Problem

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saat itu adalah hari terkelam sepanjang sejarah FLC entertaint. Aku tidak tahu harus mengatakan atau bersikap seperti apa saat itu. Semua terlalu susah untuk diungkapkan. Keputusasaan, ketidaksetiaan, kemarahan dan kesialan semua terjadi dalam satu kurun waktu. Sangat berlawanan dari arti sesungguhnya dari Four-Leaf Clover yang menjadi nama agensi kami. Berbagai masalah menimpa masing-masing individu, tidak terkecuali aku. Serta saat itu kami kehilangan seseorang. Membuat konser besar yang seharusnya menjadi hari bahagia akhirnya menjadi konser terakhir kami bersama dengannya.

○●○

Itu adalah hari yang cerah untuk memulai latihan. Aku sudah tiba di studio tepat pukul tujuh pagi.  Dua bulan lagi kami satu agensi akan mengadakan konser besar dan aku juga akan tampil di acara itu.

Di saat aku bersama Nine Clover—salah satu grup idol cewek di agensi—berlatih menyanyikan lagu masing-masing seseorang mendobrak pintu studio yang mengagetkan kami semua, hingga Dila yang sedang menari untuk koregorafinya hampir saja jatuh terjungkal, untung Lays sempat menangkap tubuhnya.

"Kak Mil ngangetin aja!" sentak Dila kepada Mila pelaku pendobrak pintu.

"Ma-maaf apa aku terlambat?"

Mendengar jawabnnya itu yang terkesan melenceng dari kata-kata Dila barusan membuat aku berpikir ulang tentang gadis itu. Apa dia tidak punya sopan santun?

Melupakan kejadian tadi kami kembali kepada aktifitas masing-masing. Anggota NC yang lain sibuk menyusun koreografinya untuk nanti. Sementara aku mojok untuk menghapal lirik lagu yang akan aku tampilkan nanti. Aku memang sudah hapal tapi bagian terakhir sedikit sulit aku nyanyikan.

Beberapa saat berlalu, terdengar kembali pintu studio terbuka kali ini tidak seperti tadi yang terbanting dengan keras. Aku lihat bang Fikri muncul dari balik pintu dia menghampiriku.

"Gimana?" tanyanya kepada hasil latihanku. Memang dia sih yang memberi aku lagu ini untuk dinyanyikan.

"Cukup mudah, tapi aku kesulitan di bagian akhir." ucapku seadanya.

Kripik, begitu sapaan akrabnya, nampak berpikir sejenak. Aku pikir dia akan melatihku namun jawabannya justru melenceng dari dugaanku.

"Gimana kalau kau duet aja?"

Aku berpikir sejenak. Tawaran itu cukup bagus. Aku bisa menutupi kekurangan di akhir lagu.

"Oke, dengan siapa?"

Kripik tersenyum padaku dan menyuruhku untuk menunggu di sini. Dia pun pergi, entah kemana aku tidak tahu.

Tak lama pintu studio kembali terbuka, aku melirik. Ternyata bukan Kripik melainkan Carl, tersampir sebuah gitar di punggungnya.

"Baha, liat bang Rehan enggak?" Aku menggeleng sebagai jawaban. Penasaran aku pun bertanya, "Ada apa?"

"Ini gitar w senarnya putus mau minta tolong benerin."

Aku mengangguk-angguk paham. Carl akhirnya pergi dan aku tenggelam dalam kebosanan lagi.

Gadis-gadis NC hanya sibuk sendiri menciptakan koreografi. Menari dan bergerak lincah diselingi dengan nyanyian yang akan mereka bawakan.

'Kapan Kripik alot itu muncul sih?' Aku mengumpat dalam hati, dongkol dengan Kripik. Sudah lebih dari 15 menit dia membuat aku menunggu.

Bosan menunggu, aku melirik para anggota NC yang sedang berlatih. Di sana ada Dila sebagai leader, Mila sebagai rapper, Mezu main dancer, kemudian ada Milkita sebagai yang paling handal menciptakan lagu, anggota yang lain adalah Lays, Rav, Hicchan dan Chita.

Rav dan Hicchan mungkin tidak begitu menonjol di antara mereka tapi mereka merupakan alat revisi yang baik. Hicchan adalah ahli translate dan Rav paling pintar memilih diksi untuk lagu.

Sementara Lays dan Chita adalah penambah kesenangan dalam lagu-lagu mereka. Duo senek micin adalah julukan bagi mereka.

Dila sebagai leader merangkap pembuat koreografi itu sedang menari-nari menciptakan gerakan yang sesuai dengan lagu. Sementara yang lain bertugas mengkritik dan memberi masukan untuk gerakan-gerakannya.

Tidak berselang lama saat aku memperhatikan NC, Kripik akhirnya tiba. Di belakangnya ada seseorang. Apa itu Eris?

"Kau pasti belum tahu, biar aku perkenalkan. Dia Eris, suaranya cocok dengan lagumu tadi, jadi bekerja sama lah!"

'Huh! Memangnya aku tidak tau Eris itu siapa?' ingin aku berkata seperti itu di depan Kripik. Tapi aku cuek dan segera mengajak Eris latihan. Kripik sudah pergi setelah mengucapkan kata-katanya tadi.

Saat latihan aku perhatikan Eris merupakan orang yang cerewet sangat berlawanan denganku yang lebih banyak diam. Segala percakapan dikuasai olehnya. Aku lelah menanggapi, dan apa-apaan panggilannya itu? UdinChan? Yang benar saja.

Huh! Dia mengesalkan.

"Oke jadi UdinChan nyanyiin bagian ini, baru Eris ambil di part ini terus kita nyanyi di part paling akhir. Gimana?"

Tapi ... dia cukup handal membagi setiap part dan kombinasinya ... bagus.

"Oke." balasku tanpa pikir panjang lagi, Eris tersenyum puas akan jawabanku. Lalu kami kembali latihan, ternyata dia bisa serius juga saat latihan.

Beberapa saat kami latihan, ada lagi yang membuka pintu studio, aku dengan reflek ingin tahu akhirnya menoleh. Ternyata Teh Pika yang datang. Dia merupakan manajer NC.

"Mil, ada yang telpon."

"'Mil' siapa kak?" Itu Dila yang bertanya. Ada dua 'Mil' di sana tentu mereka perlu bertanya lagi.

"Maksudnya Mila, nih ada telpon." ulang teh Pika lebih jelas.

Mila bangkit dari duduknya dan menghampiri teh Pika, rautnya bingung dan penasaran. Aku kira dia akan bertanya tapi dia langsung menyambar telepon yang diberikan teh Pika kepadanya.

"Halo?"

"..."

Semua tiba-tiba senyap, penasaran dengan siapa yang menelepon. Mila tidak punya seseorang untuk sekedar menghubunginya, terlebih di jam sibuk seperti ini. Tentu kami penasaran.

Entah apa yang dikatan si penelpon, tapi aura yang aku rasakan dari Mila terasa berbeda.

"Kak Pika ini teleponku 'kan?"

'Aneh. Kenapa dia bertanya begitu?' Aku bertanya-tanya dalam hati. Bukankah dia seharunya mengenali teleponnya sendiri?

"I-iya, kenapa Mil?"

_Traak_

Aku terbelalak, meski jauh tapi aku bisa lihat Mila menghancurkan telpon pintarnya. Bukan hanya aku, yang lain juga tercengang dengan kejadian barusan.

"Dil tenggorokanku sakit, aku akan ke dorm." Tanpa kata-kata lebih lanjut Mila menghilang begitu saja di balik pintu studio.

Kak Pika mematung tidak bisa mencegat atau bertanya lagi.

Aku lirik Eris, dia masih setia menontoni sisa telpon pintar itu. Entah apa yang sedang dia pikirkan.

Setelah kejadian tadi, waktu makan siang datang, aku akhirnya beranjak dan pergi ke kantin.

Saat itu aku tidak tahu bahwa setelah aku pergi Eris sedang melakukan sesuatu di studio yang akan mendatangkan sesuatu di masa mendatang. Saat aku mengetahuinya semua sudah terlambat.

***

Di kantin aku melihat Bintang dan Andrew lomba makan permen dan oreo, padahal kami akan melakukan konser besar tapi mereka justru makan permen. Apa mereka berniat merusak suara mereka?

Aku hanya bisa menggeleng. Kadang aku bertanya tentang maksud mereka. Apa itu adalah bentuk protes atas ketertekanan mereka menjadi idol? Mereka memang masih remaja dan aku tahu bahwa mereka perlu menjalani hidup selayaknya remaja pada umumnya. Bersenang-senang menikmati hidup yang singkat ini.

Saat aku tengah melamun dan Bintang serta Andrew masih sibuk berlomba, tidak kami sadari bahwa kak Heny sudah berada di belakang mereka. Orang lain yang berada di dekat mereka, serentak menjauh.

"Andrew ... Bintang," panggil kak Heny pelan.

Bulu kuduk Bintang dan Andrew berdiri seketika, mereka kenal pemilik suara dan pastinya akan membawa bencana untuk meraka saat ini.

Andrew yang pertama berbalik dengan kekeh pelan untuk mencairkan suasana, disusul Bintang yang seketika tertunduk.

"Heheh ada Zensei, mau oreo kak?" Andrew menyerahkan sekeping oreonya.

Heny menatapnya tajam, aku memperhatikan dari jauh, tapi cukup untuk bisa mendengar suara mereka. Andrew seketika terkesiap mendapat tatapan itu.

Zensei—nama akrabnya— tampak bersiap meledakan semua amarahnya, mencacimaki dan melarang mereka untuk makan permen lagi. Zensei merupakan manajer mereka jelas dia punya kewajiban untuk menjaga mereka.

Dan siapa mereka ini? Andrew dan Bintang adalah anggota The Prince dengan Bintang sebagai leader dan Andrew adalah rappernya, mereka berdua memang sangat akrab dan kadang aku sampai lupa bahwa masih ada anggota ke tiga.

"Bukankah aku udah bilang untuk jangan makan permen dulu? KALIAN NGERTI ENGGAK SIH?" Aku membulatkan mata sedikit terkejut dengan bentakan kak Heny.

"Contoh tuh Yuma! Dia bisa matuhin aturan, enggak kayak kalian, yang susah diatur!" bentaknya sekali lagi, ditunjuknya wajah-wajah remaja tidak berdosa yang hanya ingin mencari kesenangan semu dari sebuah lomba sederhana.

Dengan amat cepat, Bintang mengangkat kepalanya yang semula tertunduk, rahangnya mengeras seakan menahan amarah yang begitu besar. Bahkan tangan kecilnya tergenggam dengan erat di sisi kiri-kanan tubuh. Bagi kami yang melihat tampak jelas bahwa Bintang sangat marah dan kesal. Kata-kata yang terucap berikutnya menjadi sebuah awal dari kehancuran mereka.

"YUMA! YUMA! YUMA! Manajer terus memuji dia, kalau dia sangat berharga kenapa harus repot mengurus kami? Sana urus aja si Yuma itu! Jangan pedulikan aku!" Dengan itu Bintang beranjak pergi dari sana. Seakan dirasuki dosa _wrath_ Bintang tidak mengindahkan panggilan Heny, dia sibuk menghentakan kaki dan mendumel sepanjang langkah kaki yang membawanya menjauh dari kantin. Tampak sangat tidak sabaran.

Aku hanya bisa bilang wow. Sesungguhnya aku kagum dengan keberanian anak itu tapi juga merasa kesal di saat yang bersamaan.

Sementara yang lain kini sibuk berbisik, Andrew tampak mematung di tempat. Raut wajahnya menampakan keterkejutan. Aku paham dengan perasaannya. Sepanjang yang aku tahu Bintang tidak pernah semarah itu jika ditegur apalagi sampai membawa nama orang.

Bicara tentang Yuma kira-kira di mana anak itu? Aku belum melihatnya sepanjang hari ini.

***

Saat diriku berada di kantin menyaksikan perdebatan singkat tadi, Yuma tengah berada di studio latihan ketika semua orang beristirahat.

Anggota ketiga dari grup Prince itu sedang berlatih menyanyikan partnya. Diselingi dengan gerakan-gerakan yang akan dibawakan, Yuma tampak lincah menari diatas lantai. Hingga tidak sadar bahwa dirinya sedang diintai oleh seseorang.

Saat di part terakhir dari lagu, di mana dia akan bertukar posisi dengan Bintang yang seharusnya berada di sudut ruangan, saat itulah Yuma sadar ada yang tengah memperhatikannya.

"Vara?" kejutnya mendapati sesosok Vara yang berdiri tidak jauh dari posisinya saat ini. Yuma sedikit malu telah ketahuan latihan diam-diam di sela-sela jam istirahat.

Vara hanya nyengir kuda tidak peduli dengan semburat merah muda yang tersapu tipis di pipi Yuma. Dia merasa kagum dengan ketekunan Yuma yang bahkan tidak disadari Yuma sama sekali.

Mereka akhirnya berbincang sejenak, dan saat itulah kejadian memalukan terjadi. Yuma yang sedari tadi belum makan, tiba-tiba perutnya berbunyi sangat keras.

Sadar bahwa itu suara perut Yuma yang keroncongan Vara hampir saja lepas tertawa. Dia pun akhirnya mengajak Yuma untuk ke kantin. Tidak mereka sadari bahwa di kantin sebuah masalah sedang menunggu Yuma.

Di tengah jalan Yuma dan Vara berpapasan dengan Bintang. Yuma berusaha menyapanya tapi ... Bintang tidak bereaksi sama sekali. Dia hanya lewat begitu saja, menoleh pun tidak, dan yang paling membuat Yuma heran adalah gumanan yang secara tidak sengaja Yuma dengar.

"Iri iri iri iri." Itulah gumaman yang didengar Yuma terucap oleh Bintang saat melintasi dirinya seakan tubuh Yuma transparan tidak terlihat.

Yuma heran dan bertanya-tanya. Apakah anak itu sedang dirasuki dosa Envy?

"Kalian marahan?" Vara bertanya begitu Bintang sudah menghilang dari pandangan.

Yuma hanya mengegeleng, antara tidak dan tidak tahu.

Sampai di kantin, Yuma berhadapan langsung dengan Andrew yang akan keluar dari kantin. Kak Heny sudah pergi tepat setelah Bintang pergi. Tapi menariknya mereka tidak bertemu kak Heny di jalan seolah kak Heny melewati jalan lain padahal hanya ada satu jalan di sana.

Merasa perlu menyapa, Yuma akhirnya menyapa Andrew yang hanya terdiam di tempat. Andrew melirik sedikit, dia tahu itu Yuma tapi ....

Pikiran Andrew kacau, dia langsung beranjak dari sana meninggalkan tanda tanya besar di kepala Yuma. Pertama Bintang sekarang Andrew. Ada apa dengan mereka. Itulah pertanyaan-pertanyaan yang terbersit di pikiran Yuma.

Aku yang berada di pojok kantin menatapi Yuma dan Vara yang mulai memesan makanan. Entah kenapa aku jadi sedikit membenci Yuma karena dia selalu diperhatikan Heny. Padahal dibanding Bintang dan Andrew, Yuma lebih payah dalam bernyanyi.

Kira-kira itulah isi pikiranku saat itu. Saat aku merasa bersimpati kepada Bintang yang bahkan tidak bisa menikmati masa remajanya dengan normal. Saat di mana aku tidak tahu siapa yang salah dan benar.

***

Jauh dari kantin, di sebuah ruangan. Saat di mana masalah lebih besar sedang terbentuk.

Bayu sedang meresapi racikan kopinya. Kantung mata dengan setia masih bertengger apik di matanya akibat dari keseringan dia begadang. Salahkan si Kripik alot yang memberinya begitu banyak pekerjaan. Dia berjanji, jika Kripik menambahkan kembali pekerjaannya dia akan berubah menjadi beruang mengamuk, bukan lagi beruang pedo julukan yang sering disematkan kepadanya.

"Bang Bay, ini kostum untuk grup NN gimana bang? Pesen sekarang atau seminggu lagi? Mereka udah ngukur badan tadi." Fia datang menengok ke ruang kerjanya dengan papan yang berisi jadwal-jadwal kerjanya menempel dada.

Bayu menoleh, masih tersisa setengah cangkir kopi di tangannya. "Sekarang aja, sekalian kostum NC sama Prince, mereka juga pesen kostum khusus kan?"

Fia hanya mengangguk sebagai tanggapan, dan segera melenggang pergi.

Bayu berulang kali menghela napas, tumpukan dokumen dan berlembar-lembar kertas terususun tidak apik di meja kerjanya. Tak lama berselang Yoga datang mebawa beberapa tumpukan partitur lagu.

"Bang Bay, tadi katanya bang Kripik suruh beresin ini, disuruh mengaransemen." ucap salah satu tangan kanan Kripik, Yoga. Dia meletakan kertas-kertas itu di atas meja kerja Bayu yang sudah seperti kapal pecah.

"Hahh."

Lagi-lagi Bayu menghela napas. Sudah tidak terhitung helaan napas berat yang dia keluarkan hari ini. Semua karena Kripik alot kelebihan micin itu.

Bayu mengangguk dan memberi isyarat bahwa Yoga sudah bisa pergi.

Kelelahan dan sangat mengantuk, Bayu menutup matanya sejenak. Membiarkan kesunyian ruangan menenangkan hatinya.

Tok

Tok

Tok

Belum sempat Bayu terlelap sudah ada lagi yang mengetuk pintunya. Bayu membuka matanya, dan melirik kepada pengetuk pintu. Ternyata itu Rehan, salah satu aranger terbaik milik agensi. Kebetulan sekali.

"Bang tadi aku di suruh ke sini sama Yoga, ada apa ya?"

Yoga? Oke Bayu bingung. Apa Yoga sengaja menyuruh Rehan ke sini agar menggantikannya mengarangesemen lagu-lagu itu? Apa dia bersempati karena melihat Bayu yang sangat kelelahan hari ini? Atau dia berusaha agar Bayu berpikir begitu supaya Bayu baik kepadanya dan memberinya kemudahan naik jabatan?

"Tuh, tolongin arangesemen lagu-lagu itu." Masa bodoh dimanfaatkan atau tidak yang penting pekerjaannya kelar.

Rehan mengerjap bingung tiba-tiba diberi tugas seperti itu. Tapi dia tetap melakukannya. Rehan akhirnya tenggelam pada pekerjaannya, dia memilih mengerjakannya di ruangan Bayu. Sementara Bayu masih harus mengurus beberapa pekerjaannya.

Dua puluh menit berlalu dalam keheningan, ketukan pintu mengalihkan atensi Bayu dan Rehan. Dari balik pintu Pika muncul dalam raut datar miliknya. Biar Bayu tebak, pasti suruhan Kripik lagi.

"Bay dipanggil Kripik ke ruangannya."

Tuh kan benar. Bayu segera bangkit dengan raut kesal tergambar di wajah. Dia mendumel sepanjang perjalanan sama seperti lebah yang terus mendengung menganggu bagi siapa saja yang berada dekat dengannya. Dengungan yang khas dan mengamcam karena lebah adalah serangga yang dapat menyengat, itulah deskripsi Bayu saat ini. Dengungan yang mengancam, bersiap-siap saja mendengar tegurannya ketika dia lewat.

Bayu sampai di depan ruang Kripik, dia mendobrak pintu dan mengagetkan oranga yang berada di dalam ruangan.

"Apa?" tanya Bayu sinis, dari sini dia akan mulai menjadi beruang murka, yang ketika diganggu tidak akan segan untuk melukai.

"Tadi Baha dan Eris bakal duet jadi penampilan Eris pada part awal dihapus aja." Tidak merasa terintimidasi Kripik mengucapkannya dengan santai seolah tidak berdosa. Bahkan tumpukam kertas dan dokumen di meja kerjanya jauh lebih sedikit dibanding milik Bayu.

Bayu tersulut emosi melihat itu. Dia berbalik dan membanting kembali pintu ruang kerja Kripik.

Kripik mengerjap, dia heran dan bertanya, "Ada apa dengan anak itu?"

***

Bayu terus mendumel, mengeluarkan segala umpatan yang dia ketahui sepanjang kakinya melangkah. Di tengah jalan dia bertemu Heny yang tampak kesal.

Mereka berpapasan dan sama-sama merasa terkejut serta bingung.

***

"Ohh jadi begitu yah," Bayu kembali menengguk kopi yang tinggal seperempat itu.

Dia dan Heny tengah berada di atap gedung entertaint. Sama-sama sedang punya masalah akhirnya mereka curhat bareng di atap. Masa bodoh dengan pekerjaannya Bayu memilih melegakan hatinya sedikit dengan mencurahkan semua. Begitu juga dengan Heny, dia tengah mencari sebuah cara efektif untuk membujuk Bintang agar tidak merasa kesal lagi.

Pukul dua siang akhirnya mereka berpisah. Kembali ke pekerjaan masing-masing dengan hati yang sedikit lega. Tapi siapa yang tahu kelanjutannya akan seperti apa.

***

Selesai istirahat aku kembali ke ruang latihan, NC kali ini tidak ada di sana terganti oleh TripelR, grup yang baru saja terbentuk beberapa bulan lalu tapi mampu naik daun dalam waktu dekat ini. Anggotanya terdiri dari Rizal sebagai leader trap, Rim serta Rie. Rizal merupakan idol senior di sini, sudah cukup lama dia merintih karir sebagai penyanyi solo tapi setelah Rim dan Rie debut, Kripik memasangkan mereka bertiga dalam satu grup. Siapa yang tahu bahwa mereka meraih sukses begitu cepat seperti ini.

Tapi kali ini aku tidak melihat Rizal diantara mereka. Bahkan Eris juga belum tiba di sini. Aku penasaran mereka ke mana.

Bosan menunggu, aku akhirnya pergi mencari Eris. Saat itu aku berpikir bahwa Eris mungkin sedang berada di taman, dan aku meninggalkan dua gadis remaja itu di studio ini berdua. Tidak aku sangka bahwa hal berikutnya yang terjadi di sini akan mendatangkan berita besar bagi kami satu agensi.

Rie yang melihat kepergianku dan meninggalkannya berdua dengan Rim, seketika dongkol. Bukan karena dia takut ditinggal hanya berdua tapi karena perdebatan Heny dan Bintang tadi siang di kantin. Entah kenapa dia jadi kepikiran. Memang dipanggung dia terlihat sempurna tapi bagi pengamat musik dia hanyalah sebuah hambatan dari dua aliran listrik yang akan menyinari sebuah lampu. Dia hanya hambatan bagi Rizal dan Rim untuk bersinar cerah.

Rim dulunya hanya beruntung karena dapat debut lebih awal dengannya karena ada yang mengundurkan diri. Tapi keterampilannya dalam menyanyi mengangkat nama grup idol TripelR ini hingga naik daun seperti sekarang. Apalagi Rizal yang sudah amat senior dibanding mereka membuat grup idol ini cepat dikenal masyarakat. Dibanding mereka berdua Rie hanya penghalang.

_Puk_

Sebuah tepukan halus menyadarkannya dari lamunan, Rie menoleh dan mendapati Rim tersenyum cerah kepadanya.

"Kenapa sih, dari tadi murung?"

Rie menggeleng sudah terlalu jatuh dalam pikirannya sendiri. Dia dongkol dan pikirannya kacau.

Tidak berselang lama saat mereka mendengar Aku pergi, Rizal datang dengan ... apa itu perban?!

***

Aku menyusuri jalan setapak di taman dekat ruang musik untuk mencari Eris, firasatku mengatakan bahwa dia ada di sekitar sini. Aku sempat melihatnya beberapa waktu lalu berlatih di sini. Mungkin dia suka suasana tenang dan hijau seperti ini. Saat aku melirik ke arah jalan menuju ruang musik, aku melihat Dhana dan Nana baru saja keluar dari sana. Saat itu aku tidak tahu bahwa Dhana adalah penyebab suatu tragedi bagi kami, jika saja waktu itu aku mencegatnya mungkin saja masalah itu tidak akan terjadi. Tapi semua sudah terlambat.

Aku masih menyusuri taman tapi sama sekali tidak menemukan Eris di manapun. Kemana sebenarnya anak itu pergi?

Seakan ingat akan sesuatu aku pergi menuju dorm lewat jalan taman. Cukup ikuti jalan setapak ini menuju barat, aku akan sampai di halaman dorm. Terlalu jauh jika harus melalui tangga di samping studio musik dan menaiki lift horizontal ke arah barat menuju gedung satunya.

Tidak lebih dari 15 menit aku sudah sampai di dorm, tinggal naik menuju lantai dua dan aku bisa bertanya perihal kamar _dia_.

Waktu itu saat kaki-kaki ku menjejak lantai lift menuju lantai dua, saat itu lah kejadian menegangkan tengah terjadi di studio musik. Seharusnya aku tetap berada di sana dan kini nasi sudah menjadi bubur. Berulang kali aku menyesal tidak menetap di sana dan menghentikan satu dua kejadian yang akan sangat berpengaruh di masa depan.

Aku sampai di lantai dua dan segera mencari kamar Mila. Ya Mila rapper dari NC itu. Eris pasti sedang menjenguknya dan melalaikan latihan kami. Kenapa juga bang Kripik memilih dia untuk berduet dengaku?

Jauh dari tempatku berada saat itu grup NoName tengah menikmati waktu santai-santai di cafe langganan mereka.

NoName adalah grup idol yang berisi senior-senior berbakat yang terdiri dari Fuyu sebagai leader, Ave, Nana, Dhana, dan Icha.

Nana dan Dhana mereka tidak ada di antara kumpulan mereka. Sudah dijelaskan tadi bahwa mereka tengah ada di ruang musik.

Fuyu, Ave, dan Icha sudah melengkapi diri dengan penyamaran agat tidak dekenali fans atau netizen tidak berakhlak. Mereka tengah hangout, sedikit refresing dari padatnya jadwal latihan serta manggung mereka. Lagi pula dua bulan dari sekarang mereka akan mengadakan konser besar satu agensi.

"Eh kak Fuyu, jadi 'kan kita collab sama TripelR dan Prince nanti?" Icha yang bertanya, meletakan secup cappucino di atas meja.

Fuyu masih meneguk green tea yang dipesannya, Icha setia menunggu. "Jadi kok," ucap Fuyu pada akhirnya.

Icha sedikit tidak puas akan jawaban itu dia kembali bertanya, "Kalo gitu, gak masalah nih kita nyantai begini? Bukannya seharusnya kita latihan?"

Ave yang mendengar pertanyaan itu, tertarik untuk ikut bergabung, "Bener tuh, gak masalah nih?"

Fuyu menghela napasnya pendek lantas berkata dengan santai, "Kalian enggak ingat masalah tadi di kantin? Bukannya itu alasan kita ada di sini?"

Bukan hanya Icha tapi Ave juga tersentak. Mereka baru ingat bahwa grup idol Prince tengah dilanda masalah.

"Lebih baik nikmatin aja dulu kebebasan kita." ucap Fuyu lagi, tersenyum jahil tapi malah nampak seperti seringai dihadapan Ave dan Icha.

Percakapan mereka yang terkesan singkat tidak di sangka akan menjadi awal sebuah kisah. Kisah yang disutradarai oleh orang yang tengah menguntit mereka sedari tadi.

***

Aku sudah sampai di kamar Mila, entah apa yang ada di pikiranku saat itu. Tapi aku begitu gelisah saat akan membuka pintu kayu itu. Seakan ada yang menahanku agar tidak membukanya.

Memantapkan hati akhirnya aku membukanya. Ternyata terkunci. Aku pun mengetuknya. Cukup lama aku mengetuk tapi tidak ada respon dari dalam.

"Ah! Kenapa aku ada di sini? Mungkin Eris enggak ada di sini." Aku bermonolog, mengacak surai, lantas beranjak dari sana.

Dalam hati aku bersyukur tidak perlu masuk ke dalam, entah apa yang menantiku di dalam sana. Tapi fokusku kali ini adalah menemukan Eris. Telpon? Dia tidak mungkin membawa handphone. Bahkan Aku pun tidak membawanya. Kami dilarang untuk membawa handphone saat di studio, kebijakan dari bang Kripik.

Karena tidak menemukannya di kamar Mila atau pun kamarnya, akhirnya aku kembali ke studio.

Aku lewat taman tadi untuk kembali, dan kebetulan taman itu dekat dengan pintu masuk menuju gedung studio. Saat aku sampai di taman, aku lihat ada ... ambulance?!

***

Saat berbagai masalah mulai tercipta satu-persatu di studio. Hanaru, Yemi, Elin, dan Widya tengah melaksanakan konser di sebuah panti asuhan. Mereka akan menghibur anak-anak panti dengan lagu-lagu mereka masing-masing.

Mereka sudah berangkat dari pagi dan tiba di sana pukul 9 pagi. Persiapan langsung dilakukan. Penampilan pertama oleh Yemi.

"Kak Yemi, pertama giliran kakak ya! Semangat!" sorak Hanaru dari belakang panggung. Dia—Hanaru— adalah penyanyi solo yang sangat hiperaktif tidak segan untuk menyapa senior-seniornya.

Yemi hanya melambai kepada Hanaru sebagai bentuk terima kasih. Dia sudah berada di panggung, menarik seluruh atensi anak-anak yatim yang sedang menonton, mereka memberi sorakan ketika Yemi tampil dengan senyum hangatnya. Yemi menyanyikan lagu berjudul 'Impian'. Ciptaanya sendiri.

Lagu itu beritme cepat dan mengundang semangat bagi yang mendengarkan. Lagu itu mengandung pesan untuk meraih impian apapun tantangannya. Yemi menyanyikannya dengan penuh semangat. Suara emas Yemi sanggup menghipnotis anak-anak panti untuk memperhatikannya.

Hei! Hei! Apapun itu .... uuuu

Ayo raih impianmu!

Bait terakhir dari lagu menyentak semua orang, hening tercipta, Yemi mengangkat kedua tangannya ke udara, peluh sudah membanjiri keningnya. Senyum cerah tertampil dan ...

Prok

Prok

Gemuruh suara tepuk tangan penonton membuat Yemi puas. Dia mengucapkan terima kasih dan kembali ke belakang panggung.

Konser hari itu berlangsung sangat meriah, sebenarnya mereka mengadakan konser itu dengan tujuan amal untuk menghibur anak-anak yatim, dan mereka merasa terhibur saat melihat anak-anak itu tersenyum.

Tidak ada yang akan menyangka sebuah tindakan kecil dari anak-anak itu akan menyelamatkan mereka suatu hari nanti.

"Huehuehue, mereka ucul yah." ucap Elin ketika konser sudah berakhir tepat pukul 4 sore. Mereka sekarang dalam perjalanan kembali ke dorm menggunakan mobil.

"Iyah, kak Vara pasti akan iri kalo kita ceritain." Hanaru membalas.

Yemi dan Widya seketika tertawa membayangkan ekspresi Vara nantinya.

Rencananya Elin, Hanaru dan Yemi akan mengejek Vara habis-habis karena tidak tampil di panti. Shotacon itu pasti akan iri karena tidak bisa melihat shota yang banyak terdapat di panti. Tapi sebuah berita besar tengah menanti mereka di studio dan itu bukan berita yang bagus.

***

Pertama mari kita kembali saat aku melihat sebuah ambulans terparkir di depan studio.

Penasaran aku akhirnya mendekat, dan melihat banyak orang sudah berkumpul di sekitar ambulans. Aku lihat ada anggota NC, Carl, para manajer, kak Bayu, Kripik, dan lainnya. Aku berusaha lebih dekat dan apa yang baru saja diangkut oleh troli ambulans membuatku terkejut. Itu ... Rizal?!

Saat tengah terkejut melihat Rizal yang terkapar tak sadarkan diri dan perban membalut kepalanya, Sura di sana menangis terisak menemaninya masuk ke dalam ambulans. Apa yang terjadi?

Kripik menarik Sura untuk kembali dan ambulans itu pergi bersama Rizal di dalamnya.

"Apa yang terjadi?" Aku mendakat ke kerumunan dan bertanya pada siapa saja yang mau menjawab.

Carl hanya menggeleng sebagai tanggapan. Chita juga sama dia hanya menggeleng. Saat aku melirik ke samping, aku melihat Dhana menitikan air mata, tertunduk dalam seolah merasa bersalah? Aku tidak tahu tapi itu yang terlihat dari ekspresinya. Tidak ada yang tahu itu selain aku. Bahkan tidak ada yang sadar ketika Dhana pergi meninggalkan kerumunan. Aku penasaran tapi tidak ingin mengejar.

"Semua tolong berkumpul nanti di ruang utama jam 7 malam!" Kripik berkata, ada raut ketegasan di wajahnya yang kurus itu. Baru pertama kali aku melihat pria penuh humor itu menampilkan raut tegas seperti itu. Kami hanya mengiyakan ucapannya tidak lupa kami menghubungi orang-orang yang tidak ada di sini.

***

Ini sudah jam 3 sore dan aku masih tidak menemukan Eris di mana pun. Bahkan tadi dia juga tidak berkumpul bersama kami. Sebenarnya kemana anak itu? Memang konser besar itu masih lama, tapi tetap saja kami perlu latihan intens.

Menyerah akhirnya aku menemui manajerku, Sya. Untuk menghubungi manajer Eris dan mencarinya segera.

"Kak, bisa hubungi manajer Eris? Dia kemana yah? Aku ada duet dengannya dan dia hilang saat selesai istirahat makan siang." jelasku kepada Sya di ruangannya.

Kak Sya meraih handphonenya dan menghubungi manajer Eris, tak lama aku menunggu, kak Sya akhirnya memutus teloponnya.

"Eris katanya enggak bisa latihan hari ini, dilanjut besok."

'Seharusnya dari tadi kek aku bertanya ke sini. Tenagaku jadi terbuang percuma menyusuri setiap ruangan di gedung entertaint ini.' umpatku kesal dalam hati.

Saat keluar dari ruangan manajerku, aku lihat rombongan pengisi konser di panti sudah kembali. Mereka mungkin akan terkejut mendengar berita Rizal dibawa kerumah sakit.

'Ngomong-ngomong, Dhana kenapa kelihatan seperti itu ya?' Aku bertanya-tanya dalam hati mencari sebuah jawaban tapi otakku seketika buntu.

Aku menggeleng dan kembali ke dorm menanti jam 7 tiba.

***

Pukul tujuh aki sudah berada di ruang utama atau lobi dorm, di sana lah kami berkumpul. Semua idol hadir kecuali Rizal. Bahkan beberapa staf dan manajer juga turut hadir di sini.

"Kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku mengumpulkan kalian di sini. Sebagian mungkin sudah tahu tapi ini mungkin sedikit lebih spesifik," Kripik memulai penjelasannya. Kami semua berada dalam diam menanti kalimat selanjutnya dari Kripik.

"Rizal mengalami gegar otak ringan karena terjatuh dari tangga. Yahh selain itu, luka yang dialaminya mengalami infeksi karena suatu obat yang ... yahh kadalwarsa."

Bisa aku lihat Dhana menunduk saat Kripik mengatakan itu dan aku tahu bang Kripik juga sadar itu. Apa mungkin ....

Pertemuan ini berlangsung alot, suasana terasa canggung terutama bagi beberapa orang. Yahhh kalian bisa menebaknya sendiri.

"Aku mau tidur." Bintang bangkit dari duduknya ketika pertemuan sudah hampir selesai. Disusul Andrew dan Mila serta Rie yang entah bagaimana juga bermuka masam seperti mereka.

Semua orang memperhatikan saat mereka pergi, terutama Chita yang sangat dekat dengan Bintang, aku tahu bahwa kami dilarang pacaran tapi jika sekedar dekat banyak di sini.

Brak

Elin menggebrak meja yang ada di depannya keras membuat semua orang terkejut. Bahkan mereka yang tadi beranjak pergi menolehkan kepalanya terkejut.

"Kok suasananya gini sih?!? Kak Rizal palingan cuman sakit beberapa hari, serahin aja semua pada dokter, mereka pasti bisa!?" ucap Elin menggebu, sedikit sanggup merubah suasana ruangan.

"Kau yang tidak mengerti situasi lebih baik diam!?"

Deg

Perkataan Mila barusan kembali membalikan suasana ruangan menjadi semakin suram dan tegang. Kami kembali bergeming. Tapi tidak begitu lama karena kak Bayu akhirnya ikut angkat bicara, "Kau yang harusnya diam! Elin cuman berusaha mencairkan suasana kau kenapa sih?!"

"Memang anda tidak merasa bahwa diri anda jugalah menyebabkan suasana menjadi begini?" Mila kembali membalas.

Melihat itu kak Sya ikut andil dalam perdebatan ini, "Udah deh! Kalian itu kenapa sih?!"

Suasana mulai memanas ketika Heny juga ikut campur, "Udah cukup kalian kayak anak-anak aja!?"

Mendengar itu Bintang yang ada di sana tersulut emosi, "Heh! Memang diri manajer udah dewasa? Selalu pilih kasih dan selalu membela Yuma! Tidak pernah sekalipun memuji aku! Selalu Yuma. Yuma, Yuma dan Yuma?!"

Yuma yang mendengar namanya tersebut, tertunduk. Sementara itu Bayu yang mendengarnya juga ikut tersulut, "Kau yang tidak paham Shiva! Memang kau tau apa dari tindakan Heny itu?!"

"Paman jangan ikut campur deh!?"

Suasana terus memanas, dan semua pihak akhirnya terlibat dalam perdebatan-perdebata itu. Aku tidak tahu harus berkata apa saat itu.

Elin yang merasa menjadi penyebab kegaduhan ini berusaha melerai tapi dia malah dicecar habis-habisan oleh Bintang.

Semua kacau dan itu bahkan baru permulaan. Ya, permulaan dari masalah sebenarnya.

Hari-hari berlalu dalam kelam. Kami beraktifitas tidak seperti biasanya yang selalu ceria dan penuh kesablengan. Semua terasa berbeda. Bahkan yang sebelumnya tidak terlibat seperti Carl, Yoga, Fia, dan anggota NN kini juga terlibat. Kripik pusing mengatasinya.

Padahal kami akan mengadakan konser besar tapi keadaan malah seperti ini. Aku tidak tahu harus bersikap seperti apa lagi. Semua kacau. Rencana yang sudah disusun kini terpaksa disusun ulang. Tidak ada penampilan bersama seperti yang direncanakan di awal. Apakah agensi ini akan berakhir?

Kabar Rizal juga memburuk, dia koma selama 2 minggu dan Sura—seorang idol solo dan sangat dekat dengan Rizal— terus menungguinya di rumah sakit.

Tapi sesuatu menarik perhatianku, saat itu adalah malam menuju minggu, untuk menetralkan pikiran aku memilih berjalan-jalan di sekitar daerah dorm. Saat itulah pertama kali aku melihat sutradara di balik drama ini.

Aku sedang duduk di bangku taman saat seorang pria paruh baya menepuk pundakku dari belakang. Aku pikir dia mengenaliku bahwa aku seorang idol meski sudah menyamar sehingga membuatku sedikit was-was. Tapi ternyata aku salah, dia hanya ingin duduk di sebelahku.

Dia pria yang bijak, langsung tahu bahwa aku tengah dilanda masalah. Tanpa pikir panjang aku menjelaskan masalah-masalah yang terjadi di agensi. Untung saja aku tidak menyebutkan pekerjaan-pekerjaan mereka. Aku hanya menjelaskan bahwa organisasiku sedang bermasalah dan dalam waktu dekat kami akan mengadakan sebuah acara besar yang mengharuskan semua orang tampil.

Tapi kata-katanya berikut setelah dia memberiku banyak nasehat membuat aku tersentak.

"Cepatlah selesaikan semua masalahmu. Berita agensimu sudah menyebar di internet."

_Deg_

Aku terkejut, sontak mematung, dan pria itu pergi begitu saja setelah menepuk pundakku pelan.

Saat aku menoleh, pria itu sudah menghilang dari jangkauan pandanganku.

***

Sambil terus mencari solusi dari masalah ini, aku berjalan kembali ke dorm. Di lobi di mana kami biasa kumpul ada Zakhval manajer Eris dan Eris sendiri tengah berdebat. Aku mencoba menguping dan mengintip dari balik tembok.

Di sana juga ada Faisal salah satu kameramen yang mencoba melerai.

"Kalau bukan untuk mencari gadis-gadis lalu apa?! Kenapa kau ada di club malam itu! Bahkan kau membuat keributan!? Apa maumu Eris?!" Suara Zakhval meninggi seiring rentetan kalimat yang dia ucapkan.

"Dia yang mulai duluan manajer! Lagian aku ada perlu di sana!"

"Lalu coba jelaskan kenapa kau sampai tertangkap wartawan?! Sampai masuk tipi segala! Dan lihat wajahmu itu?! Penuh lebam!"

"Udahlah kak, mungkin emang bener dia ada urusan."

Faisal yang mencoba melerai malah kena semprot Zakhval. Mereka terus berdebat sampai beberapa staf akhirnya memisahkan mereka.

Saat aku mendengar ada berita tentang Eris di TV, aku mencoba mencarinya di kamarku. Benar saja ada beritanya di TV.

Bunyinya kurang lebih begini:

"Seorang idol dari agensi FLC dengan inisial A tertangkap kamera sedang berkelahi di sebuah club malam"

Inisial A maksudnya Ananda, yang mana adalah nama Eris juga.

Setelah itu ditayangkan video amatir terkait kejadian yang terjadi di club malam itu. Aku mencoba menyimak berita-berita itu.

Bahkan Eris di sebut tengah berkencan di klub malam itu kemudin berkelahi dengan preman di club. Meski aku tahu Eris buaya tapi dia tidak mungkin ke club malam tanpa sebuah alasan yang jelas. Bahkan sampai menciptakan keributan seperti itu.

Aku menghela napas pendek, memilih untuk tidur saja dan membiarkan sang waktu menyelesaikan ini. Tapi, sebelum aku benar-benar terlelap kata-kata dari pria paruh baya di taman tadi terngiang di kepalaku, mengatakan bahwa aku harus menyelesaikan ini secepat mungkin.

Beberapa hari aku mencoba untuk menyatukan mereka kembali, sebelum konser itu di mulai yang tinggal beberapa minggu lagi. Walau tanpa Rizal dan Sura yang masih di rumah sakit konser itu harus sesuai dengan rencana awal.

Hal pertama yang aku lakukan adalah membujuk bang Kripik agar mau menyusun ulang acaranya. Aku meminta agar acara penutup yaitu paduan suara oleh kami semua tidak dibatalkan. Bang Kripik tidak bisa begitu saja mengiyakan permohonanku. Tapi dia mendukungku agar FLC kembali utuh seperti sedia kala. Maka dia menyuruhku untuk meyakinkan dan melerai semua perdebatan yang menciptakan keretakan di agensi ini.

Tanpa pikir panjang aku mengiyakan, entah aku akan bisa atau tidak nantinya.

Setelahnya aku mendatangi orang-orang mencoba meyakinkan mereka agar tidak bertengkar lagi, pertama aku mendatangi kak Heny, menanyakan kenapa dia sangat membela Yuma. Akhirnya dia pun mengungkapkan alasanya, bahwa dia merasa perlu membela Yuma yang tidak lebih handal dalam bernyanyi berbeda dengan Bintang dan Andrew. Aku paham itu, dia hanya mencoba membuat Yuma agar tidak begitu merasa kecil dihadapan dua temannya.

Setelahnya aku mendatangi Bintang di kamarnya, meski dia tidak mau membukakan pintu, tapi aku mengungkapkan semuanya kepadanya. Entah dia akan peduli atau tidak.

Semua usaha yang aku lakukan berjalan cukup lancar setiap masalah mulai terselesaikan sampai tenggat waktu. Usahaku membujuk mereka semua tidak sia-sia, ternyata benar karena kesablengan mereka masalah-masalahnya mudah terselesaikan.

Tapi ...






Masih ada satu masalah yang belum terselesaikan, ini tentang Mila, ya gadis itu. Entah kenapa dia menjadi sangat marah ketika kami semua kembali seperti semula.

Dan saat Kripik mengumpulkan kami lagi dengan tujuan rapat membahas ulang susunan jadwal, Mila kembali meledak-ledak. Dia mencoba menyulut kembali api permusuhan.

Saat itu aku tidak tahu tujuannya, dan kenapa dia melakukan itu. Ketika aku tahu alasannya semua terlambat.

"Bodoh!" Umpatan terakhir dari gadis itu sebelum dia pergi dan tidak pernah kembali lagi ke sini sampai konser besar itu pun dimulai.

Hari H konser segala persiapan sudah dilakukan, tapi kabar tentang kesembuhan Rizal belum ada juga dan Sura masih setia menemaninya di rumah sakit.

Penampilan awal adalah penampilan grup Nine Clover, dengan anggota yang tidak lengkap. Mereka merasa rumpang tanpanya tapi mereka bersikap profesional dan melakukan pertunjukan yang spektakuler. Riuh penonton seakan menjadi pengalih perhatian dari rasa kehilangan mereka.

Saat aku lihat, Lays sedang menyanyikan partnya, dia begitu menghayati lagu. Setelah itu Hicchan masuk ke panggung dan menajadikannya arena untuk menari dan bernyanyi. Dia begitu menawan dengan busana dominan jingga.

Part terakhir adalah di saat mereka bernyanyi bersama dan berdiri berjejer di tengah panggung.

And I

Hold ... you.

Lirik terakhir begitu menyentuh, riuh penonton seketika terdengar begitu mereka menyelesaikan lagu. Akhirnya mereka kembali ke belakang panggung.

Penampilan-penampilan berikutnya berjalan dengan lancar sampai tiba acara puncak yaitu saat kami akan menyanyi bersama di atas panggung.

Para laki-laki berdiri di bagian belakang dan perempuan ada di barisan depan. Kami menyanyian lagu berjudul Cinta, Harapan, Kesetiaan dan Keberuntungan. Lagu yang terkesan melow ini sukses kami nyanyikan sampai ditengah-tengah lirik.

Kupikir saat aku berhasil menyatukan mereka semua kembali segala masalah akan selesai dan lagu ini adalah lagu penutup bagi kisah kami kali ini.

Tapi ... aku salah. Semua belum berakhir.

Tepat saat tiba waktu aku menyanyikan partku sendirian, sebuah bom meledak di bawah panggung. Kami semua terpental. Terluka dan jatuh.

Aku selamat tapi tidak dengan beberapa orang mereka tergeletak pingsan di puing-puing panggung. Para penonton berlarian ke sana kemari menyelamatkan diri. Entan seperti apa rasa takut yang muncul dalam diriku saat itu.

Yang jelas kakiku bergetar, mata terbelalak dan badanku kaku ketika banyak preman dan ... pria paruh baya di taman itu menembaki orang-orang serta teman-temanku.

Aku tidak paham. Aku hanya bisa melihat itu semua dari tempatku terpental tanpa bisa berbuat apa-apa lagi.

"TIDAK AYAH HENTIKAN!?"

_Deg_

Itu Mila dan apa tadi dia mengatakan ayah?!

Sebuah pemikiran gila tiba-tiba menghampiriku. Apakah maksud dari Mila yang menulai semua masalah ini adalah ini?!

Apakah dia mencoba menghentikan kami dari manggung bersama seperti tadi dan mencoba menghentikan pengeboman ini?!

Seketiak pikiranku jatuh kepada Rizal dan Sura yang tidak ada di sini. Bagaimana kalau ternyata mereka berdua adalah tahanannya?! Dan memaksa Mila untuk mengadakan drama ini?

Segala hal gila itu tiba-tiba saja terlintas di pikiranku. Dan aku tahu itu semua adalah benar. Apalagi ketika aku ingat bahwa pria paruh baya itu adalah seorang buronan yang sangat menyukai drama seperti ini ditambah itu ayah Mila. Kenapa aku tidak sadar itu?

Di saat aku sibuk melamun dan memikirkan ulang semua kejadian, kala itulah aku mendengar suara tembakan keras memekakan telinga yang membuat salah temanku ... tewas.

○●○

Begitulah kurang lebih cerita yang kami alami di dua bulan penuh masalah. Salah satu teman kami ... Mila tewas dalam kejadian itu. Dia yang sangat suka novel gore dan kematian akibat ditusuk di dada akhirnya mengalami nasib yang sama dengan adegan-adegan itu.

Dan seluruh tebakanku ternyata tepat sasaran, apa aku aslinya seorang detektif?!

Bahkan tentang Rizal dan Sura yang disandera juga benar. Setelah membengkuk pelaku, polisi akhirnya bisa menemukan Rizal dan Sura yang disekap di gudang tua. Selama dua bulan di sana untungnya mereka baik-baik saja. Si pria paruh baya itu berhasil kabur saat polisi tiba di tempat konser. Tapi anak-anak buahnya berhasil di amankan.

Entah apalagi yang akan dia perbuat nantinya. Aku tidak tahu.









End

Aneh? Ada plot hole?

Seharusnya ada pepatah di sini: bercerai kita selamat, bersatu kita mati

Wkwkwkwk cocok dengan keadaan pandemi covid-19 saat ini

Maapkeun jika ada typo bertebaran

Terakhir mari kita cek para pemain:

1. Sebagai idol grup cowok
_Prince_
Bintang(Leader)
Yuma
Andrew(rapper)

2. Solo cowok
Eris
Carl
Bahamud
Kripik/Fikri(pemilik agensi sekaligus idol senior)

3. Grup mix
_TripelR_
Rie
Rizal(trap)(Leader)
Rim

4. Grup cewek
_Nine Clover_
Dila(Leader)
Chita
Vara
Lays
Rav
Milkita
Mezu(Rapper)
Mila
Hicchan

_NoName_
Fuyu(Leader)
Ave
Nana
Icha
Dhana

5. Solo cewek
Elin(Rapper)
Widya(Biduan dangdut)
Sura
Yemi
Hanaru

6. Manajer dan panitia acara
Pika
Heny
Bayu
Rehan
Yoga
Fia
Zakhval
Sya

7. Kameramen
Faisal

Story by: DISINIHANYA_S

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro