Bab 11

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tiba-tiba saja terdengar teriakan yang membahana dari gedung sebelah. Arabel tersentak kaget dan reflek memegang lengan Kaj. Mereka berdua berpandangan, lalu bergegas keluar dari ruang audio.

Suasana perpustakaan yang temaram karena penerangan dimatikan agar tidak memancing humanoid masuk, membuat Arabel harus mengerjapkan mata supaya matanya bisa menyesuaikan. Dia bisa melihat kelompok orang-orang yang berdiri seolah bisa menatap gedung Akademi.

"Apa yang terjadi di sana?" bisik seseorang dari belakang Arabel.

Gadis itu menoleh dan menemukan Aleksei. Laki-laki jangkung itu baru menyadari keberadaan Arabel dan kembali bertanya. Sesuatu hal yang juga tidak dapat dijawab oleh Arabel.

Rasa takut seolah membumbung di dalam Perpustakaan dengan pekat. Mendadak jam tangan Kaj bergetar tanda ada telepon masuk. Laki-laki itu menatap nama penelpon dan bergegas pergi.

"Maaf Aleksei, aku harus pergi," gumam Arabel, lalu langsung mengikuti langkah Kaj.

Laki-laki muda itu kembali masuk ke dalam ruang audio. Setelah memastikan hanya ada Arabel yang mengikutinya, dia mengangkat telepon dan menjentikkan jari agar hologram muncul. Wajah Profesor Raina langsung memenuhi layar dan dia terlihat panik.

Rektor Akademi itu pasti sedang berada di ruang Teknologi Tradisional, sebuah ruangan yang didedikasikan Akademi untuk menyimpan teknologi lama. Terlihat hiasan dinding berupa senjata tradisional. Profesor Raina sepertinya menggenggam keris. Tangannya terlihat bergetar hebat.

"Kaj! Kunci dari semua ini adalah virus. Aku sudah menyiapkan antivirusnya tapi kamu harus mengambil di tempat semuanya berasal. Aku harus keluar dari ruangan ini dan menjaga mahasiswa lainnya. Mereka menyerbu lantai bawah. Banyak yang sudah terluka. Ingat! Ada tempat semuanya berasal!" Telepon langsung dimatikan.

Ada bel yang seolah berbunyi dalam kepala Arabel. Semuanya masuk akal sekarang. Jika Pusat Data Humanoid dimasuki virus, maka para humanoid bisa berlaku agresif.

"Apa itu tempat semuanya berasal?" tanya Arabel.

"Kita harus ke gedung Akademi." Alih-alih menjawab pertanyaan Arabel, Kaj malah langsung mengucapkan kata-kata itu.

"Tapi bagaimana kita masuk? Banyak humanoid di sana." Arabel masih bisa mendengar teriakan samar-samar yang dibarengi dengan bunyi ledakan di mana-mana.

"Kalian bisa membawa senjata." Terdengar suara yang berasal dari pustakawan. Rupanya ibu-ibu paruh baya itu mencuri dengar ucapan mereka.

"Apakah di sini ada senjata?" Arabel langsung tertarik dengan ucapan pustakawan itu.

"Ada EMP bomb. Kami menyimpan di ruang khusus." Pustakawan itu langsung memimpin mereka untuk berjalan ke ruang khusus yang terletak di bagian belakang perpustakaan.

EMP adalah electromagnetic pulse yang merupakan ledakan energi yang bisa melumpuhkan seluruh peralatan berbau teknologi secara permanen. EMP bomb atau bom EMP biasanya memiliki beberapa skala kekuatan.

"Maaf, aku mencuri dengar pembicaraan mereka. Apakah aku boleh membantu?" Aleksei berjalan cepat di samping mereka. Kaj melirik laki-laki itu dengan raut wajah tidak setuju. Meskipun demikian, Kaj tetap memasang alat penerjemah di telinganya.

"Kalian harus kembali ke Akademi untuk mengambil sesuatu. Banyak humanoid agresif di sana. Senjata yang ada hanya bom EMP, benar?" Aleksei kembali bicara, mengabaikan Kaj. Sementara pustakawan mengangguk.

"Aku adalah mahasiswa yang mempelajari teknologi senjata. EMP adalah mainanku sehari-hari. Jadi aku bisa membantu banyak," ujar Aleksei dengan tenang.

Mereka telah tiba di ruang khusus. Ketika dibuka, ternyata ruangan itu berisi beberapa senjata tradisional, buku-buku yang terbuat dari kertas dan sepertinya langka serta banyak kotak yang entah berisi apa.

Pustakawan memimpin mereka menuju kotak terbesar di pojok ruangan lalu membukanya. Di dalam kotak itu berisi bola-bola kecil. Meskipun kecil, Arabel tahu kalau bola itu sangat berbahaya karena daya rusaknya.

"Bom EMP bisa merusak teknologi di sekitarnya secara permanen. Itu berarti peralatan teknologi kalian juga bisa rusak. Aku bisa mengubah dan membuat bom EMP hanya merusak humanoid saja. Butuh sekitar 30 menit. Apakah kalian bisa menunggu?"

Aleksei sudah duduk di pinggir kotak dan menyalakan tabletnya. Hologram dalam bahasa ibu milik Aleksei langsung memenuhi layar. Arabel memilih untuk duduk di samping Aleksei. Mencari sekutu di saat seperti ini memang penting, tetapi dia harus memastikan motif Aleksei membantu mereka.

"Kenapa kamu mau membantu?" tanya Arabel ingin tahu.

"Untuk membalas budi. Kamu sudah berbaik hati menolong Erik tadi. Lagipula kita nggak bisa terjebak di sini selamanya." Aleksei berkata dengan tenang. Rambut peraknya yang agak panjang diselipkan di belakang telinga.

Tanpa kata, Kaj duduk juga di samping Aleksei, memerhatikan kerja mahasiswa itu dengan cermat. Arabel bisa melihat mata Kaj yang bersinar penuh kekaguman. Sepertinya Aleksei tidak mengada-ada saat mengatakan kalau EMP adalah mainannya sehari-hari.

Sementara menunggu Aleksei bekerja, Arabel memutuskan untuk melihat-lihat ruang khusus itu. Dia berjalan di lorong senjata tradisional. Meskipun tidak sebanyak seperti di ruang Teknologi Tradisional, tapi Arabel bisa melihat belati-belati yang sepertinya akan banyak berguna jika dibutuhkan.

"Aku boleh meminjam beberapa?" tanya gadis itu pada pustakawan yang langsung mengangguk.

Arabel bergegas memilih beberapa benda yang sekiranya akan berguna di luar sana. Dia memasukkan benda itu ke dalam tas kecil yang selalu disandangnya. Tas itu memiliki teknologi melipat ruang di dalamnya, sehingga tidak peduli berapa banyak benda yang dimasukkan, tas itu akan tetap kecil. Ini adalah hadiah dari temannya di Akademi Relawan saat pertukaran pelajar beberapa waktu lalu.

Setelah memilih senjata, Arabel bertanya kepada pustakawan untuk jalan masuk Akademi yang aman. Gadis itu menduga bahwa orang di hadapannya bukan sekedar pustakawan biasa.

"Kalian bisa masuk lewat jalur utara. Di sana ada pintu yang jarang terbuka dan tidak banyak yang tahu. Pintu itu dekat dengan ruang Teknologi Tradisional. Selain itu, kalian bisa membawa peta ini." Pustakawan itu mengeluarkan hologram peta wilayah Akademi dan peta wilayah kota, lalu mengirimkannya pada Arabel.

"Terima kasih sudah membantu kami," ucap Arabel seraya menggenggam kedua tangan pustakawan itu.

"Panggil aku Ira. Kalian harus selamat. Sementara itu, aku akan menjaga mahasiswa yang ada di tempat ini." Ira mengambil beberapa senjata tradisional dan menyimpannya dalam tas yang sama dengan Arabel.

"Aku dulu adalah relawan, jadi aku juga memiliki tas yang sama sepertimu." Senyum di wajah Ira sangat tenang.

Tidak berapa lama Aleksei sudah selesai mengubah sistem EMP. Dia berbincang pelan dengan Kaj yang kemudian berjalan menuju Arabel.

"Aleksei akan ikut dengan kita," ucap Kaj singkat.

"Temanku, Eric, bisa membantu Ira di sini. Eric ahli dalam membuat pertahanan. Jadi pastikan dia membuat pertahanan yang kuat untuk menjaga tempat ini." Aleksei mengangguk pada Ira yang langsung setuju.

Sebelum pergi, mereka berlima berkumpul di ruang audio untuk membagi tugas dan mengecek peralatan. Selama itu pula, Einstein bertengger dengan setia di bahu Arabel. Eric yang masih berjalan sedikit pincang, langsung mengecek keamanan perpustakaan. Dia meningkatkan sistem keamanan sampai maksimal sementara Ira mulai menghitung persediaan makanan.

Pada mereka, Kaj hanya menceritakan bahwa dia perlu mengambil sesuatu di Akademi. Sesuatu itu adalah hal yang bisa membantu mereka mengendalikan humanoid dan Kaj harus menyerahkan sesuatu itu ke pihak berwajib.

Tidak ada yang bertanya lebih lanjut. Posisi Kaj sebagai dosen sudah cukup untuk menjamin keingintahuan mereka. Sepuluh menit kemudian, Arabel bersama Kaj dan Aleksei sudah berada di luar perpustakaan. Pakaian mereka sekarang berwarna hitam dengan tingkat perlindungan yang ditingkatkan.

Persis 50 meter dari perpustakaan, tiba-tiba sebuah humanoid meluncur ke arah mereka dan langsung menyerang. Arabel dengan ngeri melihat Kaj yang menusuk humanoid itu dengan samurai yang dia bawa dari ruang khusus.

"Bersiaplah! Ini akan jadi malam yang panjang." Kaj berlari menuju pintu utara Akademi dengan berpindah dari satu bayangan ke bayangan lain.

Arabel mendesah sambil mengubah sepatunya menjadi sepatu yang lebih tahan dalam segala cuaca. Badai salju sebelumnya menyisakan gundukan-gundukan salju dan es yang membeku sehingga licin. Kaj benar, ini akan menjadi malam yang panjang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro