13. Day One

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Esok paginya terdengar bunyi bel yang cukup keras. Bahkan aku hampir melempar gelas di tanganku. Aku meraih kartu yang ternyata ada jadwal makan dan istirahatnya, kemarin pak Sylog yang memberitahuku karena ia sadar aku tidak menyimaknya. Memalukan.

"Berisik," gerutu Igvin dengan mata setengah sadar.

"Ini saatnya sarapan. Kemarilah Ethan, kita akan mencari makanan untukmu," kataku sambil merentangkan tangan agar Ethan bisa aku gendong.

"Carikan aku sarapan Revia," kata Igvin yang kembali mencari posisi nyaman di kasur kecilnya.

Aku tersenyum pasrah sambil menggeleng. "Tidak, kau harus ikut," kataku sambil menarik salah satu lengannya dan mengabaikan ocehan kecilnya.

Kakiku terus berjalan sampai di ruang makan yang besar. Aku duduk bergabung dengan Alvern dan Metrila sambil membicarakan beberapa hal kecil. Sarapan yang disedakan membuatku cukup menikmatinya. Sebuah sup jagung hangat untuk udara pagi yang dingin dan roti untuk mengenyangkan.

"Tahu tidak, aku dengar para penyihir lainnya juga akan ikut latihan di sini loh," kata Metrila ceria.

"Benarkah? Sekolah akhirnya ramai lagi," kata Alvern ceria.

"Memangnya sekolahnya cukup menampung mereka?" tanyaku bingung.

Metrila dan Alvern melihatku lalu tertawa tak lama kemudian.

"Eh? Kenapa?" tanyaku bingung.

"Aku rasa kau tidak tahu. Sekolah ini sangatlah luas, lebih luas dibandingkan apa yang kau pikirkan," kata Metrila sambil memegang bahuku.

"Benarkah?" tanyaku.

"Iya, apalagi pak Sylog dengan bantuan lainnya bisa membuat puluhan kamar dalam waktu singkat," tambah Alvern dengan senyum lebar.

Apa? Hebat sekali.

Setelah selesai, aku mencarikan Ethan sesuatu yang dapat dimakan di taman sekolah ini. Aku melepaskan Ethan dan membiarkan dirinya mencari sesuatu.

"Apa tidak masalah melepaskannya begitu saja?"

Saat aku berbalik aku melihat Andy yang berjalan mendekatiku sambil melihat Ethan. "Tentu saja karena ia adalah naga yang jinak dan pintar," kataku sambil kembali melihat ke depan.

"Naga yang hebat," kata Andy yang berhenti di sebelahku.

"Tentu saja, ia sudah berada di sekeliling manusia lebih dari tiga tahun," kataku dengan nada bangga.

"Perlu berapa tahun sampai ia jinak?" tanya Andy.

"Satu setengah tahun aku rasa."

"Lalu sebelum itu bagaimana?"

"Kenapa banyak bertanya?" tanyaku sambil tersenyum.

"Mengapa? Apakah aku tidak boleh penasaran?" tanya Andy dengan senyum kecil.

Aku menggeleng. "Sebelum itu ia benar-benar menempel padaku. Seakan-akan hanya aku yang boleh berada bersamanya. Bahkan hewan pun merasakan trauma, untung saja dapat berlalu sekarang," kataku pelan mengingat kesakitan dan kemarahan Ethan saat itu.

"Ulah manusia yang menginginkan bagian tubuhnya ya?" tanya Andy terdengar sedikit pelan.

"Iya, kau benar." Tak lama Ethan kembali dan terbang kecil ke arahku.

"Baiklah, aku tidak akan banyak bertanya lagi. Sampai ketemu lagi ya, teman kelompok," kata Andy sambil berlalu.

"Oh sampai ketemu lagi...." kataku yang terus melihat Andy sampai menghilang ke dalam bangunan sekolah.

Sepertinya hal itu tak perlu di tanyakan lagi ya? Bahkan berapa harga satu bagian tubuh naga di pasar gelap.

"Revia! Apa yang kau lakukan di sana?" Pak Sylog berlari kecil ke arahku dengan senyumannya.

"Aku baru saja memberi makan Ethan pak," kataku sambil menaikan tanganku untuk menunjukkan Ethan.

"Begitu, kau benar-benar bertanggung jawab ya Revia," kata pak Sylog lembut.

"Bukankah hal itu biasa dilakukan?" tanyaku bingung.

"Sudahlah, cepat bersiap. Sebelum kau terlambat di hari pertama. Aku pergi dulu, ada beberapa hal yang perlu aku urus."

"Baik pak," kataku yang terus melihatnya sampai cukup jauh.

"Siapa tadi?" tanya Igvin yang ada di penutup kepala jaketku dengan suara purau.

"Andy dan pak Sylog. Bisakah kau tidak tidur setelah makan? Aku tidak akan tanggung jawab jika kau bertambah gemuk," kataku sambil bangkit berdiri.

"Tenang saja, aku bisa membakar lemak-lemakku dengan gampangnya," kata Igvin dengan nada cuek dan sepertinya ia kembali mencari posisi yang nyaman untuknya.

Terserah dia deh, yang terpenting sekarang aku harus bersiap-siap untuk pembelajaran yang akan aku dapatkan. Sebenarnya aku cukup penasaran nanti akan seperti apa.

....

Aku telah sampai di lapangan rumput yang menjadi kelas kami hari ini. Sudah ada beberapa orang yang berbicara satu sama lainnya dengan akrab. Aku merasakan perasaan iri dengan murid sekolahan.

"Cantik, noleh dong."

Aku menoleh ke sumber suara dan melihat Andy tersenyum manis ke arahku. "Ada apa?"

"Tidak, hanya saja aku melihatmu sendirian jadi bolehkah aku menemanimu?" tanya Andy sambil mendekatiku.

"Haha! Kau benar-benar bisa mengerti orang ya?" tanyaku sambil tertawa pelan.

"Apa sih yang tidak untukmu?"

"Ah, gombal," kata Igvin sambil mengayunkan tangannya ke depan dengan ekspresi genit yang membuatku tertawa.

"Aku tidak tertarik dengan hewan," kata Andy dengan ekspresi datar.

"Tetapi kau harus tertarik dengan vibirius," kata seseorang atau lebih tepatnya seekor vibirius kucing hitam kini berdiri di atas kepala Andy.

"Wah imutnya!" seruku senang.

"Terima kasih gadis manis," kata kucing itu dengan nada yang elegan.

"Hei! Aku juga imut tau!" seru Igvin kesal.

"Terserah mu deh..."

Tiba-tiba kucing hitam itu berubah menjadi seorang wanita dengan rambut hitam yang cantik. "Jangan memanggil dirimu sendiri imut, lihat dulu umurmu."

Igvin juga ikut mengambil wujud manusianya dengan wajah kesal. "Seharusnya kau sendiri juga melihat umurmu! Kau bahkan lebih tua dariku!"

"Tetapi gadis ini yang pertama kali mengatakan bahwa aku imut. Tentu saja aku akan sangat bertemia kasih," katanya dengan senyum miring.

"Hei! Ada apa itu?" pak Sylog berjalan mendekati kami.

"Mereka," ucapku dan Andy hampir bersamaan ditambah saling menunjuk vibirus kami.

"Aku sama sekali tidak mengerti pikiran vibirus," kata pak Sylog sambil menghela nafas.

Sama, ucapku dalam hati.

"Baiklah kita mulai saja. Kalian semua coba serang aku secara bersamaan. Kecuali Revia." Pak Sylog melirikku dan Andy. "Revia, apakah kau menguasai satu senjata?"

"Aku hanya mempunyai tongkat sebagai pelindung," kataku sambil menunjukkan tongkat yang biasanya aku bawa.

"Tongkat ya.... Andy, ajarkan Revia caranya memakai tombak," perintah pak Sylog.

"Anda yakin memintaku yang mengajarinya?" tanya Andy dengan senyum sinis.

"Karena kau terlihat akrab dengan Revia dan itu akan memudahkan pelatihannya lagi pula kau juga cukup menguasai menggunakan beberapa senjata bukan?" kata pak Sylog yang entah mengapa sedikit kesal.

Andy tertawa pelan. "Sebuah kehormatan bisa melatih gadis cantik sepertinya."

"Jangan mengatakan hal sopan, itu terdengar menjijikkan," kata wanita cantik yang masih belum aku ketahui namanya.

"Ayolah, aku hanya berusaha baik Fenira," kata Andy sambil tersenyum miring.

"Oh namanya Fenira." Andy, Fenira dan Igvin menatapku.

Fenira tertawa pelan. "Maaf terlambat memperkenalkan diri, namaku adalah Fenira. Sedang bertemu denganmu Revia," kata Fenira tersenyum lebar.

"Senang bertemu wanita anggun sepertimu juga," kataku senang.

"Ayo, kita sedikit menyingkir," kata Andy yang membuatku melihat pak Sylog yang kini tersenyum sinis menatap siswa lainnya.

Sepertinya pak Sylog sudah memulai. "Baik," kataku sambil mengikuti langkah Andy.

....

Virgilio berdiri menatapi teman-temannya yang sedang berlatih. Tiba-tiba saja ia melihat kesamping dan sebuah anak panah langsung ia bekukan lalu terjatuh di dekat kakinya.

"Maaf!!" Tak lama terlihat Revia berlari ke arahnya. "Loh? Virgilio?" tanya Revia bingung sambil menunjuk Virgilio.

Virgilio melihat ke bawah, tepatnya anak panah yang baru saja ia bekukan.

Revia langsung mengambil anak panah itu. "Maaf, aku baru pertama kali ini memegang senjata ini. Apa kau terluka?" tanya Revia khawatir.

"Tidak," kata Virgilio singkat.

"Syukurlah. Sekali lagi maafkan aku ya," kata Revia dengan senyum bersalahnya.

"Revia! Kenapa kau lama sekali?" tanya Andy yang tiba-tiba muncul.

Virgilio menatap Andy dengan tajam, apalagi melihat Andy dengan santainya menaruh lengannya di bahu Revia. "Dia?" tanya Virgilio sambil menunjuk Andy.

"Oh, Andy yang mengajariku untuk menggunakan senjata saat pak Sylog sibuk dengan yang lainnya," kata Revia sambil tertawa pelan.

Virgilio hanya menatap Andy dalam diam, membuat yang ditatapi merasa merinding. Walaupun begitu Andy malah semakin ingin menjaili Virgilio.

"Revia, bagaimana kalau kita melanjutkan latihan kita?" tanya Andy sambil memegang kedua bahu Revia.

"Oh tentu," kata Revia sambil melepaskan pegangan tangan Andy. "Virgilio, kami pergi dulu ya," kata Revia sambil melambai lalu berjalan menjauh.

Andy mengikuti Revia dari belakang tanpa memperdulikan Virgilio.

Fenira dengan wujud manusianya mendekati Virgilio. "Kau menyukai gadis itu hm?"

"Bukan urusanmu," kata Virgilio sambil menjauh, membiarkan Fenira yang tertawa pelan.

.
.
.
.
.

Fenira: dari bahasa latin Fele (kucing),  nigrum(hitam), dan umbra (bayangan).

Happy sunday everyone~~
Bagaiamana hari libur kalian?

Saya mah merasa nda cukup, tidur saya terganggu :v

Sebenarnya konflik sebenarnya bisa saja saya mulai di chapie depan tetapi saya tahan satu chapie dulu ya. Jadi saya tidak tahu apakah minggu depan saya dapat up di tepat hari itu.

Tenang saya usahakan sebaik yang saya bisa.

Sekian saya ucapkan. Terima kasih.

-(02/09/2018)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro