Epilog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Matahari bersinar dengan lembut sementara jemari Arabel menyentuh bulir air yang jatuh ke bumi. Udara terasa sejuk dan semua hal begitu damai. Terdengar suara kepakan dan seekor burung hinggap di bahu gadis berambut panjang itu.

"Sedang melamun, Ara?" tanya kakatua di bahu gadis berambut panjang sambil menyundulkan kepala.

"Sedang mengingat masa lalu, Einstein. Rasanya sudah lama sekali berlalu sejak hari itu." Arabel yang kini berambut panjang, tersenyum kecil. Hujan yang tadi turun rintik-rintik, perlahan menghilang dan berganti dengan pelangi.

Tiga tahun telah berlalu sejak kejadian memilukan yang memakan banyak nyawa terjadi. Saat ini para ilmuwan sedang mengembangkan satelit pengendali cuaca baru yang tahan terhadap solar flare.

"Sudah waktunya, ya?" tanya Arabel yang dijawab dengan anggukan Einstein.

Humanoid di non-aktifkan selama tiga tahun belakangan sementara sebagian ilmuwan yang tidak tergabung dengan proyek satelit pengendali cuaca, berjuang keras untuk membuat humanoid yang aman.

Hari ini adalah hari dimana humanoid versi terbarukan diluncurkan. Kaj adalah salah satu dari ilmuwan yang bertugas untuk membuat humanoid versi terbaru. Arabel menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah dari balkon untuk mencari Biyan. Mereka berdua mendapat kehormatan untuk ikut ke dalam peluncuran hari ini.

Sembari berjalan, Arabel mengubah pakaiannya menjadi dresscode hari ini yang bertemakan bumi hijau. Tepat saat dia keluar dari kamar, Biyan pun keluar dari kamarnya. Anak laki-laki yang baru saja masuk ke Akademi itu, terlihat luar biasa dalam jas berwarna hijau toska.

Kakak beradik itu berhadapan dan tersenyum. Betapa waktu telah berlalu begitu cepatnya. Begitu banyak hal terjadi bahkan sebelum usia mereka genap seperempat abad. Mereka telah dua kali menjadi yatim piatu.

Setelah kehilangan Affandra tiga tahun lalu, Arabel dan Biyan mendapat kabar bahwa mereka mendapatkan warisan dari kedua orang tua angkat. Perbuatan Affandra yang telah banyak merugikan masyarakat, membuat Arabel dan Biyan menyerahkan warisan Affandra. Mereka hanya menyisakan sedikit hanya untuk bertahan hidup.

Arabel meneruskan belajar di Akademi, membuat berbagai hal yang terkesan remeh tetapi penting. Dia mematenkan alat komunikasi pada hewan sehingga saat ini hewan-hewan peliharaan bisa menjadi sahabat bagi sang pemilik.

Mereka berdua berjalan keluar rumah. Pergi ke pusat kota lebih praktis menggunakan bus umum. Einstein setia bertengger di bahu Arabel. Sekarang burung itu tidak ragu untuk bicara di depan umum. Hampir semua hewan peliharaan pandai berbicara sekarang, jadi dia tidak lagi menjadi pusat perhatian.

Gedung tempat peluncuran humanoid tipe baru ramai dengan para wartawan dan kamera terbang yang berseliweran untuk mencari sudut foto atau video yang bagus. Bagian dalam gedung sudah dipercantik untuk acara.

"Hai, Arabel! Biyan!" Seorang laki-laki berambut perak dengan tawa lebar menyambut kedatangan kakak beradik itu.

Aleksei kehilangan sisa keluarganya akibat kacaunya satelit pengendali cuaca. Dia memutuskan untuk menetap di Indonesia dan enggan pulang. Saat ini Aleksei yang baru lulus, sudah bekerja di Kementerian Teknologi dan turut membantu tahap akhir dari proyek teknologi humanoid terbarukan.

Biyan melihat sahabatnya, Dio, dan pamit untuk mengobrol. Aleksei dan Arabel melambaikan tangan pada Dio, lalu melanjutkan mengobrol sementara Einstein mengembangkan sayapnya dan memutuskan untuk mencari gosip terbaru.

"Hidup berjalan dengan lancar?" tanya Aleksei.

"Ya, hidup berjalan dengan lancar. Meskipun ada hari-hari kita ingat akan kenangan masa lalu. Tapi kita harus terus berjalan." Arabel tersenyum.

Mereka berdua terdiam meresapi ucapan Arabel yang memiliki makna dalam. Kejadian yang mereka alami tiga tahun lalu, tidak akan pernah hilang dalam ingatan. Bagaimana mereka saling mempertaruhkan nyawa di antara ketidakpastian dan kecurigaan.

"Itu dia bintang utama kita!" Aleksei tertawa dan melambaikan tangan.

Kaj melihat mereka dan segera menghampiri dengan senyum lebar di wajahnya. Semenjak tiga tahun lalu, laki-laki itu menjadi orang terdekat Arabel. Mereka memutuskan untuk berhubungan serius setahun yang lalu. Tentu saja Aleksei menggoda mereka terus menerus sampai Arabel rasanya ingin mengirim laki-laki itu kembali ke kampung halamannya.

"Aku akan naik ke panggung sebentar, lalu menemanimu di sini." Kaj mencium pipi Arabel dan mengusap bahu gadis itu.

"Temani dia, ya," lanjut Kaj pada Aleksei lalu kembali ke timnya.

Aleksei tidak bertugas pada acara itu, jadi dengan senang hati dia menemani Arabel. Acara akan segera dimulai, jadi Arabel memutuskan untuk pergi ke toilet terlebih dulu. Dia berjalan melewati lorong panjang sebelum sampai di toilet. Sepertinya orang-orang sudah berkumpul di tempat acara akan dimulai sehingga lorong dan toilet kosong.

Baru saja akan keluar dari toilet, samar-samar dia mendengar percakapan yang melibatkan nama ayah angkatnya. Biasanya jika ini terjadi, Arabel akan bersikap pura-pura tidak tahu tetapi sayup-sayup dia mendengar suara Kaj.

"Jangan pernah mendekatiku lagi. Urusan kita sudah selesai tiga tahun lalu." Suara Kaj terdengar rendah.

"Jadi dendammu sudah terlaksana. Ditambah lagi kamu mendapatkan hati anak angkatnya." Lawan bicara Kaj terkekeh.

"Diam! Jangan pernah membicarakan hal ini dimanapun juga." Kali ini Kaj terdengar mengancam.

"Baiklah. Aku akan menghilang dari hidupmu mulai sekarang. Tapi, Kaj ... nyala api nggak akan selamanya berpijar. Akan ada waktunya padam dan kamu kehilangan segalanya." Orang itu kembali terkekeh, lalu berjalan menjauh.

Arabel terdiam sejenak dengan hati terguncang. Dia mendengar langkah kaki kedua, mungkin langkah Kaj yang menjauh dengan tergesa. Gadis itu kembali ke ruang acara, bersikap seolah tidak ada apa-apa yang terjadi.

Meskipun bersikap segalanya lancar, begitu banyak pertanyaan yang muncul di kepala gadis itu. Dia merasa pernah mendengar suara milik lawan bicara Kaj entah dimana. Dia juga penasaran dendam apa yang dimiliki oleh laki-laki yang dicintainya itu.

Ketika acara ditutup dengan kembang api yang menghiasi kelam malam, Arabel kembali teringat ucapan si laki-laki misterius.

"Nyala api nggak akan selamanya berpijar."

***

Terima kasih teman-teman yang sudah mendukungku sampai Flame tamat. Ini adalah epilog, kisah terakhir yang diceritakan tentang Arabel dan Kaj. 

Terkesan gantung? Tema event Karma 7 kali ini memang thriller dengan open ending. Mudah-mudahan kalian suka cerita action-thriller, science fiction dan fantasi yang kutulis ini. Sampai jumpa di carita selanjutnya, ya. :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro