15🌸

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dengan tarikan napas dalam, Astrid dan Filomela mengumpulkan keberanian untuk melangkah masuk ke ruang kepala sekolah di pagi yang sejuk ini.

"Permisi, Bu," ujar Astrid setelah membuka pintu ruang kepala sekolah, sambil melangkah masuk bersama Filomela.

Filomela dan Astrid terkejut melihat seorang wanita gemuk berambut pirang pendek dengan mata sipit-Kepala Sekolah SMA Garuda-tengah sibuk mengetik di laptopnya.

Ketika menyadari kehadiran dua siswi yang memasuki ruangannya, Kepala Sekolah menghentikan jemarinya sejenak, menoleh, dan tersenyum saat mengenali salah satu dari mereka.

"Oh, Astrid? Ada apa, sayang?" wanita gemuk itu bertanya dengan suara lembut kepada Astrid, seolah-olah sedang berbincang dengan anaknya sendiri.

Filomela terperangah melihat bagaimana Astrid diperlakukan dengan begitu manja oleh kepala sekolah, padahal wanita gemuk itu dikenal luas karena ketegasan dan sikap galaknya-baik terhadap murid, guru, staf sekolah, maupun orang tua murid.

Wajah Astrid tampak berseri-seri sebelum akhirnya ia kembali bersuara, "Saya mau ngasih ini, Bu." Gadis berambut kuncir kuda itu menyerahkan lima lembar formulir pendaftaran yang telah dikumpulkannya kepada Kepala Sekolah.

Setelah menerima lembaran-lembaran formulir itu, wanita gemuk tersebut memeriksa satu per satu dengan teliti, hingga akhirnya ia memberikan tanggapannya.

"Lima anggota utamanya sudah lengkap ya," Setelah meletakkan lembaran formulir di mejanya, Kepala Sekolah mengambil selembar kertas lain dari dalam laci. Ia menandatangani dan memberi stempel di beberapa bagian, lalu menyerahkan kertas itu kepada Astrid. "Ini adalah bukti penting yang menyatakan ekstrakurikuler kalian telah resmi berdiri dan disetujui olehku, sekarang kalian hanya perlu meminta tanda tangan beberapa guru yang sudah kucantumkan namanya di sana."

Begitu keluar dari ruang kepala sekolah, Astrid dan Filomela saling berpelukan dengan penuh kegembiraan. Keduanya hampir tak bisa menahan histeria, begitu bahagia mengetahui bahwa ekstrakurikuler mereka kini resmi terbentuk.

Dengan tergesa-gesa, mereka menuju ruang guru. Untungnya, semua guru yang namanya tercantum di kertas yang disiapkan kepala sekolah bersedia memberikan tanda tangan dengan senang hati, mungkin karena permintaan Astrid, Ketua OSIS yang sangat dihormati di seluruh sekolah.

Jika Filomela meminta tanda tangan sendirian, kemungkinan besar hasilnya tidak akan semulus itu; bisa jadi banyak yang menolak, mengingat gadis berambut merah muda itu tidak memiliki reputasi sebaik Astrid.

Setelah mengumpulkan semua tanda tangan dari para guru, Astrid dan Filomela kembali ke ruang kepala sekolah untuk menyerahkan kertas tersebut. Akhirnya, wanita gemuk bermata sipit itu meminta salah satu staf sekolah untuk mengantarkan mereka berdua ke ruangan yang akan menjadi tempat ekstrakurikuler mereka.

"Wow!" Filomela terpesona melihat ruangan yang baru dimasukinya, yang kelak akan menjadi tempat ekstrakurikuler mereka.

Masih kosong, hanya terdapat lantai, dinding, jendela, dan atap, namun yang membuat Filomela terpesona adalah ukuran ruangan ini yang begitu luas. Rasanya mereka bisa mengumpulkan ratusan anggota jika ruangannya selapang dan selega ini.

"Terima kasih, Pak." ucap Astrid kepada seorang staf sekolah yang mengantarkan mereka ke ruangan ini, mengucapkan terima kasih saat orang tersebut pergi, membiarkan Si Ketua OSIS dan Filomela menjelajahi ruang ekstrakurikuler mereka. "luas banget ya?" bisik Astrid kepada Filomela, yang masih tampak terpesona oleh tempat ini.

Filomela menganggukkan kepala, menyetujui pernyataan Astrid. "Iya, luas banget!" Suara Filomela menggema saat ia berseru.

Kemudian, sebuah pemikiran muncul di benak Astrid. "Karena masih belum diberi nama, kira-kira nama yang bagus buat ekstrakurikuler kita apa ya?" gumam Astrid, mendorong Filomela untuk ikut merenungkan hal tersebut.

Tentu saja, Filomela terkejut dan baru menyadari hal itu. Dengan sigap, ia segera melontarkan idenya dengan penuh percaya diri. "Gimana kalau namanya 'Ekskul Anti-Bullying'?"

"Hmmm, kayaknya itu terlalu umum," kata Astrid, sambil memicingkan matanya, menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap ide pacarnya. "apa ya yang bagus."

Mendengar nama buatannya langsung ditolak oleh Astrid, bibir Filomela bergetar, dan matanya berkaca-kaca, seolah ingin menangis. Namun, ia berusaha menahan diri, tidak ingin pacarnya menyadari betapa remuknya hatinya saat ini.

Sisi cengeng Filomela yang menggemaskan mulai muncul kembali.

"Ah! Aku tahu!" Seketika, Astrid memekik sambil tersenyum lebar. "Kingdom of Love! Yang artinya Kerajaan Cinta! Bagus gak menurut kamu, Filomela?"

Dengan isakan tangis, Filomela memberi tanggapan, "Kenapa harus 'King'? Yang mendirikan ekskul ini kan kita, dua perempuan yang saling mencintai."

"Oh iya!" Mendengar tanggapan Filomela, Astrid segera menemukan nama yang lebih bagus dan cocok. "Queendom of Love! King diganti jadi Queen, bagus kan!?"

Mata Filomela melebar, kesedihannya seketika sirna dan digantikan oleh ekspresi takjub. Dengan menganggukkan kepala, Filomela segera melontarkan suaranya, "Itu bagus! Aku suka!"

Senang mendapatkan persetujuan dari Filomela, Astrid berbicara dengan tegas, "Kalau gitu, kita sepakat ya. Nama resmi ekstrakurikuler kita adalah Queendom of Love."

Setelah berpikir keras, Filomela dan Astrid akhirnya menemukan nama unik untuk ekstrakurikuler yang mereka dirikan: Queendom of Love, atau Kerajaan Cinta.

Nama ini mengandung pesan bagi semua murid bahwa ekskul mereka akan menjadi ruang yang penuh cinta dan kasih, serta menerima berbagai bentuk cinta yang berbeda. Keduanya percaya bahwa setiap cinta itu istimewa dan pantas dirayakan.

Keesokan harinya, Filomela bersama Astrid, Agnes, dan Laila menempelkan salinan poster promosi untuk ekstrakurikuler mereka di setiap majalah dinding sekolah.

Poster tersebut mengumumkan penerimaan anggota baru untuk Queendom of Love, dengan tulisan yang berbunyi:

EKSTRAKURIKULER BARU -QUEENDOM OF LOVE- TELAH DIBUKA!!!

BAGI KAMU YANG MERASA,

TIDAK DILIHAT

TIDAK DIDENGAR

TIDAK DIAKUI

QUEENDOM OF LOVE AKAN JADI TEMPAT YANG AMAN UNTUKMU!

SEMUA ORANG DITERIMA, TANPA KECUALI!

JADI KAPAN NIH KAMU MAU BERGABUNG?

Filomela terengah-engah saat kembali ke ruang ekskul, kini duduk di ambang pintu setelah menyelesaikan tugas menempelkan semua poster promosi di setiap mading kosong di sekolah. Rasanya sangat melelahkan, namun juga memuaskan. Filomela merasa bahagia karena dengan adanya ekstrakurikuler ini, ia mendapatkan semangat baru untuk pergi ke sekolah.

Hanya Filomela yang telah kembali, sementara Astrid, Agnes, dan Laila masih belum terlihat di sekitar ruang ekstrakurikuler. Tampaknya mereka masih sibuk menempelkan semua poster promosi. Setiap orang mendapatkan jatah sepuluh poster dari Astrid, sehingga mereka berempat harus mencari sepuluh area yang belum dihiasi dengan poster promosi ekskul Queendom of Love.

Hanya Ricky yang tidak hadir, meskipun dia adalah salah satu dari lima anggota pendiri. Namun, karena sedang menjalani skorsing selama seminggu, dia belum bisa kembali ke sekolah dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan perdana ekstrakurikulernya.

"Aduh~ Aku jadi laper deh~" Perut Filomela mengeluarkan bunyi keroncong setelah ia berlari ke sana kemari untuk menempelkan poster promosi. Rasa lelah yang menghinggapi membuatnya merasa lapar.

Namun, saat Filomela hendak bangkit dari posisinya, ia terkejut oleh kedatangan Astrid.

"Filomela, kamu cepet banget datangnya." Astrid, dengan dada yang kembang-kempis, terkejut mendapati Filomela sudah ada di ruang ekstrakurikuler sebelum dirinya.

Keringat membasahi seluruh tubuh Si Ketua OSIS. Filomela tersenyum ceria melihat pacarnya yang telah kembali.

"Cape tapi seru ya!" Filomela berseru dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. "Semoga aja banyak orang yang tertarik untuk gabung ke ekskul kita! Jadi ga sabar deh!"

Setelah duduk di samping Filomela, Astrid terdiam sejenak, merenung atas pernyataan pacarnya. "Kayaknya bakal susah," Astrid menanggapi perkataan Filomela dengan sorotan mata yang murung. "tadi aja aku lihat, beberapa poster kita yang sudah ditempelin di tiap mading, banyak yang dilepas, disobek, bahkan dibuang ke tong sampah."

"HAH!? MASA SIH!?" Filomela sangat terkejut mendengar kabar tersebut; ia sama sekali tidak menyangka bahwa hal itu benar-benar terjadi. "Kok jahat banget!"

Namun, dalam sekejap, ekspresi murung Astrid sirna, digantikan oleh senyuman tipis yang menyejukkan hati.

"Tapi kamu gak perlu khawatir," Astrid berkata kepada Filomela dengan nada yang penuh ketegasan. "aku yakin, beberapa poster kita yang lain, pasti berhasil menggerakkan hati seseorang untuk daftar dan bergabung bersama kita," Kemudian, ia meneruskan ucapannya. "Lagian, perekrutan anggota Queendom of Love gak melulu nunggu orang daftar, selama kita tahu ada murid yang ditindas, maka kita yang akan datang duluan ke dia dan mengulurkan tangan. Paham kan?"

Akhirnya, Filomela memahami situasi tersebut; rasa lega pun mulai muncul, menghapus ketegangan yang sempat menyelimuti hatinya.

Menghela napas, Filomela melirik Astrid di sampingnya sambil berkata, "Aku kagum deh sama kamu," Filomela mengucapkannya dengan nada pelan, membuat pacarnya tersentak. "padahal tugas kamu sebagai Ketua OSIS banyak banget, tapi anehnya, kamu bisa-bisanya kepikiran buat ekskul kayak gini, yang pastinya bikin kesibukan kamu jadi makin bertambah setiap harinya," Sambil menatap tajam ke mata pacarnya, Filomela berkata, "emangnya kamu ga cape?"

Mendengar semua yang diucapkan Filomela, Astrid mengukir senyuman tipis. "Aku ngelakuin semua ini ada tujuannya," Astrid menjawab dengan suara bergetar. "aku harus ngebuat rekam jejak yang bagus di SMA, biar aku bisa diterima di universitas yang bagus, dan bisa terjun ke 'dunia itu'."

"Ke dunia itu?" ucap Filomela, bingung dengan maksud Astrid yang tersembunyi di balik kata-katanya.

Dengan menganggukkan kepala, mata Astrid tampak berkaca-kaca, seolah menahan tangis. "Aku ingin masuk ke dunia politik, aku ingin mengubah negara ini, agar orang-orang seperti kita tidak lagi diperlakukan buruk seperti ini," Dengan napas yang terasa berat, Astrid meneruskan ucapannya,

"Aku ingin melegalkan pernikahan sesama jenis."

Ketika Astrid mengungkapkan cita-cita terbesarnya, hembusan angin kencang tiba-tiba datang, membuat helaian rambut panjang mereka berayun-ayun.

Filomela terpana, tak hanya terkejut, tetapi juga terpesona oleh apa yang baru saja diutarakan kekasihnya tentang tujuan hidupnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro