Bab 5: Status

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Gadis lain di kapal tidak pernah berbicara, tetapi suaranya ketika menyanyi sungguh indah. Agatha terpukau sejenak pada kenyataan itu ketika mereka beralih dari ladang penuh bunga ke sebuah bar tersembunyi di sudut wilayah. Zenith Zoysia, gadis berambut pendek itu bernyanyi riang di tengah hiruk pikuk orang-orang pemabuk dengan Noah yang berjaga dipinggir.

Itu dua hari setelah mereka pergi dari ibukota.

Agatha melihat Edward, pria itu duduk di meja yang lain dengan Anthony yang sibuk menggenggam kanvas kecil.

Pandangannya kemudian beralih, "Apa lihat-lihat?" ketusnya kepada satu lagi pria dewasa yang menyebalkan.

Adrian Otten melirik saja, Agatha diabaikan oleh gelas bir yang baru tiba di depan mereka.  "Dua gelas bir besar datang! nikmati minuman kalian!"

"Bisa aku minta kacang polong?" tanya Adrian.

"Akan segera saya ambilkan!"

Agatha mengamati dalam diam, sejujurnya dia tidak ingin dekat dengan orang mengerikan di sampingnya. Pertemuan pertama mereka buruk, dan juga pria itu mengubah tampilan Agatha sesuka hati hingga tidak bisa dikenali. Wajahnya, rambut dan gaya bicaranya diubah total.

"Apa?"

"Kenapa kau merubah tampilanku?" tanya dia pada akhirnya.

Adrian menyesap bir, diam termenung hingga akhirnya bibirnya menampilkan senyum mengejek yang ketara.

"Kamu bukan apa-apa jika melepaskan statusmu sebagai tuan putri," katanya tenang, iris coklat menatap Agatha tajam. "Dunia ini berjalan hanya karena kamu ingin dan tidak."

"Apa maksudmu?"

"Kamu pasti selalu melihat seseorang secara hitam putih, orang yang bersikap ramah pasti menyukaimu, yang tidak ramah pasti membencimu. Begitu kan pikirku?"

Agatha mendecakkan lidah, dia balik memandang bengis.

Tahu apa orang asing tentang dia? Sebagai tuan putri dan satu-satunya pewaris tahta kerajaan dia sudah melakukan banyak hal untuk menyelesaikan masalah rakyatnya. Dia bersikap baik dan mengayomi, tidak ada yang tidak menyukai tindakannya selama ini. Dia yakin.

"Sebenarnya," Adrian kembali membuka mulut, matanya sayu menatap Agatha yang memendam kesal. "Orang memujimu hanya karena kamu tuan putri."

Dan gebrakan meja terjadi.

Bukan Agatha, tetapi preman yang baru masuk ke bar membuat beberapa pelanggan mabuk pergi tanpa membayar. Adrian tak acuh, diliriknya Agatha yang menggigit jari.

"Kau takut?"

"Tidak!" tegas Agatha.

Gadis itu berdiri, matanya nyalang ke preman yang menagih jatah keamanan ke pemilik bar.

"Lepaskan dia! Ini perintah!"

Biasanya itu akan mempan, tetapi tidak untuk kali. Justru orang-orang tertawa karena perkataannya, dihadapkan dengan tindakan yang baru terjadi kali ini dia mengepalkan tangannya kuat.

"Hei ini perintah!"

"Apa hah? Berisik sekali," seru salah satu preman. Dia didorong mundur, nyaris terjatuh kalau saja Edward tidak sigap menangkapnya.

"Hei! Aku peringatkan sekali lagi jika di depanmu adalah tuan putri! Aku akan menghukum kalian yang sudah mengacaukan properti milik orang lain!"

Dan tampaknya perkataannya seperti angin lalu. "Kamu tuan putri, aku raja! HAHAHAHAH."

Yang tawanya langsung berhenti, sebuah tendangan mendarat dengan sempurna diikuti tendangan lain dan pukulan dengan gagang sapu. Gadis berambut sebahu itu membuat gerombolan itu terjatuh dalam hitungan menit.

Di belakangnya Noah mengelus rambut Zenith, "Kerja bagus, Zee."

"Lihat, kamu bukan apa-apa tanpa status," ejek Adrian.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro