BAB 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

      Sebatang rokok terapit di sela antara dua jari Ryu. Dia dan dua temannya tengah bersantai di ruang terbengkalai yang dulu pernah menjadi kelas, sebelum sekolahnya di renovasi. Teman-temannya sibuk beradu strategi dalam permainan daring yang sedang digilai para kaum millenial. Suara berisik mereka tidak sedikit pun mengganggu pikiran Ryu yang sedang terbayang-bayang peristiwa kemaren siang, saat jam makan siang.

      Gadis itu, sangat berbeda di mata Ryu. Cara makannya penuh tata krama, layaknya seorang bangsawan. Dia tidak berbicara selama makan, namun selesai makan, gadis itu kembali menjadi gadis normal pada umumnya. 

      Topik obrolan yang mereka bahas sangat tidak membosankan. Dari mulai game, film bahkan pertandingan bola, gadis itu amat menguasai materi pembicaraan siang itu, bahkan dia tahu betul Fast & Furious dan The Expendables. Tidak seperti kebanyakan gadis yang mampir di hidup Ryu, ketika membicarakan hal yang digandrungi para lelaki, responnya hanya 'ya' dan cengiran tanda tak mengerti atau tidak tertarik sama sekali. 

      Saking serunya obrolan, tidak terasa mereka sudah sangat lama duduk di Cafe itu, hingga waktu nyaris memasuki adzan magrib. 

      Dalam perjalanan pulang, Ryu sempat menanyakan berita yang sedang heboh di tempat tinggal mereka. Rupanya, meski di dalam rumah, gadis itu tidak ketinggalan berita.

      "Takut?" Anak itu menggelengkan kepala mantap. "Kenapa nggak takut?"

      "Karena aku nggak pernah keluar malam, jadi aman, kan?" 

      Bukan tentang jawaban gadis itu yang membuatnya mengenang kejadian siang kemaren, melainkan ekspresinya yang mampu menggetarkan jiwa hingga setara dengan gempa bumi 9 SR. Senyuman anggun dan penuh wibawa yang belum pernah dilihatnya di mana pun seumur hidupnya.

      "Wah, lagi jatuh cinta, nih, anak. Ngaku lo sama siapa?!" Arya, teman satu kelasnya mendelik curiga. Membuyarkan film reka adegan di kepalanya.

      "Jatuh cinta? Kayaknya masih dalam tahap menganggumi," jawab Ryu menerawang menembus langit.

      "Wih, sama anak mana lagi?" Anak mana lagi ... Terdengar seakan Ryu adalah laki-laki playboy yang suka memikat banyak perempuan untuk disakiti. Ah, dekat secara khusus saja tidak pernah. Hanya sekedar saling menyimpan nomor HP dan mengobrol.

      Nomor HP ... mereka belum bertukar nomor WhatsApp.

      Tepat saat itu langit berubah kelabu. Hujan akan segera turun. Ryu tak mengindahkan pertanyaan dan tatapan penasaran teman-temannya. Dia bergegas keluar, mendorong kasar pintu yang tertutup dan memanjat dalam satu langkah tembok pembatas  keramaian di luar sekolahnya. Dia berniat cabut.

      "Tuh, anak kenapa, sih?"

      "Biarin aja, Ar, lagi kesetanan dia."

_o0o_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro