14🌸

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saat waktu istirahat, Filomela berpapasan dengan Astrid di koridor. Keduanya pun memutuskan untuk pergi ke kantin bersama. Mereka duduk di meja yang sama, saling berhadapan sambil menikmati makan siang. Di tengah-tengah suapan, Filomela mulai berbagi cerita tentang segala hal yang ia alami terkait proses perekrutan anggota pendiri untuk ekstrakurikuler yang akan mereka dirikan.

Astrid tertawa terbahak-bahak, mengomentari dengan geli berbagai kejadian lucu yang dialami Filomela. "Ya ampun, Filomela, kamu ini ada-ada aja." ujar Astrid di tengah-tengah tawanya. "Tapi itu salahku juga sih, lupa engga ngasih kertas formulir pendaftaran ke kamu, maafin aku ya, Filomela."

Filomela menghela napas pelan, memasang wajah tenang sambil menyesap segelas air mineral sebelum berkata, "Engga papa, kok, justru aku yang salah ga minta dulu ke kamu."

Sambil terkikik pelan, Astrid kembali berujar, "Gimana kalau bareng-bareng aja?"

Tersentak, Filomela tampak bingung, tak mengerti apa yang dimaksud oleh pacarnya dari perkataannya barusan. "Bareng-bareng?" ucap Filomela, mengulang salah satu kata yang tadi dilontarkan Astrid kepadanya.

Astrid mengangguk, membenarkan. "Iya, jadi kita bareng-bareng ngasih formulir pendaftarannya ke kakak laki-laki kamu dan temen sebangku kamu," Filomela tercengang, tak menduga bahwa Astrid akan mengusulkan ide seperti itu. "sekalian, aku juga pengen kenalan sama mereka, tak kenal maka tak sayang, kan?" kata Astrid, menambahkan jargon klasik di omongannya, membuat Filomela jadi tertawa kecil.

Sepertinya Astrid penasaran ingin tahu lebih banyak tentang sosok Ricky, kakak laki-laki Filomela, dan sosok Laila, teman sebangku kekasihnya.

Tentu saja, Filomela merasa senang; ini berarti Astrid benar-benar ingin menjalin kedekatan dengan orang-orang dari dunia si gadis berambut merah muda. Filomela berharap Ricky dan Laila dapat bersikap baik dan ramah kepada Astrid, karena ia ingin orang-orang terdekatnya memberikan penerimaan dan dukungan penuh terhadap kekasihnya.

"Laila!" Filomela berteriak memanggil Laila, yang sedang berjalan pelan menuju gerbang, sementara Astrid berada di sisinya.

Saat ini, waktu sudah menunjukkan saatnya murid-murid pulang ke rumah masing-masing, setelah bel berbunyi beberapa menit yang lalu. Mendengar namanya dipanggil oleh suara yang familiar, Laila, yang awalnya berjalan santai, terkejut dan perlahan menoleh ke belakang.

"F-Filomela?" gumam Laila dengan suara lembut, yang tentu saja tidak terdengar oleh Filomela dan Astrid yang berada jauh di belakang.

Menyadari Laila menghentikan langkahnya, Filomela segera berlari kecil mendekati rekan sebangkunya, diikuti oleh Astrid. Dengan napas terengah-engah setelah berlari, Filomela menyunggingkan senyuman cerah kepada Laila, sementara Astrid hanya melengkungkan senyuman tipis.

Keberadaan Astrid, yang merupakan kakak kelas dan Ketua OSIS di sekolah ini, membuat Laila merasa kikuk dan canggung.

"A-Ada apa, F-Filomela?" tanya Laila, suaranya terbata-bata dan tubuhnya bergetar, saking tegangnya berhadapan dengan Astrid, Si Ketua OSIS, yang berdiri di sebelah Filomela.

"Ini, kertas formulir pendaftarannya, kalau bisa tulis aja sekarang, biar besok bisa langsung diserahkan ke Kepala Sekolah." ucap Filomela, sambil mengulurkan secarik kertas putih di tangan kanannya, berisi data diri bagi murid yang ingin bergabung dengan ekstrakurikuler yang ia buat bersama Astrid.

Setelah meraih kertas itu, Laila membaca isinya sepintas sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. "B-Baik, aku akan menuliskannya sekarang."

Mendengar itu, Filomela dan Astrid saling berpandangan, terlihat senang Laila bersedia mengisi datanya sekarang. Karena Laila membutuhkan tempat untuk menulis, mereka pun duduk di meja panjang yang terletak di koridor area staf sekolah. Filomela dan Astrid memperhatikan Laila yang serius mengisi setiap kolom pada formulir pendaftaran. Gadis berkaca mata itu menggunakan bagian lengan kursi panjang sebagai tumpuan untuk menulis.

"Ini, aku sudah mengisi semuanya." Laila segera menyerahkan kertas itu kembali kepada Filomela, dengan semua kolom yang sebelumnya kosong kini dipenuhi tulisan tangannya yang indah. "K-Kalau begitu, a-aku pamit pulang ya, F-Filomela."

"Tunggu sebentar, Laila," Dengan tiba-tiba, Filomela bersuara, membuat Laila, yang tadinya hendak bangkit dari kursi, mengurungkan niatnya. "ada yang mau kenalan sama kamu."

"Kenalan?" Laila mengerjapkan matanya, terkejut.

"Aku yang mau kenalan sama kamu, Laila," Dengan senyum ramah, Astrid membuka mulutnya, membuat perhatian Laila segera teralihkan kepada sosok gadis berkuncir kuda yang dikenal sebagai Ketua OSIS. "Kamu pasti tahu siapa aku, tapi ini pertama kalinya kita mengobrol, kan?"

Filomela tampak gembira menyaksikan interaksi antara Astrid dan Laila.

Dengan canggung, Laila mengangguk perlahan.

Mendapatkan anggukan sebagai balasan, Astrid kembali berbicara dengan intonasi yang sangat lembut kepada gadis berkaca mata itu, "Karena kamu telah resmi bergabung menjadi salah satu lima anggota pendiri di ekskul buatanku dengan Filomela, nanti kita jadi sering bertemu setiap hari, mohon bantuannya ya, Laila."

Setelah urusan dengan Laila selesai, Filomela dan Astrid segera meninggalkan area sekolah untuk pulang ke rumah.

Namun, mirip seperti kemarin, Astrid berencana untuk mengunjungi rumah Filomela lagi, kali ini dengan tujuan yang berbeda. Bukan sekadar berkunjung, mereka memiliki misi yang telah direncanakan: memberikan kertas formulir pendaftaran kepada Ricky, sekaligus memberikan Astrid kesempatan untuk berkenalan dengan kakak laki-laki Filomela.

"Gimana menurut kamu soal Laila?" tanya Filomela kepada Astrid di sampingnya, saat mereka berjalan di bawah langit sore yang berwarna oranye.

Dengan tawa kecil, Astrid menanggapi pertanyaan itu, "Dia kayaknya tegang banget ya, padahal aku enggak gigit."

Filomela langsung terbahak mendengar itu, "Laila masih canggung sama kamu, jadi gitu deh~"

Setibanya di rumah, Filomela dan Astrid terkejut menemukan Ricky yang duduk di sofa ruang keluarga, tampak asyik menonton acara televisi. Pemuda berambut hitam itu sepertinya belum menyadari kedatangan adik perempuannya dan Si Ketua OSIS, dengan wajah serius terfokus pada layar.

"KAK RICKY! AKU PULANG!"

Filomela langsung berteriak, membuat Ricky terkejut mendengar suara lengkingan adiknya. Dengan ekspresi jengkel, Ricky menoleh ke arah sumber suara, berniat mengomeli Filomela. Namun, keterkejutannya semakin bertambah saat ia menyadari kehadiran Astrid, Si Ketua OSIS, di samping adik perempuannya.

Dengan riang berjinjit, Filomela menghampiri Ricky yang masih duduk santai di sofa, diekori oleh Astrid dari belakang.

"Aku bawa sesuatu buat Kak Ricky," Mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, Filomela segera menyerahkan kertas kosong yang sama seperti milik Laila kepada Ricky. "Nih, kertas formulir pendaftarannya, ayo isi sekarang~"

Menghela napas, Ricky tampak berusaha menahan diri agar tidak marah pada tingkah laku adik perempuannya yang tadi mengagetkannya, mengingat ada seorang tamu di hadapannya.

Mengambil kertas itu dari tangan adiknya, Ricky membacanya dengan seksama.

"Pinjam pulpen." kata Ricky, sambil mengangkat tangan kanannya ke arah Filomela, matanya tetap terfokus pada kertas.

Astrid hanya terdiam, mengamati kakak laki-laki Filomela yang bersikap sangat dingin.

Filomela segera mengeluarkan pulpen miliknya dari dalam tas dan menyerahkannya kepada Ricky. Dengan gesit, pemuda berambut hitam itu mengisi kertas formulir di tangannya dengan cepat, hingga beberapa detik kemudian ia kembali menyerahkan kertas itu kepada Filomela.

"Udah tuh." ucap Ricky dengan ekspresi datar, sambil menyerahkan kertas formulir yang sudah diisinya kepada adik perempuannya.

"Wow, cepet banget." Filomela terkesima melihat betapa cepatnya kakak laki-lakinya mengisi kertas formulir itu.

Dengan tatapan tajam, Ricky memelototi Astrid sebelum akhirnya membuka mulutnya lagi, kali ini ditujukan kepada gadis berkuncir kuda yang berdiri di sebelah adiknya.

"Kamu pacarnya Filomela ya?"

Mendapatkan pertanyaan blak-blakan seperti itu, Astrid tersentak, namun perlahan-lahan ia mengembangkan senyuman dan mengangguk. "Benar, aku Astrid, pacarnya Filomela, salam kenal ya, Kak Ricky." jawab Astrid dengan sopan dan ramah kepada laki-laki berambut hitam di depannya, yang ia ketahui adalah Ricky, kakak laki-laki Filomela dan seorang siswa kelas 12, kakak kelasnya di sekolah.

Astrid dan Filomela terbahak-bahak saat mereka tiba di kamar yang dipenuhi nuansa merah muda. Mereka duduk di lantai, saling berhadapan, sambil menertawakan sikap Ricky yang begitu ketus dan dingin.

"Kakak laki-laki kamu lucu banget ya, ga beda jauh kayak kamu." ucap Astrid di tengah tawa kekehannya.

Mendengar dirinya disamakan dengan Ricky, Filomela kembali tertawa, kali ini lebih keras dari sebelumnya.

"Tapi serius, kakak laki-laki kamu keren, Filomela," kata Astrid setelah tawanya mereda, sambil menatap intens wajah pacarnya. "rela diskors seminggu demi membela adiknya yang dihina sama orang lain. Kamu beruntung banget punya sosok kakak seperti Kak Ricky di hidup kamu."

Tawa Filomela meredup mendengar perkataan itu, membuat gadis berambut merah muda itu terdiam sejenak sebelum akhirnya kembali memasang ekspresi santai.

"Tapi kadang dia nyebelin banget, tahu!" keluh Filomela, mengembungkan kedua pipinya sambil cemberut. "dulu aku sering banget dibentak-bentak sama dia cuma karena lupa naruh piring di rak!"

Astrid hanya terkekeh sebelum bertanya, "Kalau sekarang, dia masih sering begitu sama kamu?"

Seketika, Filomela menyunggingkan senyuman tipis. "Semenjak aku ngaku sebagai lesbian, entah kenapa, sikap Kak Ricky jadi lebih lembut, beda banget sama dia yang dulu."

Tidak ingin terus-menerus menyelidiki kehidupan pribadi Filomela dan keluarganya, Astrid segera beralih ke topik lain. "Aku seneng kalau kakak kamu jadi lembut, dan aku juga seneng karena akhirnya kita berhasil mengumpulkan tiga anggota tambahan buat ekskul kita."

Merasakan kegembiraan yang sama, Filomela melebarkan senyumnya. "Artinya besok ekstrakurikuler kita resmi terbentuk dong!? Aaaah!! Ga sabar banget! Semoga kita bisa dapetin ruangan ekskul yang bagus dan luas! Biar bisa jadi tempat nongkrong kita juga! Hihihi!"

Astrid hanya menggelengkan kepala mendengar celotehan Filomela.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro