THE LAST CONCERT WAS A MEMBER OF FLC

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

THE LAST CONCERT WAS A MEMBER OF FLC

(Harus Berakhir di sini)

Karya : Annafi Suraeni 

----------------------------------------------



Idol?

Apa itu?

Kenapa rasanya begitu unik sebuah kata itu?

Waktu kecil aku pernah berpikir begitu saat sedang menonton konser. Sangat tertarik begitu mendengarnya, mataku bahkan begitu terpesona melihat beberapa orang menari dan menyanyi. Sorak penonton yang bergemuru, di sorot dengan lampu konser yang begitu terang.

Mataku tak hentinya memandang member - member yang begitu bersinar di sana. Mereka tersenyum begitu manis. Mengalun mengikuti irama musik yang membangkitkan semangat. Hentakan kaki yang mendebarkan bumi.

Aku tidak mengerti kenapa hatiku berdebar melihat mereka semua. Perlahan tapi pasti sebuah lengkungan terukir di bibirku. Suaraku ikut membaur dengan gemuruh sorak para penonton.

Dan hari itu sudah aku tetapkan di hatiku, sebuah impian. Aku akan menjadi Idol suatu hari nanti. Pasti!

***


Kkkrrr

Suara spiker menyadarkanku dari lamunan. Suara spiker itu begitu memekakkan telinga sampai aku menutup telingaku pun masih terdengar begitu jelas. Banyak orang juga yang protes kepada orang yang menyalakan spikernya.

"Tes. Baiklah, anak - anak dengarkan aku baik-baik dan jangan ada yang protes."

Suara seorang pria terdengar dari spiker membuat semua orang di ruangan ini terdiam dan memperhatikan.

"Kak Fikri."

Aku melirik Thalia yang mata berkaca - kaca seakan ada berita buruk akan datang.

"Nanti jam satu siang harap ketua team datang ke ruangan saya. Ada hal yang ingin saya bicarakan dengan kalian, terima kasih."

Setelahnya spiker itu mati dan meninggalkan keheningan di ruangan ini. Semua orang bingung akan apa yang terjadi barusan, tidak semua juga sih. Thalia sedari tadi begitu gelisah. Apa dia mengetahui yang di maksud Kak Fikri?

"Sura!"

Lagi asik mengamati anak-anak lain, tiba-tiba dari belakang ada yang memelukku. Lays itu mengagetkanku saja.

"Lays, mengagetkanku saja."

"Ehe, gomenasai. Istirahat yuk!"

Aku mengangguk dan mengikutinya keluar ruangan. Semua orang yang tadinya latihan di ruangan itu juga satu persatu keluar dan menyisakan keheningan.

Ada yang tahu tentang diriku sekarang?

Yang barusan keluar dari ruangan latihan itu termasuk aku sendiri adalah Team Merah dari FLC grup Idol. Terdapat tiga puluh dua member yang di bagi menjadi empat kelompok. Grup Idol ini dikelola oleh Kak Fikri. Sudah sejak tujuh tahun lalu aku debut di sini dan di terima sebagai generasi pertama.

Seiring berjalannya waktu banyak member masuk dan mulai terbentuk kelompok. Banyak yang datang, tapi juga banyak yang pergi. Sampai di suatu hari itu saat kami hampir putus asa. Grup Idol ini pernah sekali ingin di bubarkan karena Kak Fikri ingin pindah dari mengurus Idol dan hidup seperti biasa saja.

Kami semua tidak ingin bubar begitu saja, tapi tanpa manajer Idol ini tidak akan berjalan. Waktu itu kami protes dan untungnya Kak Fikri mengerti. Kak Fikri memberikan kami kesempatan sekali untuk bersinar selama setahun.

Dan sampailah di sini...

Di ruangan yang biasanya anak - anak Idol FLC untuk kumpul, semuanya memasang wajah tegang. Para ketua team berdiri dengan di depan semua orang untuk memberi tahu apa yang mereka rundingkan dengan Kak Fikri tadi.

"Kak Fikri ingin kita semua membuat konser terakhir dan membubarkan grup ini dengan senyuman."

Itu Mih Puyu ketua Team Kuning yang menyampaikan apa yang mereka runding tadi. Seketika setelah mendengar hasil rundingan mereka, semua orang langsung sedih dan kecewa.

"Ano, harus secepat ini, ya?" tanya Hicchan.

"Hic, ini keputusan dari atasan sendiri," jelas Mih Puyu.

"Benar, kita kan sudah di beri kesempatan," sela Yuma.

"Rasanya ini terlalu cepat untuk mengatakan salam perpisahan," ucap Yemi.

"Memang setelah ini kita harus bagaimana?" tanya Bung Lone.

"Benar juga, ya."

Suasana menjadi gaduh seketika, aku sampai bingung harus mendengarkan yang mana.

Brak

Mendengar suara gebrakan itu membuat mereka diam seketika dan melihat pelakunya. Orang yang menggebrak meja tadi adalah Kak Demssi, Team Merah.

"Ayolah, teman - teman. Kita sudah di beri kesempatan setidaknya buat yang terbaik," usul Kak Demssi.

'Kak Demssi, keren banget ngomong gitu!' pekikku dalam hati.

"Benar juga, mari buat konser yang paling berkesan untuk Kak Fikri!" teriak Nana Team Kuning.

Seketika suasana menjadi heboh dan penuh semangat. Syukurlah jika tidak ada yang murung dengan perpisahan ini. Yah, tidak semua keknya. Aku mendapati beberapa orang yang terlihat murung di sini. Bahkan ada yang diam - diam menangis di situasi seperti ini. Mereka pintar sekali menyembunyikan kesedihan itu.

"Hueee, teman-teman."

Itu Yuma dan Rai dari Team Biru yang malah menangis di pojokan. Entah kenapa mereka pada jongkok sambil nangis gitu. Apa mereka sedih akan berpisah?

"Eh, Yuma sama Rizal kenapa?" tanya Nana penasaran.

"Ululululu, jangan sedih nanti kita 'kan bisa Meet up kalo kangen," goda Zensei.

"Sinih, peyuk yuk."

"BUKAN ITU!" teriak mereka berdua bersamaan. Tangisan mereka malah semakin menjadi - jadi dan membuat kami tambah bingung.

"Lha terus?"

"KAMI LAPAR!"

Hah?

Krik krik

"Kirain apaan."

"Ngakak, kalian."

"Ngakak banget huehuehue."

Lha, itu si Eline kenapa juga? Nangis apa ketawa sih? Gak ada bedanya.

"Ya sudah, kita makan dulu saja. Untuk persiapan konsernya di bahas nanti saja," ucap Bung Lone yang seketika membuat mata mereka berdua yang kelaparan tadi berkilau.

"Yeey, Donat."

"Seblak Seblak Seblak."

"Ayo, pesan Pitsa."

"Oreo, I Love You!"

"Anak-anakku Keripik Kentang, aku datang!"

"Permen Milkita, sayangku."

"Dasar Loli."

Lhah, pada bubar.

"Aku mau makan Ayam!" seru Mezuo yang terakhir keluar ruangan dan langsung di lirik semua orang.

"Dasar kanibal!"

"Huehuehue, apa salahku?"

"Huehuehue, punya ku di curi Ayam Geprek," rengek Eline.

Keluar ruangan saja mereka masih ribut. Kami semua menuju Cafe yang tersedia di gedung ini. Aku yang tidak terlalu lapar hanya mengambil beberapa cemilan dan teh untuk di bawa keluar.

"Neechan, ayo makan sini!"

Yuma melambaikan tangannya dari bangkunya. Selain Yuma di sana juga ada Nadila, Ananda, Mila sama Rai. Aku hanya membalasnya dengan menggeleng dan membuat isyarat dengan menunjuk atap. Memahami maksudku Yuma memberiku jempol.

"Imouto, kemana dia?" tanya Ananda.

"Ke tempat biasa."

"Oala."

Rai yang sedari tadi memperhatikan percakapan mereka pun jadi ikutan penasaran.

"Tempat biasa maksudnya?" tanya Rai penasaran.

"Neechan, suka pergi ke atap kalo butuh ketenangan."

"Sura - Chan kenapa?"

Semua orang di meja itu menoleh dan mendapati Mih Ghamar yang membawa nampan berisi makanan sudah berdiri di samping meja.

"Itu lho, Kak Sura ke atap lagi katanya," jelas Nadila sambil makan Kimchinya.

"Dia tidak kenapa - napa 'kan?" tanya Mih Ghamar meletakkan nampannya dan mengambil kursi kosong di dekat Nadila.

"Kalau itu saya tidak tahu."

"Ya sudah, nanti aku temui saja setelah makan."

"Aku ikut, ya. Gak mau liat Imouto sendiri."

Bukannya mengerti maksud ucapan mereka, Rai justru semakin bingung dan tidak mengerti. Tidak mau berpendapat yang tidak benar juga. Akhirnya dia pun mengendikkan bahunya dan memakan seblaknya yang hampir mendingin.

***


Sampai di atap gedung, aku meletakkan nampanku ku di salah satu meja. Membawa cangkir teh, berjalan menuju tepi atap untuk melihat pemandangan. Aku meletakkan cangkir teh itu di pagar bata setinggi satu meter sambil aku pegang gagang cangkirnya.

Atap gedung ini cukup luas dan aku jadikan tempat nongkrong tiap ingin sendiri. Di sini banyak kursi dan meja yang di kelilingi pot tanaman hias yang memenuhi atap gedung. Tempat ini sangat menyejukkan untuk sendiri. Apa lagi jika melihat dari sisi kanan atap, terdapat pemandangan gunung yang berdiri gagah di belakang gemerlapnya kota metropolitan ini. Dan lagi kalau sudah sore bisa melihat sunset dari sisi kiri atap.

Aku melihat arlojiku yang menunjukkan pukul 14.54 yang artinya sudah hampir sore. Aku kembali ke mejaku, mengeluarkan ponsel yang terpasang headset dari saku. Memasangkan headset di daun telingaku dan menyetel lagu.

Angin berhembus menyibakkan rambutku. Belaiannya begitu lembut seakan sedang membisikkan sesuatu. Aku memejamkan mataku mencoba menikmatinya dan yang ku dapat adalah kenangan. Kenangan satu tahun lalu yang sampai mengkhawatirkan orang - orang. Di mana waktu itu aku yang paling takut ketika Grup Idol ini akan berakhir.

Malam - malam ke sini tak hentinya menangis dan menyakiti diriku dan lagi waktu itu adalah musim dingin. Cuaca sudah mulai mendingin, tertidur di luar dengan cuaca seperti itu membuatku koma karena Hipotermia. Aku koma seharian dan di tambah stres membuatku butuh waktu lama untuk sembuh total.

Setelahnya Kak Fikri mendengarkan keluh kesahku dan memberikan kami kesempatan sekali lagi untuk bersinar. Sayangnya, kami hanya di beri waktu selama setahun saja. Tapi setidaknya aku bisa melihat ada seseorang yang khawatir terhadapku. Andai saja aku bisa bersama dengannya. Sulitkah permohonan itu?

Yah, sepertinya itu antara sulit dan mudah. Apapun itu asal dia masih tersenyum maka akan baik-baik saja.

***


Keesokan harinya kami di kumpulkan untuk membahas konser terakhir. Kak Fikri berdiri di depan membawa kertas yang berisi data konser akhir FLC.

"Baiklah, aku jelaskan untuk konsernya nanti."

Semua member Idol FLC duduk serius memperhatikan Kak Fikri yang menjelaskan di depan.

"Jadi, konser akhirnya nanti akan ada empat tahap yaitu Pembukaan, Team, Kolaborasi, Penutup. Dari empat itu masih akan di pecah lagi."

Kak Fikri memperlihatkan kolom yang tertera pada kertas yang di pegangnya tadi.

"Pembagiannya yaitu..

1. Acara Pembuka nanti di buat dengan pertunjukan resmi sekali tampil semua Team.

2. Pertunjukan dari semua Team, yang terdiri dari :

Team Hijau

a) Bintang

b) Nana

c) Nadila

d) Ghamar

e) Eline

f) Rim

g) Mila

h) Hicchan

Team Merah

a) Pika

b) Icha

c) Sura

d) Zuu

e) Lays

f) Mezuo

g) Thalia

h) Demssi

Team Biru

a) Rehan

b) Heny

c) Rai

d) Yuma

e) Lone

f) Hanaru

g) Rie

h) Yemi

Team Kuning

a) Fuyu

b) Bahamud

c) Milkita

d) Widya

e) Vara

f) Andrew

g) Ave

h) Ananda

3. Pertunjukan Kolaborasi, terdiri dari :

Solo

Duel

Grup (5 orang)

4. Penutupan dengan dua pertunjukkan resmi dari seluruh Team.

Setelah acara selesai kita bisa buken untuk kenang-kenangan dan pertunjukan kolaborasinya ada yang suka rela?" jelas Kak Fikri panjang lebar.

Hah?!

Gimana maksudnya?

Semua orang mengangguk paham dan hanya aku yang tidak mengerti. Dasar otakku kambuh lagi lolanya.

"Untuk kolaborasi yang Grup itu bikin yang baru?" tanya Ave yang pertama mengangkat tangannya.

"Iya, kita hanya butuh lima orang untuk kolaborasi grup dan kalian akan banyak gerak untuk yang grupnya."

"Bagaimana dengan yang Solo dan Duel ada kategorinya kah?" tanya Icha.

"Untuk Solonya dan Duelnya usahakan ada yang bisa nyanyi lagu romantis. Tau 'kan kebanyakan lagu romantis itu seperti apa?"

"Woah, keren tuh. Tapi aku menyerah, suruh mbah yang nyanyi saja," ucap Zensei sambil menopang dagunya.

Orang yang di maksud Zensei langsung menoleh, "Oi apa maksudmu?"

Mendengar usulan Zensei tadi membuat Kak Fikri mendapat ide cemerlang.

"Benar itu. Bay, kau nyanyi Solo cocok banget lho."

"Lha, kok jadi aku sih Fik."

Percuma, ucapan Bung Lone tidak di gubris oleh Kak Fikri. Dia malah asik nulis namanya Bung Lone ke daftar Kolaborasi Solo. Akhirnya Bung Lone pun pasrah jadi penyanyi Solo. Nikmati saja prosesnya Bang.

"PASS, KENAPA TIDAK GUNAKAN LAGU DANGDUT SAJA!" seru Widya yang guling-guling di sofa.

"Kak, lagu kita 'kan gak ada yang dangdut," sahut Eline yang terpaksa duduk di meja kayu, karena merasa terusir oleh Widya yang guling-guling tidak jelas.

Orang - orang yang sebelumnya duduk di sofa yang sama dengan Widya juga terpaksa mengungsi. Kak Pika yang terpaksa berdiri di belakang sofa terus menjitak Widya supaya berhenti guling-guling. Anak - anak yang lain malah nonton kelakuan Widya sambil makan popcorn.

"Hiks, popcorn Vara!" rengek Vara yang duduk di lantai sambil memandangi orang makan popcorn.

"Kami tadi nemu di Cafe 'kan yang banyak stan yang menyediakannya," sahut Bintang sambil ngemil popcorn bareng Thalia.

"Lagian kau juga bisa ambil 'kan Var," ujar Thalia.

"Hidoi!"

Ternyata emang gak ada yang waras di sini. Sabarkan diriku yang paling waras di sini.

"Okey, sekarang siapa yang mau duel?"

Sepi, tidak ada yang merespon. Aku sendiri malah mikir Kak Fikri mau pakai lagu yang mana. Dasar aku! Merekrut orang saja belum untuk apa mikir lagunya. Eh, harusnya sih sudah di siapin.

"Rim sama Rie gak mau coba Kolaborasi Duel?"

Orang yang di tanya auto geleng - geleng semua membuat yang nanya jadi bingung.

"Kami serahkan ke yang lain saja, Kak," Ucap Rim.

"Nyanyi Duel rasanya kurang cocok saja bagi kami, Kak," ucap Rie.

"Lhah, kenapa gak mau coba?"

Sebelum selesai bertanya pun mereka berdua auto geleng - geleng kuat tidak setuju. Yah, padahal kesempatan bagus kenapa mereka tidak menerimanya?

"Usahakan untuk yang Kolaborasi Duel ini harus orang yang memiliki suara lembut. Biar pas nyanyi bisa dapat suasana romantisnya."

Semua orang pada berfikir dan saling pandang menerka siapa yang cocok untuk Duel. Aku sendiri sih sudah pasti memilih Umih Ghamar. Sudah jelas 'kan kalau suaranya lembut. Tapi di pasangan dengan siapa?

'Hmm, cowo yang suaranya lembut? Apa Baha saja, ya?' batinku bingung.

Aku menoleh ke orangnya langsung, dia sedang mencatat sesuatu sambil mengunyah tutup bolpoin. Auto merinding melihatnya makan plastik begitu.

"Hah, memang siapa yang cocok untuk ini ya?" gumamku lirih yang langsung di lihatin Lays yang duduk di samping. Lays menggaruk - garuk pipinya sambil berpikir sebentar dan seketika seperti mendapat pencerahan. Aku lihat Lays jadi tersenyum aneh setelah ini. Dia langsung berdiri dan memanggil Kak Fikri. Rasanya aku mendapat firasat buruk tentang Lays.

"Kak Fikri!"

Orang yang di tanya langsung menoleh, begitu juga semua orang yang ada di ruangan ini menjadi saling pandang penasaran.

"Kenapa harus bingung nyari orang dari tadi? Kan ada Kak Sura sama Rizal yang sering terpilih nyanyi Melow sebelumnya, walaupun Solo sih," tutur Lays lantang.

"Hah?!"

"Ebuset!"

"Lays kau bilang apa tadi? Aku tidak dengar!"

Senyumin saja dah, orang yang di ajak bicara malah ketawa ketiwi sendiri gak jelas. Memang benar aku dan Rai sering terpilih nyanyi Melow sebelumnya, tapi kalau mau nistain orang jangan di pertunjukan akhir juga.

"Benar juga, Ayah kan punya dua suara," bela Nadila.

"Neechan, suaranya juga bagus kalo nyanyi melow, imut kek Yuma," bela Yuma.

Mereka membela Lays agar kami maju dan apa - apaan senyuman mereka itu? Aku ingin menangisi hari terakhir ku.

"Baiklah, kalau begitu setelah ini kalian berdua bisa ke ruanganku untuk mengambil lirik lagunya."

Kak Fikri dengan santainya menulis nama kami tanpa meminta pendapat terlebih dahulu.

"C-cotto Mastah aku keberatan..."

Bruk

Kaki sialan pake kepleset lagi, lagian siapa sih yang buang kulit pisang di sini. Mana semua orang perhatiin aku. Mantap kau lantai, dingin banget.

"Imouto, kau tidak apa - apa? Maaf, tadi Oniichan gak sengaja buang sampah sembarangan," ucap Ananda yang malah jongkok di lantai memperhatianku bukannya nolongin.

"Makasih!"

"Imouto marah?"

"GAK!" Aku jamin besok jidatku pasti bengkak.

"Okey, sekarang siapa yang mau ikut Kolaborasi Grup?"

"Mastah, aku mau protes!" Sialan aku di cuekin walau sudah merengek.

"Ada kategorinya?" tanya Yemi yang dari tadi sibuk berpikir.

"Asalkan loli!"

Heh?!

.

.

.

.

.

.

.

.

Auto membludak gelak tawa seisi ruangan. Lagian kak Fikri apa - apan sih kategori untuk Kolaborasi Grupnya aneh banget. Beneran Idol ini gak ada yang waras. Perutku sakit guling-guling dari tadi, kak Fikri komedinya bagus juga tuh.

"Gak salah tuh, kak?" tanya Hanaru yang masih tertawa.

"Tentu dong, semua member Kolaborasi Grup harus memiliki suara yang imut dan kalo bisa yang loli. Soalnya lagu yang akan kalian bawakan adalah lagu Ai. Otomatis 'kan yang nyanyi loli semua."

Oala, aku mengerti sekarang yang di maksud Kak Fikri. Tunggu, Kak Fikri bilang loli kan? Aku punya ide.

"Mastah!" Orang yang merasa terpanggil auto nengok ke arahku yang sudah berdiri. Aku memandang semua member dan mataku auto terfokus ke orang yang akan aku notis.

"Kolaborasi Grup cocok bila di nyanyikan oleh Milkita, Nadila, Umih Ghamar, Zuu dan Thalia," ucapku sembari menunjuk ke orangnya langsung, sementara yang di tunjuk auto kaget sambil melotot. Keknya bakal kena santet nih, gak papa lah yang penting aku bahagia.

"Pilihan yang bagus." Kak Fikri auto nulis nama mereka dong. Gak papa sesekali 'kan nistain orang, lagian mereka memang loli di grup ini.

"Okey, Kolaborasinya sudah terisi semua. Masih ada pertanyaan?"

"Untuk penutupan kita pakai lagu apa, kak?" tanya Baha yang sudah selesai menelan tutup bolpoinnya.

"Kita pakai dua lagu resmi yang bisa melibatkan semua anggota Team dan kategori lagunya harus bisa membuat orang yang mendengarkannya merasa tertampar kembali ke kenyataan."

Dua lagu resmi ya? Suasana yang menampar kembali ke kenyataan itu berarti, kembali menghadapi kenyataan kalau kami sudah tamat.

"Kak Fikri, pakai saja lagu Sayonara dan Last Song. Itu lagu resmi juga 'kan?" usul Zuu.

"Sip, kalian selamat berlatih dalam dua bulan ini. Jangan sampai memaksakan diri, atur waktu kalian dengan pelatih masing-masing. Kalian berlatih dengan Team kalian dulu, pertunjukan resminya akan aku atur lagi. Kalian bisa istirahat."

Kak Fikri menutup kertas yang ia bawa dan berlalu pergi. Suasana ruangan itu kembali seperti semula setelah pintu tertutup oleh Kak Fikri. Antara sableng dan gak waras semua orang seakan lupa kalau akan berpisah. Apa cuma aku yang kembali bersedih?

***


Satu bulan kemudian...

Sudah satu bulan ini kami terus berlatih untuk pembubaran Idol FLC. Berita akan bubarnya FLC sudah menyebar di seluruh berita media sosial. Banyak komentar yang menyayangkan pembubaran kami, tapi mereka juga tetap menyemangati kami agar terus semangat.

Menjadi orang yang terkenal itu memang tak akan jauh dari Fans dan Hatters. Bukan hanya Fans yang ikut berkomentar, para hatters juga terus mengata - ngatain kami dengan komentar yang tidak penting. Asalkan mereka tidak berbuat hal yang aneh - aneh saja sudah cukup bagi kami di semangatin oleh Fans yang menunggu. Tidak apa jika memang begitu, toh yang positif di ambil saja dan buang jauh - jauh yang negatif.

Tiap tiga hari sekali kami berlatih dengan pelatih masing-masing. Pagi hari biasanya akan ada jadwal untuk latihan per-Team masing-masing sampai siang. Member yang terpilih untuk mengikuti Kolaborasi akan membuat jadwal berbeda hari dengan pelatih khusus.

Pelatih tiap Team berbeda - beda di antaranya ada Sora (Hijau), Zakhval (Merah), Yurene (Biru) dan Faisal (Kuning). Pelatih untuk Kolaborasi sendiri adalah Lisa, penyanyi Solo juga Dancer terkenal dari agensi yang sama untuk melatih kami. Untuk pementasan gabungan biasanya para pelatih pribadilah yang akan berunding bersama untuk melatih kami.

Selama kami latihan per-Team itu cuma melakukan pemantapan saja dan mengkreasi gerakan maupun pola lantai. Kami sudah sering mementaskannya jadi tidak perlu latihan berat karena sudah hafal sebagian besarnya. Kami hanya tinggal melatih untuk pementasan gabungan dan kolaborasinya.

Seperti saat ini, ruangan khusus untuk latihan Kolaborasi di gunakan untuk melatih vokal kami. Sedari tadi Kak Lisa terus mengetuk - ngetuk meja dengan jarinya untuk menyesuaikan nada dari lagu yang Bung Lone nyanyian. Bung Lone mendapatkan lagu Eden untuk pementasan Solo.

Keren, suara Bung Lone begitu menyejukkan ruangan ini. Suasana romantis dari lagu yang di bawahnya juga pas banget, tapi tergantung dari Kak Lisa 'kan dia pelatinya.

Aku sendiri mendapatkan lagu "Chiisana Koi No Uta" untuk di nyanyian bersama Rai. Why Kak Lisa juga ikut-ikutan Lays sih?

"Tenang saja, lagu itu lebih bagus jika kau nyanyikan. Aku kan yang lebih tahu kriteria suaramu, Sur," tutur Kak Lisa sebelumnya saat pembagian lagu ke Team kolaborasi.

Aku pasrah saja toh gak bisa mengundurkan diri kalau sudah di catat Kak Fikri. Lagian lagu ini mudah untuk mengatur nadanya, Kak Fikri milih lagu tepat banget dah.

Ima se wo muke aeba tagai wa tsubasa ni naru

Keredo mou bokura ni wa tobitatsu basho nado nai

Anata ni deatte nagai tabi wa owatta

Mou tooku nanka nai koko de tada anata o dakishimete iyou

Motto tsuyoku anata o dakishimete iyou...

Alunan musik yang melambat menuntun Bung Lone untuk berhenti bernyanyi. Terdengar suara tepuk tangan dari Kak Lisa. Terlihat sebuah senyuman puas tercetak di bibirnya. Sepertinya Bung Lone akan mendapatkan pujian yang memuaskan.

"Wah, bagus sekali. Sangat cocok untuk suaramu," puji Kak Lisa sambil terus bertepuk tangan kagum.

"Terima kasih," ucap Bung Lone sambil mengangguk.

"Okey, pertemuan berikutnya cobalah untuk memakai gitar, akan aku atur lagi nadanya saat memakai gitar dan buat Kejutan yang manis." Kak Lisa menulis hasil perkembangan dari Bung Lone dan memintanya istirahat.

"Eh, apa maksud ucapan Kak Lisa tadi?" gumamku yang menangkap ada hal ganjil dari ucapan terakhirnya.

"Okey, Kolaborasi Duel."

"Baik."

Eh, apa dimana siapa bagaimana mengapa? Sementara aku kebingungan karena terkejut, Rai sudah menempati posisinya.

"Kak Sura di panggil," ucap Nadila yang menetralkan emosiku.

Entah apa yang merasukiku akhir - akhir ini. Kenapa aku selalu kaget setiap di panggil? Sepertinya aku terlalu tegang. Aku pun bergegas berdiri di sudut belakang panggung yang berbeda dengan Rai. Seperti latihan sebelumnya kami akan keluar bergantian menuju tengah panggung.

"Sudah siap?" tanya Kak Lisa yang di balas anggukan kami. Kak Lisa menyetel laptopnya dan terdengar suara alunan musik dari dua spiker di sisi lain meja yang di gunakan Kak Lisa.

Hiroi uchuu no kazu aru hitotsu

Aoi Chikyuu no hiroi sekai de

Chiisana koi no omoi wa todoku

Chiisana shima no anata no moto e

Seperti latihan - latihan sebelumnya, Rai mengambil paragraf pertama sambil berlalu menuju tengah panggung. Memang tidak salah dia dapat bagian inilah , suaranya begitu pas dengan lagunya dan lagi dengan suara itu dapat menipu orang yang mendengarkannya.

Anata to deai toki wa nagareru

Omoi wo kometa tegami mo fueru

Itsu shika futari tagai ni hibiku

Toki ni hageshiku, toki ni setsunaku

Hibiku wa tooku, haruka kanata e

Yasashii uta wa sekai wo kaeru

Aku mengambil paragraf kedua menyusulnya ke tengah panggung. Paragrafku cukup panjang jadi aku bisa sedikit santai untuk melangkah menuju panggung tanpa terburu-buru. Aku juga bisa mengatur langkahku dengan nada lagu yang aku nyanyian.

Setelah bagianku selesai menatap satu sama lain memberi kode untuk menyanyikan bagian Reff nya bersama.

Hora, anata ni totte, daiji na hito hodo sugu soba ni iru no

Tada, anata ni dake, todoite hoshii, hibike koi no uta

Hora Hora Hora

Hibike koi no uta

Selanjutnya adalah bagian Rai dan kami akan mengelilingi panggung kecil berbentuk setengah lingkaran di depan. Karena bagian ini cukup panjang jadi kami bisa memelankan langkah untuk sampai ke ujung panggung.

Anata wa kidzuku, futari wa aruku

Kurai michi demo, hibi terasu tsuki

Nigirishimeta te, hanasu koto naku

Omoi wa tsuyoku, eien chikau

Untuk bagian ini sengaja di potong untukku nyanyikan karena terlalu panjang dan terbilang boros suara bila hanya dinyanyikan satu orang.

Eien no uchi, kitto boku wa iu

Omoikawarazu, onaji kotoba wo

Sore demo tarizu, namida ni kawari

Yorokobi ni nari, kotoba ni dekizu,

Saat sudah di ujung panggung kami berhenti menghadap depan. Aku memindahkan mig ke tangan kiri dan berbalik untuk berhadapan dengan Rai. Kami memberi hormat layaknya akan berdansa.

Tada dakishimeru,

tada dakishimeru

Ketika masuk ke bagian Reff, tangan kami saling menangkup. Kemudian di angkat ke atas untuk membuat love dari kedua tangan kami.

Hora, anata ni totte, daiji na hito hodo sugu soba ni iru no

Tada, anata ni dake, todoite hoshii, hibike koi no uta

Hora Hora Hora

Hibike koi no uta

Ketika bagian Reff hampir selesai tangan kami turun, tapi masih berpeganan. Aku menurunkan nada suaraku sambil berjalan menuju panggung utama.

Yume naraba samenaide

Yume naraba samenaide

Anata to sugoshita toki eien no

Hoshi to naru

Rai melanjutkan dengan suara yang benar-benar mirip perempuan, suaranya trap.

Hora, anata ni totte, daiji na hito hodo sugu soba ni iru no

Tada, anata ni dake, todoite hoshii, hibike koi no uta

Sesampainya di panggung utama kami menghadap Kak Lisa yang ada di depan dan melanjutkan Reff terakhir dengan sedikit menekan lirik awal dan memelankan suara untuk lirik terakhir.

Hora, anata ni totte, daiji na hito hodo sugu soba ni iru no

Tada, anata ni dake, todoite hoshii, hibike koi no uta

Hora Hora Hora

Hibike koi no uta

Suara musik semakin menelan dan lenyap di telan bumi. Kami memberi hormat kepada Kak Lisa sebentar dan melepas genggamannya. Kak Lisa yang memandang kami seakan ingin tertawa lepas, tapi di tahannya demi penilaian anak didiknya. Bukannya segera menilai penampilan kami, Kak Lisa hanya memandang kami sambil senyam senyum sendiri. Andai Kak Lisa bukan senior kami maka mig yang aku genggam dari tadi sudah melayang ke arahnya.

"Perfect."

Singkat padat jelas

Kak Lisa kembali menulis penilaian kami dan sesekali juga berfikir. Entah apa yang dia pikirkan.

"Ah, ada sedikit kekurangan. Kalian ketika bernyanyi tersenyumlah layaknya pasangan dan aku ingin kalian membuat Kejutan untuk penonton pada pementasan Duel ini. Okey, kalian bisa istirahat," jelas Kak Lisa.

"Terima kasih, Kak Lisa." Kami menunduk memberi hormat dan kembali ke tempat.

'Apa maksud Kak Lisa dengan kejutan?' batinku masih bingung dengan maksud dari Kak Lisa. Aku lihat Rai sepertinya mengerti maksudnya, lain kali ku tanyakan di luar jam latihan.

"Terakhir, Kolaborasi grup. Ingat ya kalian harus kompak dan ketukannya pas."

"Baik," ucap mereka berlima secara bersamaan.

Mereka memposisikan diri di depan panggung dan kak Lisa menyetel musik mereka langsung gercep untuk menari. Sampai di lirik pertama di nyanyian oleh Milkita dan semua orang selain penyanyi akan diam dengan pose masing-masing.

Tokubetsu na kimi to tokubetsu na hi o

Warai atte baka mo shitai na tokechau mae ni

Fushigi na mahou de kimi ni aetara

Doko e ikouka nani o shiyouka "Nee 'ohimesama'"

Lirik kedua di lanjutkan oleh Thalia dan suara keduanya adalah Ghamar dan Zuu yang nyanyi bersama.

Tonari ni iru dake de (OK! )

Sore dake de ii

Yokubari sugi dake wa (No! No! )

Umaku dekiru no ka na

Masuk ke dalam Reff semua orang menekan nada suaranya untuk mencapai bagian ini. Pada juga mereka yang paling aktif bergerak dari bagian lainnya.

Tsutaetai 'Ai' o motte ikou

Kanadeyou daisuki tte utaeru ka na

Kawatte ii nda yo

Mou janjan kimi ni natchatte

Naitatte iijan ka

Uso janai chanto matte agerukara

Hokotte ii nda yo

Mou janjan kimi ni natchatte

Bagian penutup Reff akan di nyanyikan oleh Nadila dan suara keduanya adalah Thalia.

Dame! Dame? Dame janai yo

Daijoubu da yo (Yeah! Yeah! Yeah!)

Mata! Mata? Mata "arigatou"

Omoi sugite mo maa ii deshou

Masuk ke bagian kedua akan di nyanyikan oleh Umih Ghamar. Bagian ini dia akan menurunkan nada suaranya sedikit dari yang Reff.

Omoi kaeshi teta nda kore made no koto

Nagai youna mijikai youna kiseki no kiseki

Kimi to deaeta nda sore ga subete sa

Soreijou o moratte bakka Nani ga dekiru?

Paragraf keduanya akan di nyanyikan oleh Zuu dan yang jadi suara kedua adalah Thalia dan Milkita.

Kimi wa kitto iu yo (OK! )

"Nani mo iranai"

Sore wa mou yameyou (No! No! )

Wagamama o iwa sete

Sampai masuk Reff yang kedua akan jeda sebentar untuk instrumen. Mereka akan merubah formasi yang lebih renggang dari sebelumnya.

Todoketai 'Ai' o motte ikou

Kore made mo nando datte sukuwa reta no

Hikatteru nda yo

Mou janjan kimi ni natchatte

Hajimari wa nandatta?

Mise aou totte oki no dokidoki o

Nokosanaide ne

Mou janjan kimi ni natchatte

Bagian akhir dari Reff di nyanyikan oleh Nadila dan kali ini suara keduanya adalah mereka berempat.

Dame! Dame? Dame janai yo

Daijoubu da yo (Yeah! Yeah! Yeah!)

Mata! Mata? Mata "arigatou"

Omoi sugite mo maa ii deshou

Sebagai penutupnya adalah gabungan dari dua Reff. Akan ada jeda intro musik yang cukup lama jadi mereka berlima membuat gerakan variasi. Saat masuk ke Reff gabungan mereka langsung mengguncang panggung.

Tsutaetai 'Ai' o motte ikou

Kanadeyou daisuki tte utaeru ka na

Kawatte ii nda yo

Mou janjan kimi ni natchatte

Naitatte iijan ka

Uso janai chanto matte agerukara

Hokotte ii nda yo

Mou janjan kimi ni natchatte, natchatte

'Ai' o motte ikou

Kore made mo nando datte sukuwa reta no

Hikatteru nda yo

Mou janjan kimi ni natchatte

Hajimari wa nandatta?

Mise aou totte oki no dokidoki o

Nokosanaide ne

Mou janjan kimi ni natchatte

Lirik terakhir akan di nyanyikan secara bergantian. Untuk bagian ini suara satunya adalah Milkita dan Ghamar. Yang lain menjadi suara dua.

Dame! Dame? Dame janai yo

Daijoubu da yo (Yeah! Yeah! Yeah!)

Mata! Mata? Mata "arigatou"

Omoi sugite mo maa ii deshou

Bait pengulangan terakhir ini akan di nyanyikan oleh Thalia dan Zuu, yang lainnya menjadi suara dua.

Dame! Dame? Dame janai yo

Daijoubu da yo (Yeah! Yeah! Yeah!)

Mata! Mata? Mata "arigatou"

Omoi sugite mo maa ii deshou

Suara musik yang mulai memelan dan mereka berlima membuat formasi untuk penutupan. Walau cuma begitu pun nafas mereka pasti sudah sesak dan tubuh mereka basah akan peluh. Namun dari semua itu yang tidak tertinggal adalah senyuman mereka yang masih terukir walau kelelahan.

Setelah penampilan itu mungkin cuma Bung Lone yang bersikap biasa. Aku dan Rai malah berapi - api sangat kagum melihat mereka berlima. Sementara itu Kak Lisa bertepuk tangan paling keras dan dari raut wajahnya sangat kagum. Menurutku sih reaksi Kak Lisa itu masih bersikap wajar seperti pelatih yang sangat kagum pada umumnya.

Tapi dari tadi aku dan Rai yang paling heboh di ruangan ini sampai akan meminta foto bersama bahkan sampai tanda tangan. Lhah, kan mereka temen seperjuangan bukan idola. Gak papa mengidolakan teman yang super keren, sehat.

Heran ya aku tuh, mereka sudah latihan berkali-kali bersama kami, tapi tetep saja aku tidak bisa lepas dari kata kagum. Seakan mereka sangat bercahaya saat tampil. Tidak ada yang menandingi mereka Sang Rapper Loli. Keren XD

"Sugoi, kalian meningkat pesat. Penampilan kalian hampir sempurna, untuk yang jadi suara dua kalian sedikit merendahkan nada suara kalian lagi. Selebihnya sudah bagus, cuma tinggal itu saja. Oh iya, jangan lupa buat sesuatu untuk Kejutan."

"Terima kasih Kak Lisa," ucap mereka barengan sambil menunduk kecil.

"Okey, kalian bisa istirahat. Setelah dua jam nanti jangan lupa kembali." Kak Lisa menutup buku penilaiannya dan laptopnya. Ia pun keluar duluan meninggalkan kami yang kembali ramai.

"Umih Ghamar," sapaku ke gadis tinggi yang rambutnya di kepang satu. Orang yang di panggil membalas melambai. Aku pun melangkah mendekat mereka berlima. Mereka sedang duduk di atas panggung dengan nafas tersengal.

"Penampilan kalian tadi luar biasa, lain kali bawa ponsel ke sini, deh. Buat memotret kalian yang lagi tampil, haha."

"Tapi kan kita gak boleh bawa ponsel saat latihan, kak." Nadila mengingatkanku akan peraturan yang di buat setiap pelatih.

"Tenang saja, sedikit nakal gak papa kan?" Aku tersenyum jahil dengan menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah yang di silangkan.

"Pfft, kalau kau kena masalah tanggung sendiri ya." Bung Lone yang ikut mendekat dan memperingatkanku.

"Tenang saja, aku tidak akan mungkin melakukannya. Aku kan patuh aturan."

"Pfft, bilang patuh aturan tapi sering telat," ejek Bung Lone.

"Kan cuma telat." Setidaknya kan cuma telat yang aku langgar yang lainnya tidak, tapi sama aja ya. Huehuehue

(Eline Said "Huehuehue, milikku di curi!")

"Ah, sudah lupakan. Kalian ikut ke Cafe enggak?" tanya Bung Lone.

Kami sontak semangat dan ikutan keluar mendahului Bung Lone. Urusan makan aja gercepnya minta ampun. Aku yang hendak mengikuti mereka tetiba tanganku di tarik untuk kembali, aku lihat Rai yang terlihat semangat. Jadi apa maksudnya dia menarikku?

"Ada apa?"

"Aku punya ide brilian untuk Kejutan di pentas Duelnya nanti, tapi untuk yang ini kita latihan mandiri saja jangan sampai yang lain tau soal ini."

Maksudnya? Aku tidak mengerti sama sekali yang kau bicarakan.

"Memangnya yang di maksud Kejutan itu apa sih?" Sejak awal latihan hari ini Kak Lisa terus membicarakan soal Kejutan. Aku sama sekali gak ngeh apa maksud ucapannya itu.

"Pertemuan sebelumnya saat kau gak masuk itu Kak Lisa membahas soal Kejutan. Nah, Kejutan yang di maksud itu kita rencanain sesuatu untuk keluar dari rencana awal pementasan. Ya, intinya membuat kejutan."

Okey, aku mulai mengerti maksudnya. Lagian kenapa masih di bahas soal pertemuan sebelumnya. Cuma gegara gak sengaja minum percobaan Eline saja aku sampai sakit dan terpaksa gak ikut latihan. Harusnya aku lihat - lihat dulu sebelum mencobanya.

"Terus apa rencanamu?"

"Rencanaku adalah...." Rai melihat sekeliling, memastikan di tempat itu tidak ada orang lain. Sekiranya sudah aman dia menyibakkan rambut panjangku dan membisikkan sesuatu. Untuk yang ini aku masih bisa mengontrol emosiku, tapi saat mendengar rencananya aku langsung...

Wow, rencana gila.

"Brilian kan?"

"Iya, brilian. Sangat brilian sampai aku ingin mengundurkan diri dari Team Kolaborasi." Aku hanya bisa tersenyum sambil menahan emosiku.

"Ayolah, dari pada membuat Love selama Reff berlangsung. Temponya terlalu lambat dan menahan Love itu membuat tanganku pegel."

Idenya memang brilian, tapi juga gila. Aku tidak yakin Lays akan diam saja jika melihat ini. Dia pasti auto nistain aku dengan ribuan cara yang dia punya.

"Baiklah, dari pada penampilannya monoton."

"Ahihi."

Rai melihatku pasrah malah ketawa sendiri. Setidaknya masih ada warasnya lah idenya, pasrah saja. Urusan dengan Lays biarkan saja, dibalik ribuan cara yang dia punya untuk nistain, aku punya ribuan cara untuk meloloskan diri.

"Ikutan ke kantin yuk!" ajaknya sambil menunjuk pintu keluar. Aku mengangguk dan berjalan keluar bareng.

Aku berpikir hari sialku cukup rencana kejutan Rai saja, tapi untuk yang akan aku hadapi ini lebih membuatku kesal. Baru membuka pintu sudah banyak orang dengan posisi menguping. Tentu saja Lays tidak ketinggalan yang seperti ini, dia masih memakai baju latihannya dengan peluh membanjiri itu tiba-tiba langsung ambruk saat pintu baru di buka.

"Sedang apa kalian di sini?" Sekarang mereka pasti bisa melihat urat marahku tercetak jelas.

"Oh, halo Sura - Chan. Tadi saat mau ke Cafe ku lihat kau tidak bersama kami, jadi aku ajak Thalia trus balik untuk mencarimu."

"Itu Nadila kenapa ikut juga?"

"Kakak sama Ayah gak ada, jadi aku balik buat cari Ayah bukan Kakak," ucapnya sambil menjulurkan lidah mengejek.

"Iya, Kuma mencariku?" Rai tetiba nongol dari belakang kek hantu.

"Ayah rindu!"

"Rindu Kuma-chan juga!"

Berpisah bentar aja dan pelukan kek pisah bertahun-tahun. Dasar Ayah Anak!

"Kalau kau Lays?"

Lays masih setia tiduran di lantai, apa jidatnya baik-baik saja tuh?

"Aku lagi lewat trus liat mereka semua pada nguping." Lays cuma merubah posisi tidurnya dan menunjuk semua orang yang masih setia di pintu. Di sana ada Mih Ghamar, Thalia, Nadila, Mila, Ananda sama Yuma.

"Trus kalian bertiga kenapa ikutan juga?" tanyaku menunjuk Mila, Ananda sama Yuma.

"Hih, saya baru datang ya Kak," jelas Mila.

"Oniichan tadi ngikutin Mila," jelas Ananda.

"Saya tadi lagi keliling pake donat terbang trus mergokin mereka lagi pada nguping, Neechan," jelas Yuma.

"Mana ada Donat terbang, dek?"

"Ada nih Neechan." Yuma nundukin bantal berbentuk Donat yang sedang ia pegang.

"Haah, serah dah. Mau ke Cafe dulu, Umih katanya nyariin aku?"

"Oh, iya."

Aku masih tak habis pikir, apa yang mereka lakukan di depan pintu. Kalo nyari kan bisa masuk. Aku ingin tenggelam saja di Sungai Musi.

***


Suasana pagi di atap itu masih begitu sejuk. Aku duduk di salah satu kursi di atap gedung sambil menunggu matahari terbit. Di temani secangkir teh tarik panah dan beberapa cemilan. Hawa dingin dengan kabut tipis berhembus menusuk kulitku. Tak peduli setebal apa jaket yang ku kenakan masih saja terasa dingin. Rambutku yang panjang di kucir dua ini terus bergelayut di terpa angin.

Mataku sejak tadi terus terpaku pada layar ponsel melihat komentar yang terus datang di laman situs grup kami. Ada komentar positif ada juga komentar negatif. Seingatku kami baru memposting peringatan Hari H beberapa jam yang lalu tapi sudah di banjiri Like dan Komentar dari para fans.

Banyak yang menantikan Idola mereka yang tampil untuk terakhir kalinya. Aku melirik ke bawah, tepatnya di lantai satu gedung ini. Kemudian melihat jam di ponselku yang menunjukkan pukul 04.13 dini hari. Fajar pun belum tiba, tapi sudah banyak orang yang mengantri untuk melihat konser terakhir kami. Padahal acaranya masih nanti jam satu siang.

Kalau di pikir - pikir kok jadi sedih, ya. Setelah konser akhir ini apa yang akan aku lakukan? Apa aku pulang saja? Apa member lain juga memikirkan hal yang sama sepertiku, ya? Kalau sudah seperti ini aku tidak bisa menikmati hariku jika masih tidak menemukan jalan untukku melangkah berikutnya.

Aku terus memperhatikan asap yang di keluarkan dari cangkir teh. Saat itu juga pintu menuju atap ini terbuka, menampakkan sosok gadis berambut sebahu yang di kucir. Gadis itu memakai blazer panjang dengan rok pendek dan High Hels. Gadis itu tersenyum melihatku bengong sambil melihat gelas teh. Saat dia mengetuk mejaku barulah aku baru menyadari akan kehadirannya.

"Kak Lisa," sapaku yang di balas lambaian tangannya.

"Sedang apa di sini sendirian?"

Aku melihat Kak Lisa yang duduk di kursi kosong seberangku. Dia menatapku heran karena tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Ada apa? Sepertinya kau banyak pikiran."

"Ah, itu ... saat konser ini selesai, aku tidak punya tujuan harus kemana."

Kak Lisa terlihat berpikir sebentar, kemudian dia mengeluarkan ponselnya.

"Aku tanya satu hal, apa kau mencintai grup ini?" tanya Kak Lisa yang masih fokus dengan ponselnya.

"Kakak sudah tahu sendiri jawabannya. Kakak 'kan mengenal aku ini seperti apa." Kak Lisa tersenyum dan berhenti memainkan ponselnya.

"Sudah kuduga kau akan bilang seperti itu. Kalau begitu dengarkan ini!"

Kak Lisa menaruh ponselnya di meja, terlihat fitus musik di situ. Lagu yang sedang di putar Kak Lisa adalah lagu resmi yang akan kami nyanyian untuk acara pembukaan. Judulnya "Ketsui No Asa Ni" yang memiliki arti "Tekad di pagi hari". Sekilas aku memandang Kak Lisa heran, tapi dia memberi kode agar aku mendengarkannya saja.

Aku paham akan arti dari lirik lagu ini. Cuma aku kurang ngeh apa maksudnya lagu itu dengan kondisiku yang sekarang. Aku menghayati tiap katanya, sampai lagunya berakhir pun aku masih tidak mengerti maksud Kak Lisa. Akhirnya pun dia terpaksa mengulangi lagunya dan menerjemahkan beberapa lirik yang menurutnya penting.

Kak Lisa mengambil acak beberapa kalimat dan yang dia terjemahkan itu :

Hetakuso de akaruku yukai na ai no aru yume wo

(Gambarkanlah mimpi canggungmu dengan cinta yang cerah dan menyenangkan)

Kokoro no oku no oku

Tojikometeta hontou no boku

(Jauh di dalam lubuk hatiku,

diriku yang sebenarnya tersembunyi)

Ibasho no nai kono kodoku wo

(Tak ada tempat untuk rasa sepi)

Ugokaseru ashi ga aru nara

(Jika aku punya kaki yang bisa membuatku melangkah,)

Kono ashi de aruite yukou

(Lalu aku mulai berjalan kesana dengan kakiku)

Douse nara korekara wa isso dare yori mo

(Apapun itu, mulai sekarang jadilah lebih baik dari orang lain)

Ii wake wo katadukete doudou to mune wo hari

Jibun toiu ningen wo utai tsuduke you

(Singkirkan penyesalan kita, busungkan dada dengan bangga

Teruslah nyanyikan lagu-lagu tentang diri kita)

***


Suasana sudah semakin ramai, di bangku penonton hampir seluruh kursi penuh akan pengunjung. Sorak - sorak penonton yang mulai greget dengan penampilan Idola mereka. Banyak balon tangan dan Light Stik di angkat ke atas dengan bangganya. Segala macam poster dan spanduk juga di bentangkan.

Sementara itu, para member sudah siap dengan kostum yang dominan warna pastel. Kami menunggu waktu untuk mulai di ruangan khusus. Terdapat layar yang menampilkan suasana panggung yang heboh. Mereka juga di beri arahan sedikit untuk penampilan mereka nanti oleh Kak Fikri dan para pelatih.

Setelah itu Kak Fikri keluar dari ruangan itu dan masuk ke panggung menjadi MC khusus. Selagi Kak Fikri berbicara di atas panggung semua member Idol FLC akan bersiap di belakang panggung. Keadaan anak-anak lain sendiri super tegang, padahal mereka sudah sering tampil di panggung besar.

Suasana seperti ini kembali mengingatkanku akan lirik yang di terjemahkan oleh Kak Lisa tadi pagi. Lagu yang sama dengan yang akan kami nyanyian untuk pembukaan. Tentang jati diri dan tujuan kemana haru melangkah. Jujur aku sendiri masih belum menemukan jawaban yang pas untuk persoalan itu.

"Baiklah, sekarang kita sambut pembukaan IDOL FLC!" seru Kak Fikri yang di selingi sorak dan tepuk tangan penonton. Lampu tetiba di matikan dan saat Kak Fikri kembali ke balik panggung segera memberi kode kepada Team Hijau untuk bersiap di panggung.

Suara musik sudah mulai dan lampu mulai dinyalakan di ikuti sorak penonton melihat Idola mereka di depan panggung. Team Hijau sudah di panggung untuk memulai bait pertama. Bait kedua akan di nyanyikan oleh Team Merah dan Team Biru. Kami akan keluar berpasangan dengan beda Team.

Sepertinya randomnya jadi aneh, nih. Tiap ada kata berpasangan pasti aku di pasangkan dengan Shota Ikemen Trap terus, gak papa yang penting aku bahagia.

Ketiga Team ini akan bernyanyi sampai Reff pertama selesai dan saat itulah Team Kuning sebagai Team terakhir akan keluar dari balik layar di belakang panggung secara barengan. Melihat itu saja seakan Team itu adalah Team yang paling di tunggu semua orang, bercanda.

Setelah Reff kedua selesai akan ada intro yang cukup lama dan tugas kami adalah menyebar dengan pasangan masing-masing. Kami akan terus menyebar begitu sampai lagunya selesai dan kembali ke tengah panggung. Nah, di sini suasana harunya. Kami akan berbincang sedikit tentang perpisahan ini sebelum penampilan antar Team di lanjutkan.

Suasananya tidak jauh dari kata sableng banget. Malah jadi ajang stand up komedi dadakan di atas panggung, padahal ini acara haru. Khas setiap member yang lawak itu membalikkan suasana hatiku. Aku bisa menikmati hari ini tawa walau agak gak waras. Gak papa sehat sableng itu, dari pada stres.

Yang paling bikin tambah lawak adalah adegan di mana Kak Fikri naik ke panggung dan menggusur kami semua untuk bersiap ke acara selanjutnya. Tenang, sesi ini memang di sengaja agak para penonton dan member tidak terlalu bersedih akan tujuan awal kami.

***


"Kak Pika, boleh ijin ambil cemilan? Laper banget nih," tanyaku yang sudah selesai bersiap.

"Tapi jangan lama-lama lho. Setelah Team Hijau giliran kita yang tampil di panggung," jelas Kak Pika sambil menunjuk layar yang menampilkan Team Hijau pentas.

Aku hanya memberikan jempol saja tanda mengerti dan keluar dari ruangan. Untung saja di sediakan market kecil di ruangan sebelah jadi kami tidak perlu jauh-jauh sampai Cafe untuk mencari makanan di sela tampil.

Sekarang ini Team Hijau yang pertama tampil di panggung dan Team lain yang sudah selesai bersiap berada di ruangan khusus. Di sebelah ruangan ini terdapat ruangan yang di gunakan untuk market kecil. Walaupun dekat, tapi aku tidak punya banyak waktu. Sebelum Team Hijau selesai aku harus sudah kembali ke ruangan. Makanya aku berlari mengelilingi rak untuk mencari sesuatu.

Kemudian mataku menemukan makanan yang aku cari dari tadi dan bergegas mencari keranjang untuk mengangkut semuanya. Aku kembali ke ruangan dengan wajah bahagia karena pujaan hatiku akhirnya bisa di temukan.

"Sura, kau mau makan atau Mukbang?" tanya Kak Pika yang memperhatikan keranjang belanjaan yang terisi penuh sampai membludak.

"Mau ngemil, kak." ucap ku sembari meletakkan keranjang belanjaan itu di meja dan langsung di liatin semua orang.

"Wow, kak Sura borongan!" seru Hanaru.

"Wohiyadung."

"Buat apa kak Sura borong kripik kentang sebanyak itu?" tanya Hicchan.

"Di makan dung."

"SURA BAGI AKU MAU!" seru Widya yang langsung menyerbuku.

"Tidak mau, ambil sendiri!"

"Hidoi," rengek Widya.

Enak saja, aku yang ambil kau yang makan. Kripik ini kan pujaan hatiku, aku tidak mau membagi pujaan hatiku.

"KAK SURA!"

Lagi asik debat sama Widya, tetiba Lays datang dengan penampilan yang belum lengkap. Wow, dia nyeker. Sepatumu mana mbak bentar lagi tampil lho.

"KAKAK, JANGAN MENGHABISI ANAK-ANAKKU!" seru Lays menggelar sampai bergema di seluruh ruangan.

"Memangnya kenapa? Kan aku lapar," ucapku sambil memamerkan Kripik kentang yang satu persatu masuk ke mulutku.

"KAKAK, ITU SIMPANANKU. JANGAN AMBIL SEENAKNYA, DUNG!"

"Oh, habisnya aku gak lihat ada tulisan pemiliknya. Kalau ini simpanan, kenapa di taruh di market? Buat penyamanaran? Yang ada di makan kek gini kali, hehe."

Lays auto nangis guling-guling karena anak-anaknya berhasil kuborong semua. Haha, rasain tuh.

"Permisi, Team Merah di minta segera bersiap di atas panggung. Sebentar lagi Team Hijau akan segera selesai," pinta salah satu staf yang tetiba nongol dari pintu.

Semua Team Merah langsung bergegas keluar ruangan meninggalkan Lays yang kebingungan mencari sepatunya. Tenang aku sudah di titii untuk memberikannya pada Lays, tapi aku membawa sepatu itu sambil meminta Lays mengambilnya sendiri dariku.

Sesampainya di belakang panggung, aku bisa mendengar suara dari Team Hijau. Nada cepat bak Rapper itu di nyanyian oleh Mila, aku benar-benar peka akan suaranya yang unik. Setelah mereka selesai suara tepuk tangan penonton bergemuru bak ombak di lautan.

"Saat lampu di matikan kalian bisa langsung bersiap di sana," ucap staf itu yang mengarahkan agar kami tidak melakukan kesalahan.

Saat lampu mati kami langsung berlari ke tengah panggung dengan posisi masing-masing. Kami akan menampilkan lagu "Tawagoto Speaker" yang menjadi Center adalah Bang Carli alias Kaka Demssi. Member paling ganteng di Team kami, iya lah orang cowo sendiri.

Lagu ini adalah lagu andalan kami Team Merah. Dengan kostum berwarna merah bak api yang membara yang mewakili Team kami. Memang untuk penampilan per-Team ini harus memakai kostum resmi yang mewakili nama Teamnya. Masing-masing Team juga memiliki lagu andalan seperti lagu "Tawagoto Speaker" dari Team Merah. Untuk Team Hijau tadi mereka menyanyikan lagu "Ikite", Team Biru nanti yang memiliki lagu andalan "Kimi to Sekai" dan yang terakhir Team Kuning yang memiliki lagi "Time Traveler". Kami akan tampil bergiliran sesuai urutannya.

***


Penampilan kolaborasi Solo sedang berlangsung, itu artinya sebentar lagi dirinya akan tampil. Namun, entah kenapa aku begitu gugup sejak dari ruang ganti. Perutku sampai mual dan kepalaku pusing, aku juga tidak tenang. Perasaanku tidak enak dan takut akan melakukan kesalahan yang memalukan. Padahal aku sudah sering tampil sendiri di panggung, tapi kenapa sekarang aku begitu gugup?

(Bung Lone) 

Setelah penampilan per-Team selesai semua member akan ganti pakaian yang dominan putih untuk penutupan. Karena member yang tampil untuk Kolaborasi kostumnya sudah putih jadi tidak perlu ganti pakaian. Aku sendiri memakai gaun terusan selutut dengan model bagian belakang yang panjang. Rambutku terikat dua dengan hiasan pita hitam panjang. Sepatu High Hells toska dengan stoking panjang.

Aku menunggu yang lain di ruangan, duduk sendirian dalam kegugupan ini. Tidak ada makanan juga untuk mengalihkan perhatianku. Kripik kentang yang aku ambil tadi juga sudah raib di makan yang lain. Sekarang cuma penampilan Bung Lone saja yang bisa mengalihkan perhatianku.

'Kemana semua orang?!' seruku dalam hati.

Masa bodoh menunggu mereka, aku lebih baik menonton penampilan Bung Lone saja. Seperti rencana sebelumnya Bung Lone menampilkan lagu Solo dengan memakai gitar. Suaranya begitu merdu seperti sedang menyanyikan lagu klasik. Khas banget sama Bung Lone.

Aku teringat sesuatu yang jadi rahasia Team Kolaborasi. Penampilan kami 'kan ada sesi kejutannya, tapi sedari tadi Bung Lone masih tampil seperti pas latihan. Dimana yang kejutannya?

"Kak Sura?"

Merasa di panggil aku melihat ke belakang, di ambang pintu terlihat Staf yang bertugas memanggil member untuk bersiap. Ah, pasti dia memintaku bersiap untuk duel.

"Apa sudah waktunya bersiap?" tanya ku yang di balas anggukannya. Pasrah, aku mengikuti staf itu menuju belakang panggung. Hanya saja sedari tadi aku tidak menemukan Rai, apa dia sudah bersiap di belakang panggung?

Yang ngeselinnya, saat aku keluar ruangan dari arah berlawanan terdapat anak-anak yang mulai memasuki ruangan. Jahatnya kalian membiarkan ku sendirian, Hiksu.

Benar saja, saat sampai di belakang panggung Rai berdiri di temani Zensei. Eh, tunggu kenapa ada Zensei di situ? Kan dia tidak ikutan Kolaborasi Duel. Apa jangan-jangan...

"Ciee, Anna dah kek mau pesta dansa aja," goda Zensei melihatmu baru sampai.

"Terima kasih, Zensei sendiri malah seperti calon menantu yang sudah di sahkan." Maaf Zensei, saya 'kan murid durhaka. Jadi enak kalau nistain Zensei.

"Murid durjana."

"Aku anggap itu pujian, hehe."

Perdebatan kami di hentikan oleh suara tepuk tangan meriah dari penonton. Bung Lone mendekatkan mig nya sedikit berucap.

"Terima kasih, lagu ini saya bawakan untuk seseorang yang saya kagumi sejak awal bertemu. Makanya kita sambut dulu orang itu, silahkan masuk!" ucap Bung Lone dan mengejutkannya Zensei tetiba mengucapkan "Duluan ya" terus masuk ke panggung.

Haha, sepertinya aku mengerti sekarang. Jadi ini yang dimaksud kejutan dari Bung Lone itu ini. Menarik sekaleh!!

Saat Zensei sampai di tengah panggung Bung Lone mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya dan membukanya. Terlihat sebuah cicin berlian yang cantik berkilau di dalamnya. Bung Lone membungkuk sampai di sorakin seluruh penonton, bahkan member lain yang ada di ruangan khusus juga pada gaduh melihat pemandangan yang tersaji di layar depan mereka.

"Heny, maukah kau jadi tujuanku setelah Idol tamat?"

Suara sorakan penonton auto menggebu. Member lain yang di ruang khusus juga auto tawuran. Aku sendiri juga kaget dan entah kenapa pengen ketawa melihatnya. Yang bener saja, woi.

Salah satu petugas datang memberikan mig ke Zensei. Setelah menerima mignya Zensei melihat ke Bung Lone lekat-lekat seakan sedang mengumpulkan telat untuk menerimanya. Eh, gak tau deng jawabannya.

"Bay..." ucap Zensei di jeda membuat semua orang penasaran.

"Demi seperangkat aksesoris Mafeng yang di janjikan manajer aku akan menjawab, mau."

Sontak semua auto bersorak, apa lagi saat cincin berlian itu mulai di sematkan di jari manis Zensei. Semua penonton menjerit histeris kecuali member Idol FLC. Kami semua melihatnya dengan pandangan haus akan darah. Saat mereka kembali ke ruangan aku tidak yakin akan selamat.

Lagian apa-apaan jawaban Zensei itu? Dia menerimanya cuma karena sogok aksesoris Mafeng oleh manajer? Kejam kau Zensei!

'Zensei, sepatuku keras lho. Buat nimpuk Zensei enak kali, ya!' gertakku dalam hati.

Akhir cerita mereka kembali ke belakang panggung dengan bergandengan tangan. Aku sempat mengeluh sama Zensei akan jawabannya. Gila bener dah. Cuma keluhanku tidak berpengaruh karena mereka tidak mau mendengarkanku. Masa bodo lah, kalian kembali ke ruangan khusus pasti sudah jadi rica-rica.

Lampu di matikan kembali dan terdengar suara MC yang menyambut penampilan Kolaborasi Duel. Namun, ada jeda beberapa saat sebelum suara musik mulai terdengar.

"Senyum," ucap Rai sebelum di masuk ke panggung untuk menyanyikan bait pertama.

(Sura & Rai) 

'Woi, kau bicara denganku?'

Aku melihat di sekitarku tidak ada orang lain. Jadi beneran bicara denganku, ya. Tumben sekali kau bicara gitu. Lupakan saja deh, sekarang giliranku untuk naik ke panggung. Disana Rai menungguku sambil mengulurkan tangannya. Penampilannya membuatku sedikit salah fokus, kemeja putih dengan rompi toska di balut dengan tuksedo putih dan celana putih panjang. Ternyata pakaian kami di desain memang untuk couple, hidih.

Aku berjalan menuju panggung yang sudah di hiasi dengan banyak bunga di sana sini. Sesampainya di tengah panggung, aku menerima ukuran tangan Rai dan ikut menyanyikan bagian Reff. Sesaat sebelum Reff berakhir kami saling memberi hormat dan berpisah menuju panggung kecil berbentuk setengah lingkaran yang tengahnya di isi oleh penonton.

Sesampainya di ujung panggung kami saling memberi hormat seperti bangsawan kemudian berdansa sebentar sambil menyanyikan bagian Reff kedua. Saat Reff sampir selesai tangan kami saling menangkup dan di angkat ke atas untuk membuat love dari kedua tangan kami.

Tak bisa di pungkiri lagi suara para penonton begitu memekakan telinga sampai ingin sekali rasanya aku lempar sepatuku ke mereka. Eh, jangan deng nanti aku nyeker.

Tepat saat Reff berakhir tangan kami turun, hanya saja masih bergandengan dan kembali ke panggung utama. Di tengah jalan Rai sengaja mengambil salah satu bunga yang jadi dekorasi panggung dan dia sembunyikan di punggungnya. Aku sih tau itu, tapi pura-pura liat arah lain dan fokus menyanyikan bagianku.

Sesampainya di panggung utama itu kami menyelesaikan Reff terakhir. Setelah selesai bernyanyi barulah Rai memberikan bunganya kepadaku sembari mengecup punggung tanganku. Aku menerimanya dan kami memberi hormat ke penonton. Kami kembali ke belakang panggung sambil masih bergandengan tangan. Yah itulah Kejutan dari Kolaborasi Duel yang di usulkan oleh Rai.

Di belakang panggung kami bertemu lima Loli yang siap untuk Kolaborasi Grup. Mereka juga sudah mulai melayangkan nistaan terhadapku. Hanya saja aku terus menarik Rai melangkah masuk menuju ruangan khusus. Namun, sebelum sampai di sana aku sudah ambruk tak sadarkan diri.

'Ya Tuhan, aku benar-benar deg-degan!'

Kan sudah aku bilang, aku akan menyalahkan Rai kalau sampai ambruk di belakang panggung, Hueeee.

***


Untuk penampilan Kolaborasi Grup sendiri adalah puncak dari penampilan ini. Grup yang terdiri dari lima Loli top FLC yang saat ini memeriahkan panggung. Mereka tidak akan membuat kejutan lagi soalnya penampilan maksimal mereka adalah kejutan yang sebenarnya.

(Milkita,Thalia, Nadila, Mih Ghamar, Zuu)

Penampilan mereka akan menghipnotip seakan suasana kami bangkit kembali dan tidak akan tamat. Namun, setelah penampilan mereka selesai dan memuaskan, para fans akan di tampar kembali ke kenyataan saat penutup.

Tidak hanya fans kami saja yang merasakannya, tapi para member FLC juga merasakan suasana yang sama. Sedari tadi kami menikmatinya sampai lupa kalau kita sebenarnya sudah tidak akan bersinar bersama lagi.

Untuk penampilan penutupnya sendiri kami akan menampilkan lagu "Sayonara" dan "Last Song". Kami sudah siap memakai pakaian yang dominan putih. Pertanda sebuah akhir karir kami di Idol FLC. Kami semua turun ke panggung untuk memberi kabar kepada para fans bahwa kami sudah tamat.

Suasana Mellow itu membuat hati terenyuh. Lembaran buku yang menceritakan jalankami yang bersinar akan di tutup. Masalah terbesarnya adalah kami tidak tahu harus melangkah kemana lagi. Terlalu banyak jalan yang bercabang dan harus tepat memilih jalan yang membawa pada cahaya.

Saat ucapan perpisahan kami juga di ucapkan yang membuat para fans menjadi sedih. Para member juga banyak berterima kasih kepada pihak Idol dan para fans itu sendiri. Kami semua juga sedih karena harus berpisah untuk selamanya.

Selama tujuh tahun ini juga bermakna bagiku. Banyak pengalaman yang aku dapat selama di sini. Mereka semua sudah jadi seperti keluarga bagiku sendiri. Jadi otomatis akan sangat sedih bila sampai berpisah. Tapi, ini yang terbaik untuk kami semua.

Harus berakhir di sini..

Sayonara para fans...

Terima kasih untuk keluarga

Idol FLC akan selalu ada di hati kalian

Kenanglah kami bila rindu

Kami akan bersinar di hati kalian bila kalian memanggil kami

Member Idol FLC~

Tamat

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Eits, jangan tamat dulu dung. Mari kita makan - makan!" seru Nadila yang sedari tadi merekam aktifitas kami.

Setelah perpisahan berakhir, kami sempat buken sebentar di panggung. Pihak kami punya fotografi profesional untuk foto kenangan kami. Beberapa juga ada yang minta untuk foto sendiri atau berdua. Setidaknya aku sempat menarik Rai untuk foto berdua, Uwu.

Cukup lama bukennya sampai sang fotografi tepar sendiri. Setelah buken kami langsung tancap gas ke restoran yang di pesan Kak Fikri untuk kami berpesta. Tenang kami aman dari fans karena restoran itu di pesan khusus hanya untuk kami. Selain member Idol FLC tidak di perbolehkan makan di situ kecuali kalau take away.

Sedari tadi suasananya begitu ramai, selain anak-anak pada makan banyak juga yang pada selfie dan ngobrol sendiri. Aku sendiri sih butuh makan karena rasa capek menguras tenagaku. Di meja makan itu aku bersama Yuma, Rai, Mila, Ananda dan Mih Ghamar. Sedari tadi aku tak banyak bicara fokus untuk mengisi tenagaku yang sempat hilang.

Aku mengamati sekitar dan menemukan Kak Fikri yang mondar mandir mencari seseorang. Aku melihat orang yang di pandang oleh Kak Fikri itu antara Zensei, Bung Lone, Kak Rehan sama Mih Puyu. Mereka satu meja jadi mungkin antara mereka berempat.

"Bay, bisa bicara sebentar!" ajak Kak Fikri dengan muka serius.

"Ada apa, Fik?" tanya Bung Lone yang heran tetiba di panggil.

"Ikut saja! Oh, Fuyu juga ikut ya!"

Bung Lone dan Mih Puyu saling bertukar pandangan. Tidak tau yang di maksud mereka mengikuti akhirnya ngikut saja keluar dari restoran. Aku penasaran apa yang akan mereka bicarakan.

"Sura!" seru Mih Ghamar di sampingku.

"Iya?"

"Bengong aja, dari tadi di panggil berkali-kali gak nyahut."

"Eh, masa? Aku gak denger apa-apa tuh." Keknya aku terlalu fokus dengan Kak Fikri sampai tidak memperhatikan sekitarku.

"Imouto lagi mikirin apa sih? Kok dari tadi ngudek-ngudek nasi terus gak di makan," tanya Ananda.

"Oh, gak mikirin apa-apa kok. Cuma liat tadi Kak Fikri manggil Bung Lone sama Mih Puyu keluar, jadi penasaran ajj mereka ngobrolin apa gitu."

Respon mereka hanya ber-oh ria dan kembali makan. Tiba-tiba dari arah lain terlihat Andrew yang membawa piring sambil jalan nunduk melewati meja kami. Dia terlihat tidak ada semangat hidup, itu juga terlihat dari oreo yang tidak banyak dia ambil di piringnya.

"An, kau murung kenapa?"

Andrew yang merasa di panggil pun berbalik menatapku. "Ndak kok Neechan, cuma bingung."

"Bingung kenapa?"

Dia terlihat berpikir sebentar sebelum akhirnya Yuma mengambil kursi kosong di meja lain untuk di berikan kepada Andrew.

"Kita sudah tamat sebagai member Idol FLC. Terus apa langkah selanjutnya yang harus aku ambil?" jelas Andrew yang duduk memperhatikan oreonya terus. Tampang ya juga begitu sedih.

Tapi ucapan Andrew benar, jika kita tidak punya tempat untuk pergi kemana kaki ini akan melangkah? Aku jadi teringat ucapan Kak Lisa pagi tadi. Sampai sekarang aku masih belum mengerti maksudnya.

"Ketsui No Asa Ni, lagu resmi pembukaan kita 'kan sudah menjawabnya."

Aku menoleh mendapati Rai yang membalas ucapan Andrew. Ucapannya lagi-lagi mirip dengan Kak Lisa pagi tadi, tapi apa maksudnya?

"Apa maksudnya dengan lagu itu?" tanya Andrew yang masih bingung akan maksud dari Rai.

"Ah, aku mengerti maksudmu Rai," sahut Mih Ghamar yang langsung menyetel lagu itu dari ponselnya.

"Woah, Kak Dhana memang peka," puji Rai.

"Iya dung."

Sekali lagi aku mendengarkan lagu itu. Ada beberapa poin yang di sebutkan Kak Lisa tadi pagi. Aku mulai merangkumnya menjadi sebuah kata yang bisa aku pahami sendiri.

"Melangkah untuk mewujudkan mimpi yang absurt menjadi kenyataan dengan perasaan cinta dan keyakinan," gumamku yang tidak sengaja memikirkan Kak Lisa.

Yang lain auto lihat ke aku dung, di kira aku ngerti maksud dari Rai dan Mih Ghamar.

"Kak Sura, kau paham?" tanya Andrew.

"Tidak, aku cuma kepikiran Kak Lisa. Dia tadi juga memberiku teka-teki yang sama."

"Itu mudah, kau hanya perlu melangkah menuju impianmu dan jangan menyerah begitu saja," jelas Mila yang langsung mengerti.

Ngomong - ngomong soal mimpi. Sejak awal mimpiku adalah bersinar bersama kalian di agensi ini. Tapi jika bubar...

Ii wake wo katadukete doudou to mune wo hari

Jibun toiu ningen wo utai tsuduke you

(Singkirkan penyesalan kita, busungkan dada dengan bangga

Teruslah nyanyikan lagu-lagu tentang diri kita)

Saat bagian terakhir di putar aku jadi merasa aneh dengan liriknya. Apa maksudnya 'Teruslah nyanyikan lagu-lagu tentang diri kita?'

"Perhatian sebentar!" seru Kak Fikri yang sudah kembali ke dalam restoran.

Belum juga aku menemukan jawaban tentang pertanyaan ini, tapi Kak Fikri langsung membubarkan imajinasiku.

"Mari kita sambut manajer baru kalian!"

Hah, manajer? Apa maksud Kak Fikri? Kita 'kan sudah tamat.

Dari arah pintu restoran itu berdiri dua orang yang Kak Fikri panggil tadi. Ya, itu Bung Lone sama Mih Puyu.

"Fik, gimana maksudnya?" tanya Mih Pika yang duduk tak jauh dari tempat Kak Fikri berdiri.

"Jadi, saya mau pensiun dan mereka berdua akan membuat agensi yang sama dengan dua cabang. Cabang yang pertama adalah khusus untuk Grup yang akan di pimpin oleh Fuyu dan cabang yang kedua adalah khusus untuk Solo yang di pimpin oleh Bayu. Ada pertanyaan?" jelas Kak Fikri.

"Kapan tepatnya ini akan di lakukan?" tanya Zensei.

"Beberapa tahun kedepan, setelah renovasi gedung selesai."

Seketika semua member Idol FLC bersorak gembira. Kami tidak jadi tamat, kami cuma hiatus saja. Setelah mendengar itu dari Kak Fikri aku paham maksud dari Kak Lisa.

'Teruslah nyanyikan lagu-lagu tentang diri kita'

"Bung Lone!"

Orang yang ku panggil langsung menoleh ke arahku dengan tatapan penuh tanya. "Ada apa?"

"Aku mau jadi penyanyi Solo."

_THE END_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro