Chapter 9

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Desahan keterpaksaan telah berlangsung lama, kebejatan kembali dilakukan. Tubuh wanita yang sekarang berada di bawahnya itu merupakan candu, meski kerap mendapat penolakan ia tidak memedulikannya. Lekukan demi lekukan tubuh sang wanita telah beberapa kali dijelajahi dan sesekali akan dihisap, sama sekali tidak ada kata bosan.

“Apa aku tidak menarik di matamu?” tanya Saebyeol, lelaki berumur 35 tahun itu memang tampan. Namun, di mata Kaena tak lebih dari seorang bedebah.

Saebyeol adalah wali Kaena, selama ini lelaki itulah yang telah membiayai sekolahnya sampai ke jenjang tinggi. Lelaki bujang, sang pemilik Crown Lelya, tempat di mana dirinya bekerja itu benar-benar terkesan berwibawa serta dermawan. Itu dulu, sekarang tidak lagi. Kaena salah menilai hanya karena lelaki itu telah begitu baik mengulurkan tangan padanya.

“Kau bedebah.”

“Haruskah aku membunuh dia yang terlebih dulu menyentuhmu, aah … si keparat Yoon. Hari ini aku benar-benar marah, anak buahku telah berkali-kali gagal untuk mencari seseorang. Aku datang ke sini berharap kau akan menghiburku, tidak tahunya kau malah mengucapkan kata-kata kasarmu. Kau harusnya berterima kasih, karena sekarang hanya aku satu-satunya yang akan menyentuhmu.”

Kaena tidak menanggapi, ia memalingkan wajah ke arah gorden sembari menitihkan air mata. Dadanya terasa sesak, sangat-sangat sesak, seolah ribuan pedang menancap di sana. Saebyeol menakup wajahnya, lelaki itu paling tidak suka diabaikan.

“Ayolah, jangan melihatku seperti itu!” goda Saebyeol.

“Kalau begitu, bunuh dia untukku?” ucap Kaena sembari menunjukkan betapa marah dirinya.

“Siapa?”

“Yoon Kang Chae.”

“Aah … wali kota sialan itu? Tidak perlu kau suruh, aku pasti akan membunuhnya. Aku tidak lagi membutuhkannya.” Saebyeol menarik tubuh Kaena, lalu mendaratkan ciuman di bibir tipis wanita itu.

~~~~

Taegyu menunjukkan rekaman dashcam milik Juno. Ia melihat lelaki yang sama persis dengan orang di galeri. Berada satu mobil bersama Youngeun, duduk di belakang, sedangkan Youngeun bersandar di pundaknya.  Wah … akal sehat Juno semakin tidak bisa dibuat berpikir, selama ini ia telah sibuk ke mana-mana demi mencari wanita itu, tidak tahunya penculikan ini memang sengaja dilakukan oleh diri sendiri yang kabur bersama kekasih?

Sekarang yang menjadi prioritas bukan menemukan Youngeun, tetapi mengungkap siapa sebenarnya wanita itu? Memasuki penjara, menghapus dan memalsukan data? Youngeun pasti bukanlah sembarangan orang.

Juno merasa sangat terbodohi, ia menyia-nyiakan hidup demi hal seperti ini? Ia semakin ingin menemukan Youngeun, ingin bertanya apakah wanita itu pernah mencintainya, atau semua hanyalah sandiwara belaka.

“Kau bisa menemukan siapa pemilik plat nomor itu?”

“Kim Nam Joon, aku sudah mengecek siapa nama pemilknya. Untuk data yang lain masih terlindungi. Aku tidak tahu di mana rumahnya bahkan apa latar belakangnya.”

Juno sangat menakutkan saat marah, lihatlah tatapan lelaki itu akibat merasa terbodohi. Sangat menakutkan, tidak butuh pedang, cukup dengan tatapan itu seolah mampu membunuh musuh.

“Lalu kita kembali dibingungkan lagi?”

“Setidaknya aku menemukan fakta baru lagi. Aku akan melacak semua CCTV, dan akan memberitahumu begitu melihatnya.”

~~~~

“Tuan Saebyeol! Apa yang membuat Anda datang jauh-jauh ke mari!” tanya Kangchae.

“Tidak akan lama.” Saebyeol duduk bahkan sebelum di persilakan. Ia mengeluarkan pistol lantas memain-mainkannya di hadapan Wali Kota Jeju.

“Apa Anda akan melakukan transaksi lagi? Atau membutuhkan sesuatu?” Lelaki itu mengangguk membuat Kangchae berantusias.

“Tapi aku tidak lagi membutuhkanmu, ngomong-ngomong aku tidak akan melakukan sejauh ini jika saja kau tidak menyentuhnya.”

“Apa maksud Anda, Tuan?”

“Cha Kae Na, aah … kenapa kau harus menyentuhnya terlebih dulu?” Suara tembakan terdengar nyaring, mendarat tepat di kepala sang wali kota. Darah seketika keluar di kening lelaki itu, peluru menembus langsung ke otak mengakibatkan pendarahan hebat.

Menghabiskan masa kecil sampai remaja di penjara bukanlah hal mudah. Gadis itu dihantui perasaan ketakutan serta kecemasan. Bukan hanya itu saja, di sana ia dilatih menjadi seseorang yang pandai memegang segala persenjataan, serta bagaimana cara menjelajah situs. Di sisi lain ada seseorang yang berperan menjadi dirinya, hidup di panti asuhan dan bersekolah seperti biasa. Namun, pada akhirnya akan mati dan selalu diganti dengan yang lain.

Sangwoo memberikan bunga pada makam mereka yang mati, total ada lima. Umur mereka pun beragam, dari SMP sampai menjelang masuk awal perkuliahan. “Terima kasih telah berperan penting!” katanya sembari menghela napas.

Mereka yang mati, adalah anak-anak yang terlahir tanpa identitas. Biasanya dari desa yang mana orang tua mereka tidak mendaftarkannya. Dengan alasan lahir di luar nikah, tidak ingin memiliki anak lagi lantaran sudah terlalu banyak, atau alasan finansial. Mereka akan ditampung oleh Sangwoo, mendapat fasilitas dan makan enak, serta mendapat identitas walau hanya sementara.

Sebagai rasa terima kasih, sungguh ini terlalu kejam mereka harus menyamar menjadi seseorang dan tetap diam. Memerankan peran dengan sempurna Jika tidak berakhir mati, meski memang semua berakhir tak selamat.

Sangwoo berjalan menuju mobil, Juno sudah berdiri di sana bersandar sembari melipat kedua tangan. “Siapa mereka?” tanya Juno sinis.

“Kau siapa?” Sangwoo pun menatap heran. “Aaa … Kang Ju No?” tambahnya sembari tertawa.

“Di mana Youngeun?”

Sangwoo melihat ke arah sekitar, lalu menatap tajam. “Jangan ikut campur!” Ia memegang pundak Juno, lalu lantas menarik lelaki itu agar menjauh dari mobilnya.

Terjadi perkelahian, Juno tidak akan membiarkan Sangwoo pergi begitu saja. Namun, Juno bukanlah tandingan Sangwoo, lelaki ini telah terlatih di segala keadaan. Ia berdecak dan memandang remeh setelah melihat Juno tersungkur.

“Jika saja kau bukan ….” Tidak ada lanjutan, Sangwoo harus segera pergi karena hari ini ia akan bertemu dengan Saebyeol.

Tangan Juno terkepal, ia memukul tanah melihat mobil milik Sangwoo menjauh. Tidak ada waktu, ia lantas memasuki mobil dan mengejar lelaki itu. Terjadi kejar-kejaran di jalanan yang tidak terlalu ramai. Mobil keduanya saling keluar masuk untuk mendahului pengemudi lain.

Sangwoo menginjak gas semakin dalam, merepotkan sekali kekasih Youngeun ini. Ia tidak punya banyak waktu karena harus segera pergi, tetapi ia juga tidak akan membiarkan Juno tahu dan menggagalkan rencananya.

Di sisi lain Youngeun sedang menikmati indahnya pantai di wilayah Daegu. Tiba-tiba saja ia melihat ada beberapa mobil yang datang, tetapi itu bukan milik Sangwoo. “Hais sialan!”

“Nona Youngeun! Anda harus segera pergi,” kata salah satu lelaki.

“Yeah, aku tahu.” Youngeun berlari ke pintu rahasia diikuti oleh dua pengawal. “Berikan pistolku!” titahnya.

Youngeun menyeringai, sudah lama ia tidak memegang pistol. Walau ia tidak pernah membunuh seseorang, tetapi ia cukup mahir menggunakan senjata ini. Bidikannya tidak pernah meleset.

Banyaknya lelaki yang mengenakan setelan hitam ini, adalah anak buah Saebyeol. Semula kaki tangannya mencari Youngeun di markas Yakuza, tetapi mereka mengatakan bahwa wanita itu tidak pernah dibawa. Bahkan, beberapa wanita yang ditargetkan pun juga menghilang secara misterius.

“Kaena, aku akan datang dan menyelamatkanmu.” Youngeun berbalik arah, ia menyelipkan pistol di balik celana jinsnya.

“Nona Youngeun! Apa yang Anda lakukan?”

“Jangan ikut campur!” Lelaki itu pun kembali untuk mengejar Youngeun, ia tidak akan membiarkan nona mudanya tertangkap.

“Nona, kami sedang berupaya menyelamatkan Tuan Besar.”

“Tuan Besar?” Youngeun mengerutkan dahi, apa maksudnya?

“Ayah Anda masih hidup, jika Anda tertangkap, maka semua akan sia-sia.” Terdengar suara tembakan, Youngeun lantas membelalak dan menahan napas.

~Tbc~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#htmlyrae