Bab 13

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Arabel mengerjap, mencoba menghalau butir air yang turun dengan deras dan menerpa wajah. Berkali-kali dia mengusap wajah, sama halnya dengan kedua laki-laki yang berjalan di sampingnya.

Badai turun dengan cepat. Kaj menganggap badai adalah sebuah keuntungan karena mereka bisa berjalan ke pusat kota tanpa harus berhadapan dengan humanoid. Hampir semua humanoid dirancang untuk bekerja di dalam ruangan.

Beberapa kali Aleksei dan Kaj berhenti untuk memastikan posisi. Badai membuat daya pandang mereka terbatas. Arabel memerhatikan gundukan pada dada Kaj. Einstein tidak bisa terbang di tengah badai, maka Kaj memasukkan Einstein di dadanya.

Pakaian yang mereka kenakan sedikit banyak membantu mengurangi efek badai. Setidaknya Arabel tetap merasa hangat karena pakaian ini dirancang untuk menyesuaikan suhu tubuh pemakainya.

"Kita harus ke kanan lagi," ujar Kaj saat mereka tiba di persimpangan.

Tanpa banyak kata, mereka bertiga kembali berlari menembus badai. Nyala lampu minim di jalanan, ditambah lagi hujan deras dan angin yang menerpa wajah membuat gerak mereka terbatas. Pemukiman-pemukiman terlihat gelap. Semua orang pasti lebih merasa aman tanpa cahaya agar tidak menarik perhatian humanoid.

Mereka kembali tiba di persimpangan ketika nyala lampu tiba-tiba membanjiri. Arabel harus mengerjap beberapa kali sebelum menyadari kalau di sekitar mereka sudah ada beberapa orang bersenjata. Sinar yang menerangi mereka ternyata berasal dari beberapa mobil manual.

"Siapa kalian?" tanya salah seorang berbadan tinggi besar yang mengokang senjata.

Arabel melirik Kaj dan Aleksei. Sama seperti kedua laki-laki itu, Arabel berusaha melihat apakah orang-orang di hadapan mereka lawan atau kawan.

"Kami penduduk biasa. Namaku Kaj, ini Arabel dan Aleksei. Kami dari Akademi Teknologi dan ke kota untuk mencari seseorang." Ucapan Kaj membuat orang-orang itu bersikap lebih waspada.

"Kabarnya Akademi Teknologi-lah yang membuat keadaan kacau seperti sekarang," ucap laki-laki berbadan besar itu lagi, sementara teman-temannya mengangguk kecil.

"Kami terkurung di perpustakaan Akademi dan baru keluar setelah saudara laki-lakinya terjebak di kota. Kami datang untuk menyelamatkan anak itu." Kali ini Aleksei yang berbicara.

Arabel memang sempat mengungkapkan kekhawatirannya terhadap Biyan. Tadinya dia bermaksud untuk mencari adiknya itu setelah menyelesaikan urusan dengan Pusat Data Humanoid. Namun, sepertinya Kaj dan Aleksei berpikir sebaliknya.

Belum sempat mereka bereaksi, tiba-tiba terdengar desing benda yang meluncur mendekat. Orang-orang itu langsung mematikan lampu mobil. Kaj menarik Arabel ke belakang mobil. Selama itu, Arabel memerhatikan gerak-gerik orang-orang di sekitarnya yang bergerak seolah terbiasa. Mereka seperti tentara tetapi bukan.

"Merunduk!" teriak suara bariton milik si pemimpin yang bertubuh tinggi besar.

Reflek, Arabel langsung merunduk. Tepat saat itu terdengar desing dan jalanan terbelah. Humanoid itu menggunakan laser pembelah batu. Terdengar suara tembakan dan teriakan membelah malam.

Orang-orang itu mengeluarkan tameng khusus dari bahan graphene yang bisa menangkis laser. Dalam keremangan cahaya, Arabel bisa melihat humanoid-humanoid dengan mata berwarna merah yang membawa laser pembelah batu itu berjumlah sekitar 20.

"Ara! Jangan melamun!" Aleksei berteriak persis di samping telinga Arabel.

Gadis itu langsung tersadar dan mengeluarkan belati yang dia bawa. Satu humanoid meluncur ke arah Arabel, salah satu orang menahan laser dengan tameng. Persis setelah laser itu padam, Arabel melompat dan menusuk leher humanoid, merusak sistem listrik benda itu.

Di sampingnya, Kaj juga melakukan hal yang sama. Melihat Arabel dan Kaj, orang-orang itu juga melakukan pola yang sama. Dalam sekejap, belasan humanoid sudah terkapar. Mereka berkumpul dengan napas terengah-engah. Satu orang terluka, sisanya masih bisa berdiri tegak. Hampir semua mobil rusak, hanya ada satu yang terlihat utuh, sebuah mobil dengan bagian belakang berupa bak terbuka.

"Siapa kalian?" tanya si pemimpin bertubuh tinggi besar seolah mengkonfirmasi pertanyaannya di awal pertemuan.

"Sudah kubilang, kami dari Akademi dan tidak terlibat dengan segala hal ini." Kaj kembali menjawab sambil mengusap air hujan dari wajahnya. Kini pemimpin itu mengangguk. Dia membuka pintu mobil yang masih utuh.

"Ikut bersama kami ke tempat aman. Setidaknya kalian harus beristirahat. Sepanjang perjalanan menuju kota banyak humanoid dengan laser pembelah batu."

Ucapan sang pemimpin cukup masuk akal. Meskipun membawa bekal pil makanan dan minuman, mereka tetap butuh tidur. Selain itu, badai juga sudah mulai reda. Cukup berisiko jika mereka melanjutkan perjalanan sekarang. Kaj mengangguk setuju dan mereka pun masuk ke bagian bak terbuka di bagian belakang. Mobil menderum lirih dan bergerak tanpa lampu ke arah timur.

Angin sedingin es masih berembus. Arabel mengubah bentuk atas pakaiannya menjadi lebih memanjang untuk menciptakan tudung yang dapat melindungi kepala dari angin dingin. Orang-orang di sekitar mereka pun melakukan hal yang sama.

Mereka tiba di sebuah wilayah yang mirip peternakan. Arabel bisa mengingat tempat ini sebagai wilayah milik Akademi Relawan. Itu sebabnya mereka juga bisa bergerak cepat dan taktis seperti tentara.

Akademi Relawan didirikan beberapa tahun lalu, tepat sebelum krisis iklim terjadi. Orang-orang yang masuk ke dalam Akademi tersebut merupakan orang-orang terpilih yang tahan banting dan memiliki fisik kuat.

Setelah melompat turun dari mobil, Kaj dan Aleksei membantu menurunkan satu orang yang terluka. Orang itu terkena sabetan laser, beruntung tidak ada bagian tubuhnya yang terpisah. Mereka semua berjalan di sebuah selasar panjang. Beberapa orang yang terluka berbelok di pertengahan jalan, mungkin menuju ruang perawatan. Sementara yang lain terus berjalan sampai di sebuah aula besar.

Banyak orang berkumpul di sana dan semua langsung menoleh saat menyadari ada tiga orang tambahan bersama dengan seekor burung kakatua. Einstein baru dikeluarkan dari balik tubuh Kaj setelah badai reda. Burung itu terlihat lega berada di ruangan hangat.

"Ikut aku ke sini." Sang pemimpin meminta mereka bertiga untuk mengikutinya ke sebuah ruangan.

Arabel tidak bisa mengabaikan bisikan-bisikan di belakangnya. Terutama saat para wanita melihat sosok Aleksei dengan rambut peraknya. Ruangan yang mereka datangi berukuran kecil tetapi karena penataan minimalis, terlihat rapi.

"Duduklah. Namaku Ray. Kapten untuk regu relawan timur. Siapa kalian?" Ray menunjuk sebuah sofa yang menjejak lantai. Bukan sofa melayang seperti yang lazim pada teknologi saat ini.

"Namaku Arabel. Mereka adalah Kaj dan Aleksei. Kami dari Akademi Teknologi," jawab Arabel dengan mantap.

"Kalian menuju pusat kota?" Ray menopangkan tangan ke dagu, terlihat rasa ingin tahu yang memancar kuat dari gesturnya.

"Ya. Adikku terjebak di pusat kota." Arabel menyamakan suara dengan jawaban Kaj sebelumnya.

Sejenak, Ray seolah berpikir. Dalam keheningan, Arabel mencoba melihat sosok Ray. Laki-laki itu terlihat bertanggung jawab. Ada sekitar 40 orang di dalam bangunan ini. Apapun motifnya, Ray tidak terlihat akan mengganggu misi mereka.

"Apa yang Kapten tahu tentang berita di luar? Kami terjebak dalam badai sekitar dua tiga jam dan nggak tahu tentang berita terkini." Kali ini Aleksei yang berbicara.

Ray menghela napas lalu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Kemudian Arabel mendengar sesuatu yang mengerikan. Ternyata tepat satu jam setelah mereka pergi dari Akademi, muncul berita bahwa sumber masalah humanoid berasal dari Akademi Teknologi.

Pemerintah menangkap banyak orang dari Akademi Teknologi tepat saat badai ada di puncaknya. Namun, beberapa pasukan humanoid menghentikan kendaraan pemerintah dan mulai membantai orang-orang yang ada di sana.

Arabel tidak bisa membayangkan seberapa buruknya hal itu terjadi. Dia bisa melihat rahang Aleksei mengeras saat teringat Eric yang tertinggal di perpustakaan. Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu dan tanpa menunggu jawaban, pintu itu langsung terbuka.

"Maaf, Kapten. Kondisi darurat. Sepasukan humanoid terlihat mendekat."

Ray langsung berdiri dan mengeluarkan beberapa perintah pada bawahannya. Selama pembicaraan Ray dengan bawahannya, Kaj menggamit lengan Arabel dan Aleksei. Mereka sepakat dalam diam untuk segera meninggalkan tempat ini.

"Sebaiknya kalian segera pergi dari sini sebelum mereka datang. Ada yang bisa membawa motor? Ada beberapa motor tua yang kami rawat di sini. Motor lebih cepat daripada mobil."

Ucapan Ray yang mengulurkan bantuan tanpa diduga-duga membuat Arabel berterima kasih padanya dengan segera. Salah satu anak buah Ray mengarahkan mereka menuju sebuah garasi yang ternyata berisi beberapa motor tua.

Aleksei mengecek kendaraan itu, memastikan semua bisa berfungsi. Tidak ada teknologi canggih pada motor-motor yang masih menggunakan bensin itu. Mereka juga diperintahkan membawa beberapa botol bahan bakar untuk berjaga-jaga.

Terdengar dentuman dan bangunan itu bergetar. Kaj segera menyalakan mesin motor, sementara Arabel melompat ke belakang Aleksei. Einstein terbang dengan gugup di sekitar mereka. Tepat saat mereka keluar dari garasi, dentuman kedua terdengar bersama dengan kayu dan batu yang berhamburan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro