02. Place

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Revia POV

Aku mendaratkan kakiku sampai kepermukaan. Pandanganku menyusuri sekitar untuk mengecek tepat pendaraatanku.

Anggukan mantap setelah dapat diyakini bahwa ini tempatnya. Kakiku berjalan pelan sambari menikmati pandangan sekelilingku yang sedang sibuk itu.

"Revia!"

Kepalaku mengarah kepada sumber suara dan menemukan seseorang yang tak asing sedang melambaikan tangannya tinggi-tinggi.

"Ah, Vino!" Aku membalas lambaiannya lalu berlari mendekatinya.

"Yaampun Revia, kaukan bisa saja turun di depan sini mengapa harus di sana?" tanya Vino sambil berdecak pinggang.

Aku tertawa pelan yang hanya dibalas gelengan kepala darinya. "Tidak ada salahnya bukan jika hanya ingin menikmati suasana?"

"Tidak sih, tetapi kebanyakan orang tidak akan peduli." Vino mulai membuka pintu makan di belakangnya.

"Sayang sekali mereka tak peduli, padahal semua momen itu berharga," gerutuku sambil mengikuti Vino dari belakang.

"Tidak semua memikirkan apa yang kau pikirkan. Begitu pula hampir orang-orang yang aku kenal tak mempunyai kekuatan sepertimu." Kami telah sampai di meja kosong dan telah menerima buku menu dari salah seorang pelayan.

"Benarkah? Oh, aku pesan ini satu dan ini." Pelayan itu mengangguk lalu menulisnya di buku kecil di tangannya.

"Aku yang biasanya."

"Baik mohon di tunggu sebentar." Senyuman merkah dari sang pelayan lalu mengambil kedua buku menu yang tadi aku dan Vino pegang.

"Kekuatanmu sangatlah diinginkan oleh orang-orang, Revia."

"Kenapa? Padahal kekuatan ini sama sekali bukan attack ataupun defense." Aku memiringkan kepalaku bingung.

"Benar juga sih, tetapi katanya kekuatanmu itu sangat simpel dan cepat. Itu yang banyak di katakan orang. Ada yang mengatakan bahwa sepasang sayapmu itu indah, sayangnya orangnya tidak," Vino menghembuskan nafasnya dengan muka yang menurutku mengejekku.

"Apa maksudnya itu huh?! Sorry deh ya kalau aku tidak seindah sayapku! Bahkan aku tidak menyukai rok!" Hanya dengan mengatakannya aku dapat merasakan tubuhku merinding.

"Hei kau itu wanita, cobalah memakai rok. Tidakkah kau pernah melihat sependek apa rok seragam di kota centrum?"

"Tentu dan itu sangat membuatku merinding. Ngomong-ngomong kau mengajakku kemari pasti karena sesuatu. Bukan begitu?"

Wajah Vino berubah seperti tertawa pelan sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal itu. "Ya begitulah..."

"Soal cinta lagi nih?" Sepertinya membosankan.

"Iya nih, tolong dengarkan aku!"

Aku menghela nafas pasrah, "traktiran?"

"Ugh.... baiklah."

"Yes!"

Akhirnya Vino mulai menceritakan mengenai masalahnya dengan Mole, pacarnya. Aku dapat dibilang teman dekat Mole yang cukup mengerti sifatnya. Mole adalah seorang wanita yang cemburuan, tetapi tidak jika pacarnya bersamaku. Aku lebih mirip cowok katanya. Entah harus bersyukur atau kesal.

Walaupun makanan telah sampai di meja, Vino tetap menceritakan keluh kesahnya sembari makan. Kadang kala aku memberinya sedikit nasihat atau hanya diam sambil mengangguk-angguk.

"Terimakasih Revina, berbicara denganmu melegakan," Vino tertawa pelan dengan piringnya yang telah kosong.

"Kasian juga ya menjadi dirimu, curhat dengan cowok tidak ada yang mengerti. Curhat dengan cewek, cewekmu cemburu," aku tertawa pelan atau lebih tepatnya tertawa miris.

"Karena itu kau sangatlah penting diantara hubunganku dengannya," Vino menunjukan wajah yang seakan-akan sedang menangis.

Aku tertawa, "langgeng terus ya kalian berdua. Jaga Mole baik-baik! Awas kalau kau sampai membuat Mole histeris."

"Baik bu! Eh tidak, pak!" Vino meletakkan tangannya di depan dahinya, hormat.

"Salak kau," geramku. "Oh iya, traktirannya jadi kan?"

"Iya-iya aku akan bayar sekarang." Vino bangkit dari tempat duduknya.

"Sekalian keluar aja," aku mengikutinya dari belakang.

Setelah membayar kami saling mengucapkan salam perpisahan lalu ia beranjak pergi, sebelum Mole marah katanya. Kasian sekali.

Aku melihat kelangit dan menemukan warna jingga yang kini menghiasi langit yang tadinya putih.

Saatnya untuk kembali pulang dan mempersiapkan hari esok agar semangat. Kira-kira akan seramai apa esok?

.........

Tentu saja dalam hitungan menit aku telah sampai di rumah kecil yang nyaman ini.

Klek.

Aku menyalakan lampu sebelum masuk ke dalam. Yang pertama terlihat adalah foto-foto yang aku pajang tak sengaja langsung aku lihat. Masa lalu yang cukup menyedihkan, tetapi tak suram. Beberapa memori masa kecil masih dapat teringat dengan segar di kepala.

Lalu apa yang harus aku lakukan sembari menunggu datangnya malam dan kantuk? Bagaimana dengan merapikan rumah? Ide itu tidaklah buruk.

Akhirnya aku mengambil sapu dan bersiap untuk memulai aktivitas membersihkan rumah. Setelah selesai, aku melihat jam. Ternyata hampir sejam aku menghabiskan waktu hanya untuk membersihkan rumah ini.

Kini aku menghempaskan tubuhku di sofa dengan tubuh yang telah terkena air dingin dari kamar mandi dan rambutku basah karenanya. Aku kembali menyalakan televisi, menikmati siaran yang disuguhkan olehnya.

"Berita lainnya kini mengenai serangan di sejumlah kota. Belum diketahui siapa dan dengan motiv apa penyerangan tersebut. Kemungkinan besar serangan tersebut disebabkan oleh Negara tetangga."

Kedua mataku terbelak. Mungkin aku akan menyemburkan minuman jika aku sedang minum sekarang ini.

Memang di dunia ini hanya terdapat dua Negara. Katakanlah Negara hitam dan Negara putih. Katanya kedua pemimpin adalah saudara. Tetapi mengapa mereka harus membuat kedua Negara berbeda yang saling tak bersahabat?

"Salah satu kesaksian dari orang yang sebelumnya ditanyai oleh penyerang mengatakan mereka mempertanyakan mengenai keberadaan para viribus."

Jadi berkaitan?! Jangan-jangan dengan adanya mereka para makhluk kerabat itu pergi? Memangnya mereka tau kah?

Ugh! Hanya dengan memikirkan hal itu telah membuat kepalaku seperti tertekan oleh beban. Sudahlah saatnya untuk tidur.

Aku mematikan televisi dan beranjak dari sofa sambil melepaskan handuk yang sedari tadi melingkar di sekitar leherku.

Yang terpenting semua itu tak ada hubungannya denganku yang tak mempunyai kekuatan yang berhubungan dengan attack dan defense. Saatnya tidur nyenyak dan bersiap untuk menyambut tamu.

Selamat malam.

.
.
.
.
.

Wah-wah... Apakah kalian bosan? Maaf-maaf. Aku hanya berpikir kalau kebanyakan cerita akan langsung membawa sesuatu yang berbeda di awal cerita.

Ya maaf kalau saya membawa sesuatu yang sedikit berbeda.

Untuk yang selanjutnya ada kok konfliknya. Bukan konflik juga sih, tapi sesuatu yang berbeda gitu. Menurutku ini cerita akan membawa beberapa amanat yang bagus.

Semoga kalian betah~

-(12/05/2018)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro