BAB 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

      Ini adalah hujan di hari kedua bulan Oktober. Ryu, laki-laki yang sedang mengatur kunci gitar di balkon rumahnya lagi-lagi menyaksikan seorang gadis yang baru dia lihat setelah tiga bulan menetap di Cluster Anggrek sedang mandi hujan saat semua asyik bergelung di bawah selimut. Kemaren gadis itu juga ada di halaman rumahnya, tepat di depan rumah Ryu. Asyik berlarian ke sana-kemari layaknya anak kecil. Padahal jika dilihat-lihat, umur mereka sama atau mungkin gadis itu lebih muda setahun darinya. Meski bermain di bawah hujan deras, dia tetap mengenakan mantel dan payung.

      Tatapan mereka tak sengaja bertemu, begitulah pendapat Ryu. Dari jarak yag cukup jauh, sulit menentukan apakah dia melihat ke arahnya atau justru ke tempat lain. Tapi tak lama gadis itu melambaikan tangan. Ryu tidak mungkin langsung membalas lambaian tangan itu, takut-takut salah orang, malah membuatnya malu. Ryu menunjuk dirinya sendiri, gadis itu mengangguk, dengan kikuk Ryu membalas lambaian gadis itu.

      “Baru, ya?” Gadis itu berteriak di tengah derasnya hujan, untung saja terdengar.

      “Iya, tiga bulan,” balas Ryu. Ini salah, pikirnya. Tidak baik berbicara dengan jarak begitu jauh, tidak sopan. Ryu masuk ke dalam rumah. Turun ke bawah dan mengambil payung yang biasa tertata rapi di samping pintu. Dia keluar rumah, berniat mendekati gadis itu untuk mengobrol.

      “Kenapa turun?” Gadis itu menghampirinya yang berdiri di depan pagar.

      “Nggak sopan ngomong teriak-teriak begitu, ini bukan hutan,” Gadis itu mengangguk tersenyum. Dia membukakan pagar rumahnya.

      “Chica Iluviosa, panggil Chica atau Iluv juga boleh,” katanya memperkenalkan diri tanpa uluran tangan.

      “Iluv? Maksudnya i love?” kelakar Ryu. Gadis itu tertawa tak bersuara. “Canda, aku Ryu Alberto, panggil Ryu aja. Oh iya, kok baru kelihatan?”

      “Aku homeschooling, jadi di dalam terus,” Anak itu terdiam, maniknya masih memperhatikan Ryu, bikin Ryu jadi salah tingkah. “Aku nggak punya teman di sini, mau temani aku ke Indomart beli keju? Aku lapar, pengin makan keju.”

      “Lapar makan keju? Yakin kenyang?” Ryu memikirkan sebuah tempat makan terdekat yang menyediakan menu berbahan keju. Dia ingat di mana. “Bajumu basah?” Gadis itu menggeleng. “Kalau begitu ikut aku, ada Cafe di depan SMA 1 yang nyediain menu serba-serbi keju, enak kok, daripada makan keju aja, belum tentu kenyang. Gimana, mau?”

      Gadis itu tidak langsung menjawab. Dia menoleh ke belakang. Ryu baru sadar kalau di teras rumah berdiri seorang laki-laki berpakaian layaknya pelayan bangsawan. Masih terlihat muda. Laki-laki itu mengangguk dan tersenyum ke arah mereka.

      “Kalau gitu ayo, aku lapar!”

______________________________________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro