25* Angel Ring

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku sampai di kapsul permen nomor O431, kamarnya Oceana. Beda dengan bentuk lalilopa milik peri dan malaikat, terdapat ornamen topi penyihir pada kapsul rumah Oceana yang melambangkan identitasnya. Mungkin kamar Kala dan Kahina juga ada fitur ini atau entahlah. Aku belum pernah mengunjungi kapsul mereka.

Aku mengetuk pintunya.

"Ana! Apa kau tertarik ikut Festivities Bunga Pelindung? Pendaftarannya dibuka nanti siang lho! Nanti kau kehabisan slot."

Linda memberitahu ada kemungkinan slot partisipan untuk tingkatan Elderly punya batas kuota. Makanya aku tidak mau kehabisan tiket.

Selang beberapa menit, tidak ada jawaban. Aku mengetuk pintunya lagi. "Oceana? Kau ada di dalam, kan? Apa kau sedang pergi—"

Pintu kapsul terbuka saat aku mengintip lewat jendela kecil di daun pintu. Tidak dikunci? Aku pun melangkah masuk. Kamar itu kosong, penghuninya entah berada di mana.

Kupikir aku akan bertemu kamar berantakan oleh buku dan tanaman sihir merujuk bengkel sihir Kala dan Kahina sangatlah suram, ternyata kamar ini bersih. Sepertinya Oceana mencintai kebersihan. Semuanya ditata rapi.

"Mencari Nona Oceana?"

Sepucuk surat berbicara. Aku menghampiri meja. "Iya, kau tahu dia ada di mana?"

"Seorang peri air bertemu dengannya dan menawarkan bantuan untuk berlatih ke Sungai Rehabilitasi merujuk kekuatan mereka sama."

Maksudnya Aquara? Apakah harga diri Oceana sebagai roh air tersentil karena peri air lebih mahir mengendalikan air daripada dirinya?

Aku menghela napas lega. Kupikir dia pergi ke mana karena batang hidungnya tidak tampak akhir-akhir ini, ternyata diam-diam berlatih.

Baguslah kalau dia berbaur dan punya teman.

Aku pamit pada surat itu sebelum akhirnya meluncur ke langit, ke Fly Academy.

*

Suasana di FA lebih meriah daripada hari-hari sebelumnya. Semua peri baik Newbie atau Elderly berkumpul di halaman, menghiasi bangunan akademi dengan berbagai rangkaian bunga. Kurasa kontes festivities ini sesuatu sekali karena mereka sangat bersemangat.

Aku tidak boleh ketinggalan nih. Aku harus cari Kala untuk menanyakan bagaimana cara bermain di perlombaan ini. Kata Linda dia admin.

Di saat aku hendak bertanya pada alam, sebuah balon jatuh ke hadapanku. Tentu itu bukan balon yang ada di bumi karena warnanya bertukar begitu menyentuh tanah. Memantul, bertukar lagi saat menyentuh permukaan.

Aku menghentikannya dengan sekuntum bunga agar berhenti menggelinding. Seorang cowok buru-buru mengambil benda tersebut lantas memeluknya kelon, takut terlepas. Aku menatap nimbus ring di kepalanya. Dia malaikat.

"T-terima kasih, Senior Verdandi... Ahh!!" Balon di pelukannya tiba-tiba berubah jadi banyak, berjatuhan dan mulai menyebar.

Aku menumbuhkan lebih banyak bunga, berseru bingung dalam hati. Kok bisa balonnya jadi banyak? Kutatap cowok itu, dia kelimpungan.

"Jadi itu kau ya, si Multiplier?"

"Hiks, benar... Namaku Twino. Aku tidak bisa mengendalikan kekuatan ini. Kadang-kadang melemah, kadang-kadang aku tidak bisa mengaktifkannya sama sekali, kadang-kadang level tertingginya keluar. Aku kan jadi bingung!"

"Teknik tertinggi kekuatan pengganda?"

Twino mengangguk. "Selama ini aku hanya bisa menggandakan benda mati. Tapi level puncaknya bisa menggandakan makhluk hidup."

"Wih, keren tuh. Kau bisa membuat clone."

"Tapi aku tidak bisa mengontrolnya!!!"

Aku terkekeh, memberikan balon-balon bercahaya itu pada Twino. "Jangan menyerah. Tidak semua orang langsung bisa memakai kekuatan mereka. Ngomong-ngomong siapa yang membuat benda ini? Soalnya menarik."

"Oh, ini balon yang dicampur dengan kekuatan Senior Light. Selain bisa mengendalikan cahaya, mengeluarkan cahaya dari tubuh, menyerap cahaya, Senior Light juga bisa memanipulasi warna cahaya. Dia keren dan sangat lihai menggunakan kekuatannya," terang Twino antusias dan murung seperkian detik kemudian.

Cepat sekali orang ini patah semangat.

Beberapa bulu putih jatuh ke hadapan kami. Twino tersentak, begitupun aku. Amaras datang.

Twino membungkuk takzim. "N-Nona Amaras...!"

Amaras terkekeh, menarik Twino untuk bangun. "Aku sudah bilang kan aku tidak butuh tindakan penghormatan seperti itu. Norak tahu."

Wah, dari mana Amaras belajar kosakata itu?

"T-tapi anda sosok penting di FA. Saya tidak berani bersikap tidak sopan kepada anda!"

Amaras menggeleng tegas. "Ti-dak. Aku tidak ingin malaikat-malaikatku yang menggemaskan ini merasa sungkan padaku."

Twino masih ingin menyanggah, namun melihat Amaras berkacak pinggang bersiap menceramahinya, nyali Twino menciut. Dia mengangguk pasrah. "Baiklah, Nona Amaras."

Amaras tersenyum senang mendengarnya, menoleh kepadaku. "Kebetulan sekali kau ada di sini, Verdandi. Aku sedang mencarimu."

"Eh??" Aku menelan ludah. "A-apa aku membuat kesalahan?" bisikku berkeringat.

Amaras terkekeh. "Tidak, tidak. Ada yang ingin kubicarakan. Maukah kau ikut denganku?"

.

.

Kami pergi ke sebuah menara terbang yang kuyakini tempat tinggal Amaras karena hanya ada dua menara di FA, mengambang di belakang FA. Yang satunya pasti rumah Tuan Alkaran.

"Ada apa sebenarnya, Nona Amaras?" tanyaku tak bisa menyembunyikan kegugupanku.

"Dandi, apa kau pernah merasa kesulitan saat terbang?" Amaras malah balik bertanya.

Aku menggeleng bingung. "Tidak kok." Itu pertanyaan yang aneh. Aku sudah punya sayap selama dua tahun (jika menghitung waktu aku terdampar di Fairyda). Tentu aku sudah terbiasa dan mahir dalam penerbangan.

"Maksudku apa kau pernah merasa capek?"

Oh, itu rupanya. Aku mengangguk. "Bobot sayap malaikat berbeda dengan sayap peri. Saya hanya membuat kemajuan dengan terbang selama tiga jam lalu turun, istirahat."

Dulunya itu hanya setengah jam karena menggerakkan sayap tipe malaikat memang susah dan memakan tenaga otot punggung. Karena dilatih terus-menerus oleh Kuni, waktu pemakaianku bisa bertambah.

Amaras menjentikkan jari. "Sudah kuduga. Kemarilah, aku punya sesuatu untukmu."

Aku pun masuk ke rumah Amaras yang... astaga! Banyak sekali barang proyek berserakan dari luar sampai ke tengah ruangan. Sayap setengah jadi, sayap transparan yang coraknya rusak, berbagai nimbus ring yang dalam tahap pengerjaan.

Ini bukan kamar melainkan bengkel yang benar-benar menyerupai bengkel kendaraan di Bumi. Sepertinya Amaras gemar mengotak-atik sesuatu. Dia seperti tinker di film Tinkerbell.

"Karena pada dasarnya sayapmu memiliki kandungan Bunga Kemurnian, jadi kau takkan terpengaruh dengan kekuatan nimbus ring."

Aku menangkap arah pembicaraan ini.

Benar saja! Amaras menyerahkan aneka ragam nimbus ring kepadaku. Sepuluh benda itu melayang di udara, mendekat ke arahku.

"Jika kau memakai Angel Ring, kau takkan merasa kelelahan lagi dan kecepatan terbangmu akan bertambah. Tawaran yang menggiurkan, bukan?" Amaras tersenyum miring.

Tentu saja itu sangat menggiurkan! Aku bisa mengatasi kecepatanku! Aku sangat jengkel karena Kuni mengataiku lamban seperti siput.

"T-tapi, Nona Amaras, kalau aku pakai ini aku resmi menjadi malaikat tulen. Ingatan tentangku nanti menghilang dong?" Inilah yang kutakutkan. Aku tidak ingin teman-temanku amnesia.

Amaras tertawa. "Seperti yang kubilang barusan, Dandi, sayapmu punya kandungan kekuatan Bunga Kemurnian. Efek Angel Ring takkan mengusik ingatan teman-temanmu karena kemampuan Bunga Kemurnian jauh lebih hebat dan mendominasi, menetralisir energi janggal yang mencoba merasuki tubuh penggunanya."

Mukaku langsung berubah jadi ekspresi pembisnis. "Apa ini gratis, Nona Amaras?"

Amaras mengikuti alur, ikut-ikutan memasang wajah ala pebisnis. "Aku tidak memungut biaya sepersen pun, Verdandi. Ini hanya hobi. Tapi kalau NonFairyda, baru kuperas uangnya."

Aku tidak percaya wanita ini adalah musuhku di masa lalu. Dia punya selera humor.

Kutatap sepuluh nimbus ring yang bervariasi itu. Jujur, aku lagi-lagi terpukau dengan kreatifitas Amaras. Dia benar-benar punya jiwa artistik. Di bumi, dia pasti menjadi desainer terkenal.

"Aku punya banyak model di lantai dua. Kau bisa memilih bentuk Angel Ring yang kau sukai."

"Tidak usah, aku suka yang ini."

Aku menunjuk Angel Ring berbentuk jepitan x dengan bulan sabit di tengah-tengahnya. Warnanya putih sementara yang lain memancarkan warna biru, pink, dan sebagainya. Tapi entah kenapa yang ini menarik perhatianku.

"Kau bisa langsung memakainya. Oh ya, itu hanya bisa dilepas oleh penggunanya. Jika disentuh orang lain, itu akan tembus. Praktis, kan?"

Aku tersenyum respek. "Anda selalu pintar dalam menciptakan sesuatu, Nona Amaras."

Tanpa pikir panjang, aku pun menaruh Angel Ring itu di atas kepalaku. Benda tersebut bercahaya melakukan sinkronisasi lalu melayang.

Aku malaikat sungguhan sekarang.

Mataku melotot melihat Angel Ring-ku meluncur hendak jatuh ke bawah, bergegas menangkapnya, namun eh? Tidak terjatuh?

Amaras tertawa lagi. "Angel Ring itu sedikit  unik, Verdandi. Ia kadang berputar-putar manja, bercahaya kalau sedang ingin, bisa lesu kalau penggunanya sedang murung atau tertekan, atau seperti sekarang, mencari posisi nyaman."

Aku manyun. Maksudnya benda ini lebih nyaman melayang dengan posisi menyamping daripada mengambang di atas kepalaku? Agak lain.

"Ngomong-ngomong masih ada yang ingin kubicarakan. Aku sudah dengar beritanya. Katanya Kala roh angin dan Oceana roh air, ya?"

"Ah, itu benar."

"Saat aku menonton ulang penyerangan Snowin dan Transfa berkat mantra Kahina, aku merasakan keganjilan dari si Snowin ini."

Alisku bertaut. "Keganjilan seperti apa?" Apa Amaras mencoba memberitahu kalau Snowin tidak punya ekor dan tanduk araganal?

"Aku merasa dia roh salju."


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro