Bab 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Srrt ... srrt ...

      Suara yang tertangkap telinga seorang wanita yang sedang melintasi gang belakang rumah warga terdengar sangat mengganggu. Cukup mengirimkan sugesti yang tidak-tidak pada benak si wanita. Dia menoleh ke belakang, tidak ada siapa-siapa.

Srrt ... srrt ...

      Suara itu terdengar kembali. Udara malam yang dingin mendadak semakin dingin memukul tengkuknya, dia mengusapnya. Sugesti di dalam kepalanya benar-benar sudah menguasai seluruh raganya untuk bilang bahwa ini menakutkan. Wanita itu merapatkan jaketnya dan berjalan cepat. Dia juga berusaha menghubungi seorang temannya yang merupakan anggota kepolisian.

      “Tolong jemput boleh? Nanti aku share location,” Suaranya bergetar terbaca oleh lawan bicaranya. Dia menanyakan ada apa, namun wanita itu tidak menjawab. Mau tidak mau, daripada teradi sesuatu, akhirnya temannya akan datang menjemput wanita itu berdasarkan titik lokasi.

      Rasa lega cukup mengusir ketakutan dari tempat nyamannya.

      Sekali lagi, dia menoleh ke belakang, lalu gang-gang terdekatnya. Jujur, dia bukan takut pada hantu, melainkan manusia. Hantu yang bergentanyangan bisa diacuhkan meskipun tetap menakutkan, tapi kalau manusia, dia tak yakin soal penghindaran. Jangankan menghindar, berteriak minta tolong saja mungkin mulutnya terkunci.

      Buuk!!!

      Suara bantingan itu bagai perintah mutlak untuk seluruh sarafnya bekerja ekstra agar berlari dari tempat itu secepat yang dia bisa. Cahaya lampu jalan di depan sana sudah jelas terlihat. Karena ketakutan yang luar biasa, rasanya jarak dekat itu merenggang semakin jauh.

      Dia sudah tak kuat lagi berlari, akhirnya berhenti.

      “Siapa pun di sana, jangan macam-macam! Saya sudah menelpon polisi!" Wanita itu memasukkan tangannya ke dalam tas, meraih senjata tajam yang dia ingat selalu bersiaga di dalam tasnya.

      Wanita itu berputar-putar dengan langkah lambat di tempat. Keringat telah mengucur membasahi wajah. Bulir-bulir itu dibiarkan menetes tanpa mau diseka. Suara derap langkah terdengar tanpa bisa dipastikan darimana asalnya, membuat wanita itu semakin gugup dan tidak mampu mengendalikan dirinya.

      Dia merasakan adanya sentuhan pada bahu. Tubuhnya menegang, tak sanggup menoleh, dia hanya melirikan matanya. Seseorang berjaket parasut berdiri menyerong di belakangnya. Wanita itu memutarkan tubuhnya cepat dan menodong orang tersebut dengan pisau di tangannya.

      “Hei, tenang, ini aku,” Laki-laki berjaket parasut mengangkat kedua tangannya.

      Lega. Wanita itu bersyukur temannya masuk ke kepolisian, sehingga sigap pada setiap panggilan.

      “Ada apa, sih? Biasanya juga pulang malam dan nggak takut,”

      “Tadi, aku dengar ada suara seseorang sedang menyeret sesuatu,” cerita wanita itu.

      “Kamu yakin ada dua suara?” Wanita itu mengangguk. “Di mana?” Dia menunjuk pada salah satu gang yang di dekatnya ada tempat pembuangan. “Kamu tunggu sini, aku cek dulu,” Wanita itu menggeleng, dia memilih ikut daripada harus berdiam diri. Dia juga penasaran.

      Trash bag. Wanita itu sangat yakin kantong sampah itu tadi tidak ada di sana sewaktu dia melewati gang tersebut. Dia ungkapkan apa yang dia tahu pada temannya.

      Laki-laki itu hanya mengangguk, kemudian mendekati kantong sampah tersebut. Bau. Hal pertama yang menyapa indera penciumannya. Sarung tangan lateks yang selalu tersedia di saku jaketnya dia ambil dan pakai. Dia berniat membuka kantong itu untuk memastikan isinya hanyalah sampah makanan busuk.

      Si wanita mencondongkan dirinya di belakang tubuh temannya.

      “Aaaa .....”

_○0○_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro