu memasang senyum tak enak.

"Tidak masalah, senang bisa membantumu," katanya sambil tersenyum.

"Oh, aku akan ke dapur dulu untuk menyiapkan makan malam," kata Gakupo setelah melihat jam.

"Perlu aku bantu maz?"

"Jika itu tidak merepotkanmu."

"MAU!" Kau langsung berdiri setelah berseru dengan semangat dan mengikuti Gakupo ke dapur meninggalkan mereka-mereka di belakang.

Setelah kau pergi terjadilah percakapan diantara beberapa lelaki itu.

"Kalian terlihat seperti tidak mengincar [Y/N] sama sekali Mikuo, Meito dan Luki," kata Rinto yang lebih tepatnya seperti bertanya.

"Tidak, tidak perlu melakukan hal seperti itu," kata Mikuo sembari menggeleng.

"Kenapa seperti itu?" tanya Len.

"Apa kalian yakin [Y/N] pasti menyukai kalian?" tanya Gumiya dengan wajah datar.

"Tidak mungkin juga ia memilih kami," kata Luki sambil tersenyum.

"Huh? Lalu kenapa? Bukankah [Y/N] baik kepada kalian?" tanya Kaito bingung.

"Iya itu benar, walaupun ia baik tetapi..."

"Asalkan bisa melihatnya tersenyum dan tertawa... .... bukankah itu cukup?" tanya Meito yang sebelumnya melihat hpnya lalu melirik mereka yang di dekat meja.

"Itu benar, yang terpenting ia bahagia. Lainnya tidaklah penting," kata Mikuo yang melihat ke arah lain.

"Tetapi kau masih menjaili [Y/N] sebelumnya bukan?" tanya Kaito.

"Ya... akan aku kurangi dikit demi sedikit. Tenang saja (aku tidak akan menghalangi kalian)."

Kaito, Len, Gumiya dan Rinto tertegun dan saling bertatapan.

"Itu benar, aku setuju dengan mereka."

"Kioteru?"

Kioteru memasang senyum manisnya. "Aku juga merasa seperti itu, hanya dengan melihat senyuman dan tawa darinya membuatku lebih nyaman. Walaupun semua itu bukan ke arahku. Mungkin tadi itu pertama kalinya ia tersenyum untukku?"

Seketika itu juga mereka mulai di lingkupi rasa penyesalan karena merasa egois.

"Tetapi setelah ini tetaplah menjadi diri sendiri seperti biasa. Jika kita tiba-tiba berubah ia bisa saja kaget ataupun menyalahkan diri sendiri," kata Kioteru yang di jawab anggukan dari yang lainnya.

Your POV

Aku dan Maz Gakupo telah siap dengan celemek kami. Sesekali aku mengintip roti sobeknya yang terlihat dari kaus tipisnya. Maz Gakupo mengajariku memotong sayuran yang tepat agar jariku tak teriris.

Aku hanya mendapat bagian memotong sayuran dan memasak sup, ia tak membiarkan aku untuk dekat dengan minyak. Maz Gakupo terlalu khawatir. Mengenai rasa, maz Gakupo yang menilai.

"Ngomong-ngomong [Y/N]."

"Ya maz?"

"Kenapa kau memanggilku, Kaito dan Kioteru dengan sebutan 'maz'?" tanya maz Gakupo yang membuatku menoleh padanya.

"Apakah itu menganggu?" tanyaku yang menghentikan aktifitasku.

"Tidak, bukan begitu," kata maz Gakupo yang terlihat salah tingkah. "Hanya saja, apakah ada alasan khusus?"

"Sebenarnya tidak ada sih... tetapi mungkin karena maz Gakupo, Kioteru dan Kaito lebih tua dibandingkan diriku lalu lebih... dewasa, aku rasa."

"Dewasa?! Aku?!" tanya maz Gakupo kaget dengan wajah merahnya.

"Huh? Iya, saat itu maz Gakupo yang menengahi mereka di saat pertama kali aku masuk bukan? Dari situ aku merasakan kedewasaan maz," kataku sambil tersenyum. "Maz kan sebenarnya mas yang artinya kakak laki-laki. Jadi aku rasa tidak masalah..."

"Be-begitu ya..." kata maz Gakupo sambil menutupi mulutnya dengan sebelah tangannya.

Yah.. dewasa imut-imut gitu hehe.

(Sisanya saya serahkan kepada imajinasi kalian sendiri-sendiri)

Setelah itu kami menyiapkan makanan di meja makan sebelum jam makan malam. Para lelaki itu ternyata telah sampai di meja makan terlebih dahulu. Wajah mereka terlihat muram dan datar. Apa hanya perasaanku?

Aku menawarkan diri untuk mengambil nasi tetapi ditolak oleh maz Gakupi yang menyuruhku duduk. Setelah itu aku melihat ke mereka semua yang menyantap makanan mereka setelah mengatakan 'itadakimasu' dengan suara kecil. Wajah mereka masih saja menunduk seperti memikirkan sesuatu.

"Apa makannya tidak enak? Apa seharusnya aku tidak membantu maz Gakupo?" tanyaku menyesal.

"Ti-tidak bukan begitu [Y/N]," kata maz Kaito terlihat salah tingkah dengan kedua alis mengkerut.

"Apa ini persoalan yang sama seperti tadi pagi?" Para lelaki saling menatapku bingung. "Mengenai tadi setelah aku selesai dari kamar mandi."

"Tidak itu hal yang berbeda," kata Gumiya tertawa pelan.

"Memangnya apa yang terjadi?" tanya maz Kioteru melihat ke lelaki lainnya.

Rinto yang berada di sebelahnya mulai membisikkan apa yang ia tahu (chapie sebelumnya laaah). Maz Kioteru terlihat mengangguk-angguk saat Rinto membisikkan sesuatu padanya.

"[Y/N] kau tak perlu mengkhawatirkan mereka, mereka hanya sedikit lelah setelah mengerjakan soal tadi," kata Meito dengan senyum riangnya.

"Begitukah?" tanyaku pelan.

"Itu benar [Y/N], maaf membuatmu khawatir," kata Len dengan wajah sedihnya yang membuatku gemas.

"Baiklah," kataku sambil memaksakan diriku tersenyum walaupun beribu-ribu pertanyaan muncul di benakku.

Setelah itu kami menyantap makanan kami dengan suasana hening. Sedikit tak biasa untukku yang telah tinggal di sini walau belum genap sebulan.

Kira-kira apa yang akan aku buat untuk menghibur mereka ya? Sekaligus sebagai ucapan terima kasih sudah mau membiarkanku di sini

.
.
.
.
.

Kali ini beneran selesai desu... chapie kali ini. Yaaaah... Writer blocknya kembali kebanyakan saya kerjakan di se-ko-lah. Padahal ujian/slap/.

Jadi? Ada yang kepikiran untuk memberikan sesuatu kepada para lelaki?

Ya.....
Walaupunsayatahutakbanyakyangakanberkomentar tetapibiarkansayasenangsedikitbolehdong

*BLETAK!*

Riku: mana ada yang bisa baca tanpa spasi gitu?

Anggap saja ada :v

Ah lalu saya kepikiran mau bikin QnA buat para cowok. Ada yang tertarik? Tetapi ya sebisa saya aja dan nggak pasti bener hehe.. Namanya juga OC pinjaman /slap/

Ato ada req lain? Silahkan bisa saya pertimbangkan.

Thank you for waiting~

-(20/03/2018)- subuh uy~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro