21* Make Me Worry

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ya ampun! Apes banget aku ini!

Padahal aku dan Sebille tidak melewati zona kekuasaan Fairyda, kenapa ada Araganal sih. Dua orang lagi. Apa mereka biasa menyerang pas malam-malam begini? Licik!

"Bagaimana sekarang, Dandi?" bisik Sebille. Dulu dia pasti mencicit ketakutan disergap tiba-tiba seperti saat ini, namun Sebille sudah bukan Sebille yang dulu. Dia tidak lagi takut pada musuh.

Aku menoleh. Setidaknya ada tujuh rumah lolipop berdiri di belakang kami. Kalau kami tidak melawan, mereka akan mencelakai Newbie. Tidak ada pilihan.

"Kita bertarung," kataku mantap.

Araganal itu mendekat, menampakkan wajahnya yang disiram oleh cahaya rembulan. Satu cowok, satu cewek. Yang cewek punya tanduk dan ekor. Sementara si cowok... tidak punya? Rambutnya biru keputihan. Menatapku datar.

Aku menelan ludah. Kok dia tidak punya tanduk dan ekor araganal? Apa dia menyembunyikannya? Tapi, astaga, aku tak suka dengan tatapannya. Kala memang dingin, tapi matanya selalu memandangku hangat. Beda dengan pria ini. Seolah aku bisa dibekukan olehnya kapan saja.

Secara tidak langsung dia memandangku rendah. Si brengsek ini meremehkanku?

"Apa yang kau lakukan, Snowin? Kita tidak sedang dalam perlombaan siapa yang paling lama tidak berkedip. Serang dia!"

"Aku sudah barusan. Giliranmu."

"Ya ampun! Kau ini benar-benar tak punya semangat bertarung. Baiklah." Partnernya melangkah maju. Tangan kirinya memegang kepala, tangan kanannya terarah ke kami.

Dan tebak apa yang terjadi. Tanah beserta isinya radius 300 meter menghilang dan mendadak muncul di atas kami. Apa yang... Astaga! Astaga! Apa kekuatannya woi??

Sebille berkonsentrasi. Peminjaman selesai. Dia meminjam kekuatan Flamex lalu menyemprotkan gundukan tanah yang hendak menimpa kami dengan api terang.

Gadis itu menyeringai. "Checkmate."

Huh? Aku dan Sebille mengernyit bingung. Soalnya serangan Sebille lenyap, menghilang begitu saja. Lamat-lamat kami berdua disenter oleh cahaya merah. Aku melotot. Api Sebille justru muncul di bawah, melenting ke arah kami.

Aku tidak tinggal diam, mengaktifkan Natural Converse level tiga. Gumpalan tanah di atas kami memblokir serangan tersebut. Alam sekitar mendengarkanku dan menjadi pelindungku.

"Kau bisa membatalkan kekuatanku? Aish, merepotkan juga. Snowin, hajar gadis itu!"

"Tsk, ini sangat melelahkan."

Badai salju berembus kencang.

Aku melihat ujung sayap Sebille memutih. Cowok es bernama Snowin itu bukan main kekuatannya, memanipulasi angin menjadi salju kemudian menerpa kami berdua.

Gawat ini mah! Salju adalah kelemahan sayap peri karena bisa membeku dan koyak! Aku harus melindungi Sebille.

Sebuah es berbentuk seperti duri, terarah kepadaku yang sedang fokus menutupi sayap Sebille—pembekuan tidak berdampak pada sayap malaikat, jadi aku baik-baik saja. Celaka. Es lancip itu cepat sekali. Aku tidak bisa menghindarinya.

Kala muncul! Dia menghembus es Snowin ke samping. Serangannya dibelokkan.

Aku mengerjap. Kok dia bisa di sini? Aku melirik Sebille yang menyengir. "Barusan aku meminjam kemampuan Komu si telepati, dan memberitahu Guardine."

"Kau baik-baik saja?" Kala menatapku.

Aku mengangguk. Tapi tidak dengan Sebille yang merotasikan kedua mata malas. "Kala mah gitu ya. Yang manggil kau ke sini aku. Tapi akunya malah jadi kambing congek."

"Aku tidak datang sendirian."

Huh? Sebille mengerjap. Apa maksudnya...

Jawabannya langsung datang di belakang Sebille. Aku berseru dalam hati melihat Parnox menyentuh bagian sayap Sebille yang kena salju es. "Sayapmu membeku. Aku akan mengantarmu ke Divisi Kesehatan sekarang juga. Dan kau Kala..." Ujung mata Parnox menatap tajam Snowin seperti silet. "Ringkus mereka berdua."

"Tanpa kau beritahu," kata Kala dingin.

BOFF! Parnox dan Sebille menghilang.

"Hati-hati, Kala! Gadis di sebelahnya punya kekuatan aneh! Dia bisa mentransfer benda apa pun ke segala... sisi..."

Ng? Aku memicing. Tanduk di dahi partner Snowin bercahaya. Aneh. Padahal aku yakin itu tidak menyala tadi.

Sebentar. Dipikir-pikir, tanduk Araganal berkekuatan kabut ilusi juga bercahaya ketika aku bersama Kala dan Oceana. Apa artinya? Firasatku tidak enak.

"Transfa, kita mundur." Snowin sigap memberi perintah pada kawannya begitu melihat Kala mengangkat tangan. "Dia... berbahaya. Kita mundur dulu."

Cahaya aneh di tanduk Transfa berpendar-pendar. "Tidak mungkin aku pergi setelah menemukan satu!" teriaknya melompat ke arah Kala.

Dan sebelum Kala memanggil angin, tembok es tinggi menghadang Transfa. Dia melotot marah. "Apa yang kau lakukan, Snowin?! Kita akan mendapat penghargaan jika berhasil menangkap-nya! Kau harusnya membantu, bukan menghalangi!"

"Tidak sekarang. Belum waktunya." Snowin menyeret Transfa untuk pergi, kembali ke markas mereka yang entah di mana, menyisakan lengang. Tembok es buatan Snowin meleleh saat orangnya pergi.

Perasaanku benar-benar tidak enak. Aku tidak mengerti apa yang diincar Transfa. Siapa yang mau dia tangkap? Kenapa dia nekat menyerang Kala meski partnernya sudah bilang jangan serang?

Ini membuatku tidak tenang sama sekali.

.

.

Besok paginya, aku pergi ke Divisi Kesehatan. Seharusnya aku membesuk Sebille tadi malam, tapi Rinvi melarangku. Sayap Sebille baik-baik saja. Berkat bantuan Flamex (yang diancam Parnox) bagian sayapnya yang membeku sudah mencair. Sebille bisa terbang kembali.

"Kenapa alih-alih memanggilku, kau hanya meminta Kala yang datang?" tuding Parnox. Jika Guardine tidak mengumumkan terang-terangan penyerangan itu, dia takkan tahu menahu tentang ini.

Sebille menelan ludah. Mana dia tahu dia akan diinterogasi oleh Parnox. Dia menatapku yang berdiri di sebelah Linda dan Sina, mengirim sinyal bantuan, tapi ukh! Parnox terlihat marah sekali. Aku tidak mau mengganggunya. Maaf, Sebille!

"Aku tak mau merepotkanmu, Parnox. Kau terlihat banyak pikiran akhir-akhir ini..."

"Kau beruntung pembekuannya hanya sedikit. Jika Kala datang terlambat, sayapmu akan robek dan rusak. Kau paham artinya, kan? Kau takkan bisa terbang lagi untuk selamanya. Jangan lupa jati dirimu."

"Maaf." Sebille menundukkan kepala.

"Dasar. Kau membuatku khawatir saja," gumamnya nyaris berbisik. Sebelum Sebille dan para penonton (aku, Kala, Sina, Rinvi, Linda) membuka suara, Parnox lebih dulu berjalan keluar. "Istirahatlah."

Linda beringsut ke sebelahku. "Apa ada yang salah dengan gendang telingaku atau barusan Parnox memang bilang 'dia khawatir'? Seorang Parnox? Mustahil!"

"Aku juga mendengarnya," ucapku.

Rinvi membuka buku List of All Potencia yang entah sejak kapan ada di tangannya.

"Kekuatan es, ya? Rare Power ketiga."

"Rare Power? Apaan tuh? Aku pinjam!" Tanpa persetujuan Rinvi, aku menyambar buku tersebut. Biasa, rasa ingin tahuku lebih besar dari apa pun.

Hanya ada enam kekuatan yang tergolong Rare. 1) Windy Air, 2) Stone User, 3) Ice Breaker, 4) Flames, 5) Aquatic 6)???

"Kurasa ada yang salah dengan buku ini."

Kenapa tidak? Aku kenal semua pengguna kekuatan Rare (walau pertemuanku dengan Snowin yang paling buruk). Cleon. Kalau tidak salah nama kemampuannya Geographic Land. Lantas kenapa nama kekuatannya justru berbeda di buku? Flamex. Dia seorang Blaze Wearer. Nama kekuatannya juga direvisi di sini. Kalau Kala..., dia itu Spirit Angin. Tidak masuk hitungan para Rare. Lalu Aquara, dia Watery Ruler bukan Aquatic. Kenapa buku ini merubah-rubah seenaknya?

"Kala, kau juga merasa aneh kan-"

Cowok itu meletakkan telunjuk ke jari, menggeleng. Ah, benar juga! Tidak ada yang tahu dia seorang Spirit Angin. Orang-orang hanya berpikir Kala itu Penyihir Angin. Hampir saja aku ember.

"Buku List of All Potencia tak pernah salah menafsirkan kekuatan, Verdandi," kata Rinvi. "Pohon Neraida sendiri yang membuatnya dan memperbaharuinya."

Tapi Linda berbeda pendapat. Dia mengelus dagu. "Mungkin maksud Dandi itu adalah, kita kan sudah kenal Flamex, Cleon, dan Aquara. Tapi nama kekuatan mereka berbeda dari yang tercantum di buku. Benar, Dandi?"

Nice Linda! Itulah yang mau kumaksud!

"Ah, begitu?" Rinvi membalikkan halaman buku, menyodorkannya padaku. "Kekuatan mereka masih ada di dalam buku kok. Dengan nama yang sama pula. Geographic Land, Blazer Wearer, dan Watery Ruler. Walau sejauh ini kita tidak punya teman berkekuatan es."

"Tunggu... Maksudmu kekuatan api, air, dan tanah, sekarang memiliki dua pengguna?"

"Baca halaman terakhir."

Aku loncat ke belakang buku. List kekuatan yang baru ditemukan sudah sangat panjang. Mataku memicing ke nomor 176.

"Multiplier? Kekuatan pengganda?"

"Iya, Dandi. Si pengganda telah datang ke FLY Academy. Karena kemampuan itulah banyak kekuatan yang terpecah belah. Sejauh ini hanya Kala dan si Snowin dari Araganal yang kekuatannya belum terbagi. Yah, itu tidak berlaku pada Kala karena dia penyihir. Aku juga tidak tahu kenapa buku LOAP bisa mendeteksi kekuatan Snowin."

"Omong kosong."

Aku melotot, menjatuhkan buku List of All Potencia. Yang lain terkesiap. Gawat! Aku mengaktifkan Natural Converse level dua secara tidak sengaja (semua orang dapat mendengar benda yang kupegang).

"A-apa buku itu barusan bicara?"

Buku tersebut berkepak-kepak terbang.

"Multiplier hanya menggandakan benda mati, bukan organisme biologis. Kekuatan kalian itu hidup asal kalian tahu, menyatu dengan darah dan semua pembuluh serta syaraf kalian, orang awam!"

"Tampar aku, Linda. Aku tidak sedang bermimpi, kan? Buku LOAP berbicara!"

"M-mana mungkin aku mau menamparmu!"

"Lalu kenapa kekuatan-kekuatan itu bisa terbelah kalau bukan karena Multiplier?" Sina bertanya. Hanya dia dan Kala yang bersikap normal. Baguslah, mereka tidak sadar jika aku yang membuatnya bicara.

"Itu tidak terbelah, wahai. Sejak awal para Rare bukan bagian dari kita. Kau!"

Buku LOAP menatap Kala. "Kau bukan sekadar penyihir, kan? Kau seorang Spirit Angin yang punya tubuh manusia sempurna. Lalu Verdandi, gadis yang kau bawa kemari, dia seorang Spirit Air, kan?"

Kali ini aku benar-benar tersedak betulan. Semua rahasia terbongkar. *


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro