3. Kamar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Keadaan kamar 156 A

Semua orang di kamar terlihat santai. Bintang menyediakan makanan berbeda hari ini. Mereka melepas penat dengan makan kentang goreng buatan Bintang, yah Rizal juga ikut membantu meniriskannya. Dengan saos tomat saja, kentang goreng bisa terasa nikmat jika dimakan bersama-sama.

Yuma memegang perutnya yang sudah kenyang. Yuma memperlihatkan perut miliknya yang penuh akibat banyak memakan kentang.

"Huahahaha! Itu perut ibu hamil yah?!" sorak Rizal.

Yuma memberi jempol. "Umurnya enam belas tahun Bosku!"

Kripik melirik Carl yang masih diam. Dia tidak banyak bicara malam ini, ada yang aneh dengan Carl. Saat pertama kali bertemu pun, Carl orang yang enak diajak berteman. Kripik mengaktifkan kekuatannya tanpa sepengetahuan orang di kamar.

"Kripik, kau lagi apa?" tanya Bintang.

Kripik yang merasa kelakuannya dicurigai, langsung mengurungkan niatnya. "Tidak apa-apa."

Bintang memajukan tubuhnya sedikit dari kursinya. Aura intimidasi melesat maju menuju Kripik. Kripik menelan salivanya kasar. Mata Bintang menyala kecil.

"Benarkah kau tidak melakukan apa-apa? Aku merasakan ada yang aneh akan aura di ruangan ini. Apa itu ulahmu Carl?"

Carl langsung mendongakkan wajahnya. Dia menatap kesal Bintang. "Apa maksudmu mengatakan itu?"

Kripik menghembuskan nafasnya kasar. Pertanyaan Bintang langsung menebak apa yang dilakukan Carl. Carl yang merasa diperlakukan tidak baik, langsung melesat keluar kamarnya.

Bintang tersenyum tipis. "Kripik, sebenarnya apa tujuanmu?"

Yuma yang merasa tertarik, hanya duduk bersantai di kursinya. Rizal melipat tangannya di depan dada.

Kripik memalingkan wajahnya ke arah pintu. "Tidak. Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya bingung, kenapa kau langsung menuduh Carl begitu--"

"Maaf, aku tidak menuduh. Aku hanya menebak saja." Jelas Bintang.

"Tapi ... jikalau kalian berdua mempunyai hubungan aneh aku akan membongkarnya."

Ucapan Bintang sepertinya membuat Kripik mengerti, ada yang harus dia lakukan agar kepercayaan Bintang bisa kembali padanya walau tidak mudah. Bintang pergi menuju tempat tidurnya dan merebahkan diri. Yuma bukannya tertidur di kasur, tapi malah tertidur di kursi. Rizal menaruh selimut pada Yuma agar tidak kedinginan.

Kripik menoleh pada Rizal. "Rizal, ada yang ingin aku bicarakan. Tapi, nanti pada saatnya."

"Hmm, baiklah."

Kamar 156 B

Sepertinya kamar 156 B diisi oleh rakyat sableng. Mereka sedang merayakan Fururun yang menjadi wakil ketua murid di kelas 1-E. Orang-orang melakukan perang bantal, karena terlalu bahagia ada yang terlontar beberapa senti karena kalah tenaga.

Sura, Heny, Fuyuu, Widya, dan Fururun. Lengkap sudah keseruan mereka saat Heny menari dengan boneka mafuterunya. Heny memang mempunyai kekuatan pengendali boneka, jadi boneka mafuteru seolah gampang jika dibuat keseruan.

Lagu dari Bang Soraru mengisi keseruan di ruangan. Mereka semua berjoget ria.

"Heny! Bang Sosro udah nikah belom?" tanya Widya.

"Udah dong kan istrinya aku, aw!" jawab Heny.

"Mantap nee-san!" ucap Sura.

Kamar 157 A

Kamar 157 A tidak merayakan Eris yang menjadi ketua kelas, padahal Eris berharap dirayakan.

"Cuy main game yok!" ajak Rehan.

"Cuy! Ini lolinya bagus ngga? Ini yang anone anone itu." kata Baha.

Bayu memperlihatkan foto Megumin yang sedang memakai tongkat. "Explosion!!"

Andrew dan Yoga saling mengadu siapa yang paling cepat mengalahkan salah satu boss di permainan Toram. Eris yang bersedih akhirnya menutup wajahnya dengan bantal. Orang-orang di kamar saling mengasih kode.

"Selamat Eris udah jadi KM!" sorak semuanya--walau nadanya terkesan malas.

"Moga langgeng sama Fururun!" tambah Rehan.

Eris dengan wajah semerah tomat langsung melempar bantalnya ke arah Rehan. "Hilih!"

Kamar 157 B

Kamar 157 B seluruh orangnya sudah pada tidur, kecuali salah satu perempuan di sana.

"Rencana B. Rencana B."

Clek!

Lampu dinyalakan. Seorang perempuan melihat siswi yang terdiam di meja dapur.

"Kau ... sedang apa?" tanya Dila.

Kamar 158 B

"Gaes absen dulu kuy! Aku Mezu! Sang Ayam Geprek!" teriak siswi bernama Mezu.

Vara berdiri di atas kasurnya. "Aku! Vara! Jodohnya Dazai eakk!"

Rav menatap bosan Vara. "Aku Rav. Udah itu aja, pokoknya aku Rav."

Mezu menengok ke kanan-kirinya. "Pika sama Icha mana? Aku nggak lihat."

Rav mengedikkan bahunya. "Mungkin keluar."

Kamar 159 B

Sepertinya orang di ruangan ini sedang berbicara dengan santai. Mereka saling berbagi informasi tentang kehidupan mereka yang berbeda daerah. Hicchan, Mila, Ave, Hanaru, dan Rie sedang meminum coklat panas di lantai pohon buatan Mila. Mila menggunakan kekuatan tanamannya, agar duduk di lantai kamar bisa merasa seperti di alam.

"Hanaru sama Rie kekuatannya kok samaan, kalian kembar?" celetuk Hicchan.

"Kami tidak kembar!" sorak mereka berdua.

Ave berdecih. "Cih! Kalau kalian bohong kalian jomblo yah."

Rie mengeluarkan rantai dari telapak tangannya. "Aku jadi ingin jitak ginjalmu Ave!"

Kamar 160 B

Keadaan di ruangan ini tidak perlu dijelaskan. Yang pasti Ratu Judi sedang ceria menang kembali, walau kartunya apa pun Nana akan menang.

Rima terkekeh. "Nana, nggak bosen menang judi terus?"

Nana tertawa sambil memegangi pinggangnya. "Hohoho."

Yemi dan Fia menggeleng kepalanya. "Insyaflah wahai manusia~"

Nana yang bukannya sadar, dirinya malah ikutan nyanyi. "Jika dirimu bernoda~"

Rima menggelembungkan pipinya. "Aelah malah nyanyi."

To Be Continued..

Chapter ini kayaknya chapter sebelum anak-anak pada mengalami bip! Cerna yah para Bujank misterinya wkwkwk🍀

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro