BAB 4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kilat yang sesekali menunjukkan eksistensinya di langit tak sedikit pun menghentikan langkah Ryu untuk menemui tetangganya. Pikirannya telah menari-nari membayangkan apa yang akan dia lakukan bersama Chica selama hujan terus mengguyur setiap inci bumi yang kehausan.

Ramai orang yang melintas di dekatnya memandang heran, seorang anak sekolah di jam sepuluh telah berkeliaran dan basah kuyup tidak ada ancang-ancang untuk berteduh, apa lagi kalau bukan membolos dan lihatlah senyum yang terus mengukir, sudah gilakah anak itu? Mungkin begitu isi pikiran mereka. Atau mungkin juga ada yang berpikir bahwa dia izin pulang lebih dulu sebab ada urusan yang membuatnya teramat senang dan tidak bisa menunggu.

Ryu tidak peduli. Dibenaknya hanya ada satu pertanyaan. Ke mana dia akan membawa gadis itu bermain-main di bawah guyuran hujan tanpa perlu diganggu kerumunan orang-orang yang sibuk menggunakan fasilitas publik?

Taman.

Dia sedang melintasinya kala jawaban itu muncul. Taman sepi, sangat sepi, tidak seorang pun pengunjung ada di dalam sana. Tapi pedagang kaki lima setia berdiri di pinggir jalan menjajakan dagangannya, mengharapkan ada yang singgah dan membeli makanan dan minuman yang mereka sediakan.

Sostang Mozarella 13.000

Tulisan itu sangat elok dibaca, seolah surga ada di sana. Makanan favorit Chica. Maka telah ditetapkan sejak detik itu, Ryu akan membawa gadis itu ke sini, ke taman. Hujan semakin deras, langkahnya semakin patas memasuki gerbang kompleks tempat tinggalnya.

Di depan sana, di balik pagar silver, seorang gadis tengah memayungi setangkai bunga yang sedang dielus-elusnya seumpama hewan peliharaan, berbalut mantel-dengan warna yang berbeda dari yang kemaren-riang tak pernah lepas dari wajahnya. Dan masih di posisi yang sama, pakaian sama dan sikap yang tidak berniat diubah, laki-laki berusia awal tiga puluhan itu berdiri di sana, memperhatikan si gadis yang mencoba melindungi sebuah tanaman dari terpaan hujan langsung.

"Hai!"

Gadis itu mengintip dari bawah payung.

"Eh, hai! Udah pulang?" Chica tidak berdiri menyambut, tetap jongkok menemani bunganya.

Ryu menggeleng. "Bolos."

"Kenapa? Entar ketinggalan pelajaran, loh!"

"Mau mandi hujan sama kamu. Mau, nggak?"

"Itu kamu udah mandi hujan," Gadis ini terlihat polos, tapi Ryu yakin dia tidak benar-benar polos.

"Jangan di sini, bosen. Ke taman, yuk? Di sana sepi kok, cuma ada pedagang dan satpam yang nungguin,"

"Nungguin kita?"

"Emang kita presiden di tungguin," kelakar Ryu.

Lagi, gadis itu menoleh pada laki-laki yang berdiri di teras rumah, namun kali ini duduk menikmati bacaan yang ditulis seorang jurnalis. Laki-laki itu menangguk. Chica kembali menatapnya dengan senyum.

"Ayo!" Gadis itu belum beranjak dari posisinya, dia kembali menoleh ke belakang. "Ephraim, boleh aku nggak pakai payung? Berat, nggak seru!" Untuk pertama kalinya Ryu mendengar gadis itu bertingkah manja.

"Boleh aja, asal nanti kamu mau minum ramuanku," teriak laki-laki yang dipanggil Ephraim itu. Ryu agak sedikit risih, sebab tidak ada embel-embel 'Kak' atau 'Pak' sebagai bentuk kesopanan dari yang muda pada yang tua.

"Oke, tapi jangan terlalu banyak." Chica meletakkan payungnya di depan tanaman yang dielusnya tadi, seakan tanaman itu tidak boleh terkena hujan. "Tasnya taruh di rumahku aja, biar pundaknya nggak sakit."

Ryu menurut. Pagar terbuka, membiarkan gadis itu mengambil tasnya dan berlari kecil ke laki-laki di teras yang sudah mengulurkan tangan siap menerima tasnya.

"Udah lama aku nggak ke taman, ayo cepat!"

Siang itu menjadi siang bersejarah bagi Ryu. Belum pernah sekali pun dia benar-benar tulus mengajak seorang gadis tanpa ada niat yang terselubung.

Selama ini hanya karena mau memotret dan tidak mau pergi sendiri Ryu baru mengajak teman perempuannya saat teman-temannya sibuk dengan Mobile Legend atau PUBG mereka.

Taman bagai milik mereka berdua. Tidak ada pengunjung.

Chica berlarian ke sana-kemari. Persis anak lima tahun yang baru diizinkan mandi hujan. Ryu mengabadikan momen itu di dalam kamera HPnya.

Setiap bunga yang tumbuh akan mendapatkan sentuhan lembut dari tangan putih itu-Yang pernah dirasakan Ryu secara tidak sengaja, sangat halus. Jika ada pilihan di depannya saat ini, dia ingin menjadi bunga paling indah nan mempesona dan menonjol di taman ini agar menjadi pusat perhatian Chica.

Kamera HP Ryu berhasil mengisahkan tentang gadis anggun itu di bawah hujan.

_o0o_



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro