12 : Empati

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SELAMAT MEMBACA
FORTIDEN
12 : Empati

Ia telah memberikan sedikit rasa empatinya kepada gadis itu. Dan sedikit rasa empati itu bisa saja menjadi lebih banyak suatu saat nanti.
—:—:—:—

FOLLOW :
@kdk_pingetania
@aboutpinge
@arizona.vernanda
@aileen.adhitama

—:—:—:—

ARIZONA berjalan santai menuju motor Kawasaki ninja nya yang berwarna putih. Motor lelaki itu sangat mudah dibedakan karena ia menandatangani badan motornya dengan spidol permanen. Saat lelaki itu sampai di samping motornya, segera ia mengambil helm yang ia taruh di atas motornya. Arizona lalu naik ke atas motornya. Ia mengeluarkan motornya dari area parkiran sekolah.

Setelah keluar dari area parkiran, Arizona bersiap untuk menarik pedal gasnya. Tetapi dari balik kaca helm fullface ia menangkap sesosok gadis tengah kesusahan berjalan karena kakinya yang terlihat sangat sakit. Arizona membuka kaca helmnya dan menatap sosok itu lebih jelas. Ternyata tebakan Arizona benar, itu adalah Aileen.

Arizona mendengus ketika ia merasa sedikit kasihan kepada Aileen. Kenapa bisa lelaki itu merasa ingin menolong gadi itu? Padahal itu benar-benar bukan tipe Arizona untuk menolong seseorang. Lelaki itu berusaha mengabaikan suara hatinya yang menyuruhnya menolong gadis itu. Ia memutuskan untuk melajukan motornya.

Tetapi baru beberapa satu meter melaju, ia kembali menghentikan motornya. Arizona lagi-lagi merutuki kebodohan Aileen yang masih memaksakan kakinya untuk berjalan. Pada akhirnya Arizona memutuskan untuk melajukan motornya ke dekat gadis itu.

Melihat hal itu membuat Aileen yang sudah sangat kesal dengan Arizona memilih untuk mempercepat langkahnya. Dan hal itu membuat gadis itu tak sengaja menekan keras kakinya yang keseleo. Ia pun terjatuh dan meringis kesakitan. "Aww," ringis gadis itu sambil memegangi pergelangan kakinya yang keseleo.

Arizona yang melihat hal itu pun menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Ia bingung kenapa gadis di hadapannya ini bisa sebodoh itu. Walaupun malas, Arizona pun terpaksa mematikan motornya untuk menolong Aileen. Lelaki itu melepas helmnya dan turun dari motor tersebut.

Tanpa pikir panjang, Arizona mengulurkan tangannya kepada Aileen. Bukannya menerima uluran tangan Arizona, Aileen justru terdiam membeku. Aileen terkejut bukan main, ia tak menyangka Arizona ingin menolongnya, melihat sikap lelaki itu yang kasar padanya.

Melihat uluran tangannya tak direspon membuat Arizona kesal. Sudah untung lelaki itu mau menolong Aileen, tetapi gadis itu malah diam saja saat ditolong. "Manusia normal bakalan nerima bantuan orang lain, bukan bengong," kata Arizona kesal.

Mendengar hal itu membuat Aileen buru-buru menerima uluran tangan lelaki itu. Dan bodohnya gadis itu lupa bahwa salah satu kakinya masih belum bisa untuk dipakai menopang tubuhnya. Alhasil Aileen kehilangan keseimbangan. Untungnya dengan cekatan Arizona menahan pinggang Aileen dengan lengannya.

Aileen mengedipkan matanya berkali-kali. Gadis itu benar-benar terpesona melihat wajah Arizona dari dekat seperti ini. Wajahnya benar-benar tampan, sama seperti dulu. Diberi tatapan seperti itu, jelas membuat seorang Arizona risih. Lelaki itu pun melepas pegangannya pada pinggang gadis itu.

"Modus banget jadi cewek," tuduh Arizona dengan wajah yang menatap ke arah Aileen tak suka.

Mata Aileen mendelik mendengar tuduhan tak mendasar yang dilontarkan Arizona. "Lo nggak bisa apa ngomong yang enakin dikit. Kerjaannya nuduh mulu," gerutu Aileen kesal. Pesona yang tadi ia rasakan kini seakan sirnah karena sikap menyebalkan yang lelaki itu tunjukkan.

"Ya gue bakal ngomong yang enakin kalau lawan bicaranya juga enak buat diajak ngomong," ujar Arizona membela diri.

Aileen berdecak, "Tean, lo bener-bener berubah," kata Aileen.

"Gue Arizona bukan Tean."

"Oke, Ari lo bener-bener jahat," kata Aileen.

"Mau gue batalin pertolongan yang tadi?" ancam Arizona.

"Dih, mana bisa, lo kan udah nolongin gue," kata Aileen.

"Ya tinggal gue dorong lagi," ujar Arizona santai.

Mulut Aileen ternganga mendengar ucapan yang keluar dengan entengnya dari mulut lelaki itu. Rasanya Aileen ingin menampar mulut Arizona yang selalu ngomong asal ceplos tanpa pikir panjang.

"Terserah lo! Gue udah nggak peduli lagi," kata Aileen dengan wajah bete nya. Gadis itu berjalan pelan menuju sepedanya yang tak jauh dari sana.

Arizona pun kembali tak peduli. Setidaknya lelaki itu sudah membantu Aileen untuk terbangun dari jatuhnya. Ia kembali menaiki motornya dan memakai helmnya. Namun saat lelaki itu ingin menghidupkan motornya, sebuah tangan menahan lengan hoodie hitam yang ia pakai. Arizona menaikkan kaca helmnya dan menoleh ke samping.

Di sana Aileen berdiri sambil menatap ke arah Arizona dengan wajah memelas. Arizona mengerutkan dahinya melihat Aileen yang tiba-tiba ada di sampingnya.

"Tean," panggil Aileen.

"Gue bukan Tean."

"Iya, iya, Arizona," dengus gadis itu kesal. "Gue boleh minta tolong?" tanya Aileen.

"Nggak."

Aileen mendengus kesal. "Lo belum denger permintaan gue" kata Aileen kesal.

"Nggak perlu didengerin, gue bakalan tolak," kata Arizona.

Aileen menatap Arizona jengkel. "Tolongin gue sekali aja ya," ujar Aileen.

"Udah tadi."

"Ya lagi sekali," ujar Aileen.

"Dua kali namanya," ujar Arizona.

"Iya, dua kali kalau gitu," dengus Aileen kesal.

"Anjing banyak minta," kata Arizona sambil menatap Aileen kesal. "Apaan?"

"Gue boleh nebeng bareng lo ya, soalnya kaki gue kan keseleo nih, terus gue bawa sepeda. Gue nggak bisa ngedayuhnya," ujar Aileen.

"Taksi."

"Gue udah telat banget. Bentar lagi jadwal kerja gue di kafe," ujar Aileen. Padahal alasan sebenarnya adalah gadis itu ingin menghemat pengeluarannya bulan ini.

Arizona menatap Aileen bingung. Untuk apa gadis seperti Aileen kerja? Dan kenapa Aileen membawa sepeda ke sekolah?

"Nggak usah kibulin gue," ujar Arizona dengan nada tak suka.

"Nggak ada yang ngibulin lo monyet!" umpat Aileen karena sudah terlalu kesal. Beberapa menit kemudian gadis itu menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Maaf Ri, keceplosan," ujar Aileen sambil cengengesan.

Arizona mendengus, "udah lepasin tangan gue!"

"Nggak mau!" Aileen malah memeluk lengan Arizona.

"Lepas bangsat!" bentak Arizona marah.

Walau pun jantung Aileen berdetak sangat kencang karena takut mendengar bentakan dari lelaki itu. Gadis itu tetap tidak mau melepaskan lengan Arizona. Ia berusaha membuat dirinya percaya bahwa Arizona tidak sejahat itu. Buktinya saja tadi lelaki itu mau mengulurkan tangannya untuk membantu Aileen yang terjatuh.

"Lepas atau gue dorong?" ancam Arizona.

Aileen pun buru-buru melepas lengan Arizona. Namun beberapa detik kemudian, gadis itu malah naik ke atas motor gede milik Arizona. Ia berusaha naik secepat mungkin, tak peduli sakit yang ia rasakan.

"Bangsat, lo ngapain?" tanya Arizona marah.

"Udah, ayo jalan, gue kasi tau entar dimana letak kafe nya," ujar Aileen.

Arizona menarik napasnya lalu membuang kasar. Kesabaran lelaki itu benar-benar sudah diujung tanduk. Karena malas untuk berdebat lagi dengan Aileen, lelaki itu pun menarik pedal gasnya kencang sehingga motornya melaju sangat cepat.

Hal itu membuat Aileen kaget dan reflek tubuhnya jatuh ke punggung Arizona. Aileen memeluk pinggang Arizona erat. "Jangan ngebut," pinta Aileen. Tetapi perkataan gadis itu sama sekali tidak digubris oleh Arizona. Lelaki itu malahan melajukan motornya semakin kencang.

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA

—:—:—:—

Next? 300 komen ya! Aku usahain hari ini double update. Kalau nggak bakalan update besok.

#GrasindoStoryInc
30-12-2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro