12. Traning

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

HALOOOO!!

Kangen nggak? Nggak ya?

Udah cukup lama sudah tidak up, semoga saja kalian tak melupakan cerita yang sebelumnya. Karena saya saja (hampir) lupa keberadaan cerita ini.

Jadi saya memutuskan untuk up saja. Baiklah saya mulai cerewet.

Jika ada typo jangan sungkan-sungkan memberitahukan kepada saya. Tapi jangan pakai kode ya, kasih tau aja typonya dimana hehe.

Have a nice time and enjoy~

………

Revia POV

Sebuah ransel sudah berada di punggungku dan satu tas jinjing di tangan. Aku rasa sudah cukup untuk beberapa hari.

"Kenapa kau harus mengenakan ransel sih? Aku jadi tak bisa menumpangmu, ditambah kau tidak memakai jaket," gerutu Igvin yang membuatku tertawa pelan.

"Seharusnya kau berterima kasih padaku, aku yang mengemasi barang-barang kalian," kataku sambil berdecak pinggang.

Igvin dan Ethan saling bertatapan. Tak lama Igvin tertawa pelan dan Ethan mengeluarkan suaranya nyaring. Aku hanya tersenyum kecil melihat hal itu.

"Baiklah, ayo kita pergi." Ethan langsung terbang dan hinggap di lenganku yang sengaja aku naikan untuknya.

"Tunggu! Bagaimana denganku?" protes Igvin.

"Berputarlah, bukankah trenggiling cepat saat menularkan tubuhnya?" kataku cuek.

"Kau ingin aku berputar sampai di sana? Aku pasti sudah pusing di tengah jalan!" katanya kesal.

"Memang trenggiling bisa pusing?"

"Yang itu aku tidak tau... tapi aku tentu saja bisa pusing!"

"Kalau begitu pakai wujud manusiamu saja."

"Tidakkah kau lupa bahwa mengambil wujud manusia itu adalah hal yang melelahkan?"

"Bagaimana jika aku memberikan tumpangan?" Aku langsung melihat kearah pintu lalu kembali melempar pandanganku ke Igvin yang juga sedang melihatku.

"Pak Sylog?"

"Iya itu benar, apakah kalian sudah siap?" tanya pak Sylog dari luar pintu.

"O-oh, tentu saja. Tunggu kami akan keluar," kataku sambil buru-buru menghampiri pintu keluar, sampai-sampai Ethan tak sengaja terjatuh dan ia mengepakkan sayapnya sebelum membentur tanah.

"Selamat pagi, kau lebih cepat dari pada perkiraanku," kata pak Sylog yang menampakkan senyum manisnya.

"Se-selamat pagi... maaf saya masih sedikit terkejut bapak kemari," kataku dengan tawa ragu.

Pak Sylog tertawa pelan. "Tenang saja, itu juga salahku tidak menghubungimu terlebih dahulu. Jadi? Apakah kalian sudah siap?"

"Yup, kami sudah sangat siap!" kata Igvin dengan wujud manusianya dan sebelah tangannya telah menenteng tas kecil sedangkan sebelah tangannya ada Ethan yang bertengger di sana. Ditambah senyum lebarnya.

"Baiklah, mobil sudah terparkir dibawah," kata pak Sylog sambil menunjuk kebawah dengan jempolnya.

Aku menghela nafas pelan. "Kalian turun saja terlebih dahulu, aku akan menyusul," kataku sambil kembali ke dalam dan memeriksa apakah semua sudah dapat di tinggal atau belum.

Mataku memandang foto-foto yang berjejer kesamping. Entah mengapa aku memutuskan menatap foto-foto itu sejenak sebelum akhirnya aku menutup dan mengunci pintu. Di bawah aku sudah menemukan Igvin dan Ethan yang kegirangan di bagian belakang mobil kecil itu, sedangkan pak Sylog hanya tersenyum kecil melihat tingkah mereka.

"Maaf, mereka sedikit... kekanakan," ucapku malu dengan tangan yang membuka pintu depan mobil. Jika bisa aku ingin berpura-pura tak mengenal mereka sekarang juga.

"Tidak apa, melihat mereka cukup menyenangkan," kata pak Sylog sambil menjalankan mesin mobil.

Aku hanya dapat menanggapi ucapannya dengan tawa kecil yang gugup.

......

Mobil pak Sylog berhenti di dekat sebuah gedung di bagunan sekolah.

"Kita sudah sampai," kata pak Sylog sambil mematikan mesin mobilnya dan membuka pintu mobilnya.

"Ini di mana pak?" tanyaku sambil ikut membuka pintu mobil dan menatap bangunan di depanku bingung.

"Sebenarnya ini adalah bangunan yang akan menjadi tempat istirahat kalian tetapi sekarang kita harus ke aula terlebih dahulu. Aku yakin semua telah menunggu," kata pak Sylog sambil tersenyum manis.

Aku mengeluarkan Igvin dan Ethan dari kursi belakang. Igvin langsung melompat ke penutup jaketku sedangkan aku menggendong Ethan. Setelah itu aku berjalan mengikuti pak Sylog dari belakang.

Tak lama kami sampai di depan pintu aula. Pak Sylog yang pertama kali masuk ke dalam ruangan itu dan aku mengikutinya setelah menutup pintu. Semua orang yang berbagai umur telah membawa tas dengan cara mereka sendiri.

"Revia!" seru Alvern sambil menaikkan tangannya untuk melambai, tak lupa senyum manisnya.

Senyumku mengembang dan berlari kecil ke arahnya. "Sudah sampai dari tadi?"

"Belum lama sebelum kalian datang. Ngomong-ngomong kau dan pak Syl akrab ya," katanya yang tetap menunjukkan senyum manisnya.

"Ya... pak Sylog tadi datang menjemput kami dengan mobilnya. Apakah itu bisa di sebut akrab?" tanyaku.

"Sepertinya pak Syl tertarik padamu," kata seorang gadis dengan rambut hitamnya yang di kuncir kesamping bawah.

"Mungkin karena ia pertama kalinya menyentuh pak Syl," kata Alvern sembari tertawa pelan.

"Iya! Kau hebat sekali!" seru gadis itu ceria.

"Tidak, tidak sehebat itu kok," elakku sambil menggeleng.

"Jangan merendah. Oh iya, kenalkan yang ini Nilpa dan aku Matrila, banyak yang memanggilku Rila." kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya.

"Tetapi aku lebih memanggilnya Matril," kata bunglon yang berada di pundak kanan Matrila.

Aku tersenyum lalu menerima uluran gadis itu untuk saling bersalaman. "Namaku Revia, yang ini adalah Ethan dan yang di belakangku adalah Igvin," kataku sambil menoleh ke belakang.

"Yo, lama tak berjumpa hantu," kata Igvin sambil menaikan sebelah lengannya yang aku lihat dengan susah payah.

"Oh kau ikut gadis itu nafas api?" tanya bunglon itu, Nilpa jika tak salah ingat.

"Jangan sampai kau merendahkannya Nilpa," kata Aquory yang mengengepakkan sayapnya beberapa kali.

"Itu benar masterku ini refleksnya lebih hebat darimu," kata Igvin dengan bangganya.

"Tenang saja, aku sudah mengakuinya kok," kata Nilpa lalu ia tertawa.

"Jangan diakui!" seruku cepat.

"Kenapa? Baru kau loh yang menyentuh pak Syl," kata Rila.

"Iya, itu sering terdengar," ucapku pelan sambil melirik ke arah lain.

Suara ketukan mic menjadi perhatian kami dan memotong semua percakapan yang ada di tempat ini. Ucapan terima kasih diberikan untuk kami yang datang di ruagan ini dari pak Sylog. Keadaan sekarang kembali di jelaskan oleh pak Sylog.

Sebuah surat ancaman terkirim ke sekolah ini, bukan di pusat pemerinahan yang tak auh dari sini. Di surat itu dijelaskan bahwa "mereka" akan menyerang kerajaan ini dengan pasukan yang cukup banyak, itu yang tertulis di surat itu, kata pak Sylog. Tujuan "mereka" hanyalah satu. Memaksa para vibirius untuk bekerja sama dengan "mereka" menguasai dunia.

"Apa enaknya sih menguasai dunia?" tanya Igvin dengan nada malas.

"Tentu saja kau bisa menguasai segala yang ada di dunia ini. Termasuk flora, fauna, barang dan manusianya," jelas Matrila.

"Lalu mengurus segala kerusakan ataupun kelalaian yang dibuat oleh mereka?" tanya Nilpa kesal.

"Bukankah penguasa bisa saja menghukum mereka yang tidak disukai oleh penguasa itu?" tanya Alvern.

"Lalu mereka yang kesal akan meninggalkan negara itu dan membentuk negara sendiri," tambah Aquory.

"Betul," kata Igvin sambil mengangguk dan Nilpa ikut mengangguk.

"Inilah perbedaan pikiran antara manusia dan bukan ya," aku tertawa pelan mendengar pikiran mereka.

"Begitulah, aku sampai bingung dengan jalan pikiran mereka," bisik Metrila yang mendekat ke arahku.

"Bukankah hal itu menarik?" tanya Alvern dengan senyum lebarnya.

Aku dan Metrila menatap ekspresi Alvern yang tanpa dosa dengan senyum lebarnya ditambah efek cahaya yang secara tak langsung ia buat. Kami berdua sama-sama mengambil selangkah kebelakang sambil mendekatkan telinga kami.

"Sekutunya ada di sini," bisik Metrila sedikit panik.

"Hei, di sini ada," kata Igvin sambil menepuk pundakku dengan tangan tringgilingnya.

"Di sini juga ada," kata Nilpa sambil menjitak kepala Metrila dengan tangan kecilnya.

"Baiklah sekian dulu, sekarang kalian akan di antar dengan pembimbing kalian," kata pak Sylog di atas panggung.

Aku dan Metrila saling melihat satu sama lain dengan wajah panik. "Tadi pak Sylog bilang apa saja?" tanyaku.

"Entahlah, aku juga tidak mendengarkan," kata Metrila  dengan ekspresi yang sama denganku.

"Tenanglah, cuman mengenai penyerangan dan keinginan pak Syl agar kita bisa fokus dengan apa yang kita lakukan," kata seorang lelaki di sebelah Alvern dengan rambut coklat kekuningannya.

"Benarkah Ndy?" tanya Metrila yang dibalas anggkan oleh lelaki itu.

Tak lama kartu-kartu saling berterbangan dan menghampiri satu per satu  orang-orang yang ada di sini. Meitrila, Alvern dan lelaki itu juga mendapatkan kartu itu. Sebuah kartu mendatangiku dan berhenti di wajahku. Dikartu itu terdapat namaku, nomor kamar dan nama pembimping  yaitu pak Sylog.

"Sepertinya kita akan jadi satu kelompok." Aku mengangkat kepalaku dan melihat lelaki tadi tersenyum ke arahku, tak lama ia tersenyum sambil menunjukkan kartunya. Pembimbingnya juga adalah pak Sylog. "Namaku Andy, salam kenal teman kelompok," katanya sambil mengulurkan tangannya.

Sebelum aku menerima uluran tangann itu, bahuku ditarik kebelakang dan kedua lengan itu memelukku dari belakang. "Awas saja kalau kau sampai meencari masalah dengan teman baruku," ancam Metrila.

"Ada yang kejepit di sini," kata Igvin yang membuat pelukan itu terlepas.

"Teman..."

"Kau tidak menyukainya Revia?" tanya Metrila dengan kedua alis tertekuk ke atas.

Aku menggeleng cepat. "Aku senang, terima kasih," kataku sambil tersenyum manis.

Ketiga orang dan dua vibirus itu terdiam melihatku. "Ada apa?" tanyaku karena mereka tak memberikan respon apapun.

"ti-tidak, bukan apa-apa," kata Andy sambil mengalihkan pandangannya yang membuatku semakin bingung.

Metrila menggenggam kedua tanganku. "Senyummu manis sekali!" seru Metrila.

"Benarkah? Terima kasih."

"Bolehkah aku menjadi temanmu juga?" tanya Alvern dengan mata yang berbnar-binar.

"List temanmu masih ada yang kosong?" tanya Andy.

"Tentu saja," kataku sambil memasang senyum lebar.

"Aku masih bisa mendaftar bukan?"

"Pak Sylog!" seruku saat melihat ia mendekat kemari.

"Ayo kita ambil barang-barang ke kamarmu," ajak pak Sylog.

"Baik, aku pergi dulu ya," pamitku sambil melambaikan tangan lalu berbalik mengikuti pak Sylog yang telah berjalan terlebih dahulu.

Ini mungkin adalah pertarungan pertamaku tetapi aku akan berusaha melakukan yang terbaik  karena aku tidaklah sendiri.

.... ....

Kekuatannya memanglah spele. Keindahan kekuatannya melambangkan keindahan hati dan tulusnya apa yang menjadi tujuannya. Sepasang sayap yang akan mengikat dua kerajaan.

.
.
.
.
.
.

Nilpa: gabungan dari bahasa latin "tak terlihat" (nihil) dan "bunglon" (talpa)

Saya akan berusaha up setiap minggu dari hari ini. Jika tidak saya akan up sampai beberapa hari kedepan.

Saya akan berusaha!

Terima kasih sudah membaca~

-(26/08/2018)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro