Bab 1: Setelah Orientasi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Arial sehari-harinya nggak seaneh itu, kok, tenang aja," seseorang mendadak mencetus di samping Elizabeth.

Gadis kelas 10 itu menengok ke sampingnya, tempat seorang senior baru saja duduk di kursi kosong sebelahnya. Elizabeth mengingat tadi melihatnya di dalam ruangan teater.

"Oh, gue Drew! Andrew, sebenarnya, tapi itu kepanjangan." Drew mengulurkan tangannya, tersenyum berseri-seri.

"Elizabeth."

Drew hanya lanjut menyeringai. "Gue tahu. Arial tadi sebutin nama lo waktu orientasi. Gimana rasanya mendadak dipanggil begitu sama Baginda Raja? By the way, salut sama jawaban lo barusan. Dijamin bakal dijadiin anak emas sama Arial sehabis ini."

Elizabeth mengangkat bahu. "Ini klub teater, kan? Emang gue bisa jawab jawaban lain buat pertanyaan Arial tadi?"

Drew tertawa, menggeleng-geleng. "Lo kayak Arial versi mini," katanya. Tidak kedengaran seperti pujian. "Berencana jadi ketua nanti?"

"Itu di masa depan," balas Elizabeth singkat.

"Serius banget, sih, lo," kata Drew. "Tau kan kalau kita biasanya di PERKASA juga biasa-biasa aja? Arial aja kepengen orientasi yang agak dramatis buat sok keren di depan anak-anak baru kayak lo."

"Oh?"

"Lo harus lihat Arial tahun-tahun lalu gimana," lanjut Drew. "Dia udah kampanye buat PERKASA biar dibentuk lagi sejak kelas 10, tapi baru diberi izin sama kepala sekolah tahun lalu. Bayangin Arial waktu kelas 10, masih piyik-piyik, ngajuin proposal dan presentasi pake ekspresi serius begitu. Kelas 11 begitu PERKASA jadi lagi, bahkan semua kakak kelas udah pada nyerah, ngasih jabatan ketua buat dia langsung."

"Oh," Elizabeth mengulang, merasa tidak nyaman membicarakan orang lain seperti ini, apalagi ketua dari klub yang sedari kecil sudah diimpikannya.

Tidak ada yang salah dengan kata-kata Drew, tapi nadanya ....

Pandangan Drew terhadap Arial ... terasa negatif. Elizabeth tidak tahu kenapa. Sejauh yang dia lihat, Arial adalah pemimpin yang karismatik berdedikasi, dan jelas-jelas memiliki talenta yang dibutuhkan untuk menjadi kepala dari Teater PERKASA. Elizabeth tahu kesuksesan pertunjukan perdana pasca pandemi mereka tahun lalu dipastikan oleh Arial, yang menjadi penulis naskah, asisten sutradara, sekaligus salah satu pemeran utama pada saat yang bersamaan.

Elizabeth tak menyukai situasi ini.

"Tapi cukup ngomongin Arial-nya," ujar Drew ceria. "Lo nggak ikut eskul lain selain PERKASA, kan? Soalnya Arial serius waktu bilang teater bakal menuntut banyak dari lo. Mending nggak usah nyusahin diri sendiri, pake ikut kegiatan-kegiatan lain waktu udah ikut PERKASA."

Katanya cukup ngomongin Arial, lalu dibawa lagi nama sang ketua di kalimat selanjutnya. "Gue daftar eskul Bahasa Korea," ucap Elizabeth. "Tapi pertemuannya hari Senin. Seharusnya nggak tabrakan sama teater, kan?"

Drew terkekeh, yang semestinya kedengaran creepy tapi dengan paras tampan dan ekspresi terbukanya malah membuat Drew kelihatan ... well, seperti seorang mentor menertawakan juniornya dengan ringan hati. "Oh, Elizabeth-ku yang naif," katanya dengan nada iba. "Waktu Arial serius, maksudku Arial serius. Kita mungkin cuma ada pertemuan secara resmi seminggu sekali hari Rabu, tapi Arial bakal minta lebih."

Serius, Drew terobsesi dengan Arial atau apa sih?

"Jadi, gue drop Korea?"

Drew mengangguk-angguk bijaksana. "Yes. Daripada ntar lo keteteran. Mending keluar sekarang daripada waktu akhir semester nanti absensi lo bolong semua. Bolos eskul lebih dari 30%, lo bakal ga naik kelas."

... Ya, memangnya bukannya Elizabeth tidak tahu betapa ketatnya SMA Horizon sebelum mendaftar masuk. "Oke."

"Dan percaya sama gue, lo nggak mau bolos PERKASA. Arial bisa dan bakal kosongin absensi lo, bahkan di minggu-minggu yang sebenarnya lo masuk."

"... Emangnya boleh dia begitu?"

"Ini Arial, Liz. Arial does what Arial wants." Drew mengangkat bahu. "Oh, oh! Tapi lo kan cewek! Bisa kali, lo rayu dia. Udah cukup terpesona dia sama lo tadi kayaknya, waktu di dalem. Masih single kok orangnya, lo nggak bakal jadi pelakor, Liz!" Suara merendah seakan sedang menggerutu, "Soalnya nggak ada cewek yang tahan sama dia."

"Nama gue Elizabeth," kata Elizabeth datar, menyambar ranselnya dan mencengkeram ponselnya. "Sori, gue harus pergi."

"Oh, dah!" Suara Drew menjadi ceria lagi, melambai pada punggung Elizabeth yang menjauh.

Setelah yakin Drew tak dapat melihatnya lagi, Elizabeth buru-buru membuka ponselnya, mengetik cepat.

Bets
lo kenapa pulang duluan, sih?! sialan lo. gue baru aja diajak ngobrol sama senior aneh tau nggak

Taran
wkwkwk. kenapa emang?

Bets
gatau bro😭 aneh banget, bolak-balik ngomongin arial mulu, terobsesi kayaknya

Taran
arial? itu ketua perkasa? atau wakilnya? atau sekretaris?

Bets
TARAN KITA BARU AJA SELESAI ORIENTASI SETENGAH JAM YANG LALU

Taran
otak gue udah kepenuhan sama rumus, mana ada tempat buat inget nama orang? lagipula mentok-mentok nanti gue panggil kak, udah kan ga masalah.

Bets
wakil ketua sama sekretarisnya cewek loh ini ran😭 arial kan nama cowok

Taran
arial bukannya putri duyung ya

Bets
TARAN SAYANGKU ITU ARIEL😭

Bets
omong-omong, biar lo ga mempermalukan diri sendiri nanti. arial itu ketua, keshia (rambut sebahu, kacamata gagang merah) wakilnya, sekretaris itu layla (poni rata, lesung pipi), plus bendahara julian (tinggi, yg mukanya lowkey serem tapi suaranya soft banget)

Bets
kalo lo nanya deskripsinya arial, ntar besok gue jitak lo. kita literally nontonin dia monolog tentang kerennya perkasa setengah jam-an tadi

Taranj
oh, iya, gue inget sekarang, yang omongannya persis sama celotehan lo selama ini

Bets
taran, plis

Bets
also: PEMBUKTIAN BAHWA UCAPAN GUE SELAMA INI EMANG BENER

Taran
legasi, dedikasi, seni menginspirasi, oleh kantuk aku mendadak dikuasai

Bets
WOI RAN.

Taran
EMANG GUE SALAH

Bets
GUE AJA GA NGANTUK

Bets
oh, jemputan gue dateng. dah.

Taran
YA LO KAN LO

Taran
dah. hati-hati. jangan tewas dulu sebelom lo punya kesempatan buat tampil sama perkasa

Bets
jangan khawatir, klo gue mati di kecelakaan lalu lintas gue bakal hantuin lo biar lo ga kangen sama gue.

Taran
wkwk. janji? gue juga sama, tapi gue kayaknya bakal tewasnya karena ini baru minggu kedua sekolah dan besok udah ada ulangan

Bets
lo bakal tewas karena kesandung di tangga gegara lo jalan sambil belajar. salah sendiri masuk ipa lol

Bets
lo ajak chat mulu ntar mentok-mentok gue yang kesandung ini. bai. beneran kali ini

Elizabeth mengulum senyum, kembali mengantongi ponselnya. Berbicara dengan Taran selalu dapat membuat perasaannya lebih baik.

Dia bertemu Taran tiga tahun yang lalu, saat wali kelas mereka mendudukkan mereka bersebelahan. Perlu beberapa minggu bagi mereka mulai berbicara, tapi sejak saat itu, persahabatan mereka erat. 

Taran menghabiskan banyak waktu dengan sabar mendengarkan ocehan Elizabeth tentang pertunjukan-pertunjukan teater favoritnya. Taran selalu ada di sebelahnya saat Elizabeth menonton rekaman-rekaman berkualitas jelek yang tersedia di Youtube. Tepat sebelum pandemi, mereka berdua merupakan anggota pendiri klub teater amatir di SMP mereka, sebuah percobaan kecil yang tentu saja digagalkan ketika mereka dipaksa untuk berhenti bersekolah tatap muka.

Ketika Elizabeth dan Taran sama-sama diterima masuk ke dalam SMA Horizon, keduanya bahkan sudah tidak perlu berkata apa-apa lagi sebelum memilih klub yang sama.

Hari ini pertemuan pertama Teater PERKASA, pertama dari serangkaian pertemuan yang akan menghasilkan pertunjukan-pertunjukan hebat sepanjang tiga tahun ke depan. Dan Elizabeth akan berada di tengah semuanya, dengan sahabat terbaiknya di sisinya.

Namun pertama-tama, Elizabeth harus menghadapi ketuanya yang agak eksentrik dan kakak-kakak kelas yang aneh. 

Elizabeth sudah tidak sabar lagi.

3 Juni 2023
rye

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro