39 : Diam

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SELAMAT MEMBACA
FORTIDEN
39 : Diam

Rasa bersalah membuatnya menjadi tidak bisa mengatakan apapun, akan tetapi kekhawatirannya mampu membuat dirinya melakukan sesuatu.
—:—:—:—

KALI ini mata Aileen benar-benar sembab. Ia kemarin seharian menangis. Bukan karena Arizona, akan tetapi karena Tean. Rasa bersalahnya kembali ia rasakan saat membaca diary yang dituliskan oleh lelaki itu. Bukan diary, lebih tepatnya buku yang berisikan tentan Aileen.

Fakta bahwa sahabatnya itu tidak ada lagi di dunia ini semakin membuat dada Aileen sesak. Bahkan saat baru bangun tidur pun gadis itu kembali menangis. Ia kembali kehilangan. Sahabat yang ia kira sudah kembali, nyatanya sudah pergi ke tempat yang sangat jauh. Jauh sekali, sampai-sampai Aileen tidak bisa menggapainya.

Tean, lo kenapa pergi? Lo kenapa pergi dan ngebuat rasa bersalah gue semakin mendalam? Apa ini hukuman yang harus gue terima karena ngekhianatin lo dulu? Sakit banget Tean. Sakit banget terjebak di dalam rasa bersalah ini, batin Aileen.

Aileen tidak peduli dengan jarum jam yang sudah mengarah ke angka tujuh. Ia bahkan melupakan bahwa hari ini adalah hari ulangan akhir semester. Dia tidak peduli dengan hal lain. Aileen masih dalam keadaan berduka.

Walaupun matanya masih mengantuk karena baru tidur selama empat jam, akan tetapi gadis itu sama sekali tidak berniat untuk mengistirahatkan badannya. Aileen hanya menatap kosong ke arah fotonya bersama Tean.

—:—:—:—

ARIZONA baru pulang ke rumah saat pukul setengah sepuluh. Itu artinya sejak semalam ia tidak pulang ke rumahnya. Lelaki itu masuk ke dalam rumahnya dengan santai seolah-olah tidak ada hal yang terjadi.

Wajah Arizona kembali dihiasi oleh banyak luka. Tangan dan kakinya yang tertutupi oleh baju dan celana yang ia kenakan pun ada yang membiru. Sehabis tarung kemarin, Arizona benar-benar lelah. Bukan karena lawan yang ia hadapi terlalu kuat, melainkan Arizona terlalu berambisi untuk menghabisi lawannya sehingga ia tak sadar telah menguras energinya secara berlebihan. Alhasil Arizona tertidur di tempat tarungnya hingga pukul sembilan.

"Darimana saja kamu?" tanya Kris yang sejak malam menunggu anaknya pulang. Ada sorot khawatir dan marah di mata pria itu.

Arizona tidak menjawab. Lelaki itu dengan terpincang jalan melewati ayahnya.

"Apakah kamu tidak bisa mendengar?!" Kris benar-benar emosi.

Arizona masih tidak peduli. Lelaki itu terlalu lelah untuk hanya sekedar membuka bibirnya.

"Arizona! Kalau kamu tidak mau saya urus, lebih baik kamu keluar dari rumah ini!" bentak Kris. Laras yang ada di sebelah suaminya berusaha untuk menenangkan Kris.

Tanpa pikir panjang. Arizona berbalik dan berjalan menuju pintu keluar. Lelaki itu hanya membawa kunci motor dan amplop berisikan uang hasil tarungnya tadi. Ia mendapatkan uang yang lumayan banyak. Bahkan tabungannya kini cukup untuk membeli rumah dan membiayai dirinya sendiri.

"Arizona!" teriak Kris.

Arizona tak peduli. Lelaki itu kembali naik ke atas motornya dan memakai helmnya. Entah kemana tujuannya kali ini. Yang ia ingin hanyalah pergi dari rumah ini.

—:—:—:—

KARENA tidak ada tujuan, pada akhirnya Arizona pergi ke minimarket yang biasa ia datangi. Lelaki itu masuk ke dalam minimarket tersebut untuk membeli roti dan kopi hangat.

Saat masuk ke dalam minimarket. Ia melihat punggung yang tidak asing. Saat gadis itu membalik dan memperlihatkan wajahnya, Arizona langsung tersadar. Itu adalah Aileen. Kenapa gadis itu masih di minimarket dengan menggunakan baju tidur? Padahal hari ini adalah hari yang penting bagi seorang Aileen.

Arizona berjalan menuju rak kopi instan yang berada tak jauh dari tempat gadis itu berdiri. Arizona tampak bersikap biasa saja, akan tetapi tidak dengan Aileen. Wajah gadis itu menggambarkan kekecewaan yang masih Aileen rasakan sampai saat ini.

Aileen segera pergi ketika Arizona mendekat. Gadis itu menuju meja tempat penyeduhan mie instan yang ia beli. Sementara itu Arizona memerhatikan langkah Aileen dari tempatnya. Lelaki itu kemudian mengambil satu buah roti lalu menuju tempat penyeduhan untuk menyeduh kopinya.

Arizona kembali berada di sebelah Aileen. Lelaki itu menatap Aileen lekat-lekat, sementara Aileen berusaha untuk tidak peduli dengan tatapan itu. Gadis itu dengan cepat membuka bungkus mie nya dan memasukkan semua bumbu lalu menuangkan air panas.

Karena Aileen terlalu terburu-buru, akhirnya tangannya sedikit terkena percikan air panas. "Aw," ringis gadis itu.

Tanpa pikir Panjang Arizona membuka air mineral milik Aileen dan menuangkan sedikit ke jari Aileen yang terkena air panas.

"Lepas," kata Aileen ketus sambil berusaha menarik tangannya.

Arizona tidak menjawab. Lelaki itu menuangkan air tersebut ke tangan Aileen sambil mengusap-usap daerah yang terkena air panas. Setelah dirasa cukup, Arizona pun melepaskan tangan gadis itu.

Aileen menatap ke arah Arizona tak suka. "Jangan sok kenal, gue nggak pernah kenal sama lo. Gue cuma kenal sama Tean," ujar Aileen.

Arizona masih diam. Lelaki itu menuangkan bubuk kopi instannya ke dalam gelas lalu menyeduh kopi itu. Setelah membayar barang yang ia beli, Arizona pun keluar dari minimarket dan duduk di kursi depan minimarket.

Lelaki itu meniup kopi panasnya lalu menyeruput kopi hitam tanpa gula tersebut. Tak lama, Aileen keluar dengan cup mie instan di tangannya. Gadis itu hendak duduk akan tetapi ia benar-benar tak ingin berhadapan dengan Arizona.

Arizona kembali menatap gerak-gerik gadis itu. Lelaki itu menarik tangan Aileen yang hendak pergi dan membawa gadis itu agar terduduk di kursi yang ada di hadapannya.

"Lo apa-apaan--"

Belum selesai Aileen protes, Arizona telah bangkit dari duduknya. Ia menyesap sedikit kopi hitamnya kemudian memasukkan roti yang ia beli ke dalam kantong hoodie yang ia kenakan. Setelah itu Arizona pergi menuju motornya dan pergi dari sana.

Aileen menatap kepergian Arizona dengan lirikan matanya. Sejujurnya Aileen merasa khawatir dengan luka-luka yang ada di wajah Arizona. Bisa gadis itu pastikan bahwa Arizona kembali adu jontos semalam. Tetapi Aileen berusaha untuk tidak terlihat peduli.

Gadis itu pun menatap ke arah kopi milik Arizona yang bahkan belum habis setengahnya. Ai, nggak usah mikirin cowok jahat kayak dia, batin gadis itu. Aileen pun mulai memakan mie nya dengan perasaan campur aduk.

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA

—:—:—:—

Banyak banget ya aku ngeupdate hari ini. Kalian tangannya kenapa bisa cepet gitu sih. Baru bentar ditinggal udah 900 komen. Next? Aku minta 1000 komen. Sanggup nggak nih?

#GrasindoStoryInc
12-03-2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro