11. Safety

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Revia POV

Aku tak dapat menangkan deru nafasku walaupun hanya sejenak. Mendapat kabar dari tempat kerjaku membuatku langsung berlari kemari.

"Revia, kau melupakan sayapmu," kata Igvin yang berada di penutup kepala jaketku.

Aku mengabaikan perkataannya dan langsung membuka pintu di depanku. Tak lama aku berhenti saat melihat seseorang yang sangat aku kenali setelah dekat padanya.

"Aduh, kau berlari dari rumahmu ya? Maafkan saya," kata bos yang terlihat tak nyaman.

"Tidak apa-apa bos," kataku dengan senyuman sambil mengelap sedikit keringatku. "Lalu bagaimana Ethan?"

"Ia sedang di kandangnya. Kau masih kuat berjalan Revia?" tanya bos sambil sedikit membungkuk.

"Tentu!" kataku meyakinkannya.

Setelah itu bos berputar menuju ke kandang Ethan. Aku mengikuti langkah bos yang pelan, walaupun rambut telah memutih bos adalah orang yang tak pernah diam, sama seperti istrinya. Tak lama bos mengeluarkan kunci untuk pintu besi di depan kami.

Saat pintu terbuka terlihat Ethan yang membesarkan tubuhnya menjadi setengah dari ukuran aslinya. Aku berlari mendekatkan Ethan yang mulai menjulurkan kepalanya.

"Ethan, ada apa? Kau merasa tidak tenang hm?" tanyaku sambil mengelus kepalanya pelan.

Ethan yang tak mengeluarkan suara sedikitpun membuatku bingung. Apa ini ada kaitannya dengan peperangan yang sebentar lagi mulai? Ada beberapa hewan yang bisa merasakan aura kan? Apa Ethan merasakan aura negatif?

"Revia, lebih baik kau bawa anak itu. Ia pasti akan lebih tenang jika bersamamu," kata bos yang masih di dekat pintu.

Aku melihat bos sejenak lalu menangguk. "Ethan, kecilkan ukuran tubuhmu," kataku sambil melihatnya.

Suara nyaring keluar dari mulutnya yang membuatku sedikit lebih tenang. Tak lama ia mengecilkan tubuhnya hingga sebesar burung rajawali. Aku menggendongnya dan mengelus kepala dan lehernya.

"Ia manja sekali," komentar Igvin.

"Namanya juga takut, setidaknya dengan begini ia akan lebih tenang dengan beranggapan masih ada yang di sisinya," kataku sambil terus mengelus Ethan pelan. "Bos, kami pamit dulu."

"Tentu, jika ada sesuatu kabari saja ya. Jangan sungkan," katanya dengan senyum lebar.

"Iya, terima kasih bos."

Setelah itu kami beranjak dari tempat itu dan saat di jalan Ethan terlihat tertidur pulas di pelukanku.

"Kau memang tau cara menenangkan orang ya," kata Igvin.

"Dulu aku banyak di tenangin oleh orang-orang sekitarku."

"Kau ternyata penakut," ejek Igvin yang dapat terdengar nafasnya yang mengejek.

"Terserah apa kata mu," kataku kesal. "Tapi aku sedikit senang, karena aku bisa setidaknya mengerti perasaan takut mereka dan ada untuk menemani," kataku sambil sekali-kali mengelus kembali Ethan.

"Ya, kau gadis yang terlalu baik hati," kata Igvin seperti tidak berniat memuji.

Bukannya marah, aku malah teringat seseorang. Seorang anak laki-laki yang dulu pernah duduk berdampingan denganku. "Di hutan..."

"Apa?"

"Oh, aku hanya teringat sesuatu..." Sesuatu yang ikut menarik sesuatu lainnya yang menyakitkan... tetapi apa itu?

"Ada apa dengan wajah yang akan menangis kapan saja itu?" tanya Igvin dengan tangan mungilnya yang ada di salah satu bahuku.

"Aku tidak menangis... jika aku tak menarik lebih kencang pikiran ini."

"Kalau begitu jangan di tarik. Bukankah kau pernah bilang kau senang dengan apa yang sudah ada di sekelilingmu?"

Seketika aku terhenti dan mengangkat kepalaku, melihat sekelilingku. Kenapa aku bisa lupa? Hal-hal yang telah aku dapati di sini sudah sangat menyenangkan.

"Kenapa diam di sana Revia?"

Aku menoleh ke sumber suara dan melihat kak Marc yang sedang membawa suatu kotak kayu di tangannya. "Oh tidak, hanya terpikirkan sesuatu."

"Itu naga?" tanya kak Marc sambil mendekatiku.

"Iya, ia tadi tak bisa diam saat di sana. Jadi bos memintaku membawanya pulang ke rumah. Akhirnya dia bisa tenang," kataku sambil menatap Ethan sayang.

"Iya juga, walaupun nggak feminim Revia tetap keibuan," katanya sambil terkekeh pelan.

Aku menatapnya kesal. "Mau puji apa mau ngejek sih?"

"Jangan marah gitu dong, oh ya ini ada coklat, kau mau tidak? Pelayanan gratis dariku," katanya sambil menunjukan senyum sok kerennya.

"Bekas gigitan?"

"Tenang saja, bahkan belum di buka. Mau?" tanya kak Marc sambil menyodorkan sebatang coklat.

"Mau!" seru Igvin sambil menarik coklat di tangan kak Marc.

"Hei Igvin!"

"Kau sudah mempunyai bagian Igvin, itu khusus buat mastermu," kata kak Marc kembali merogoh sakunya.

"Cih," kata Igvin pelan sekali.

Tak lama kak March menunjukkan coklat dengan kismis yang terlihat di gambarnya. "Kismis!" seru Igvin senang.

"Aku akan memberimu ini tetapi coklat yang tadi berikan kepada Revia. Ok?" kata kak Marc seperti menasehati anak kecil.

"Ok!" seru Igvin girang dan ia bertambah semangat saat kak March mendekatkan coklat di tangannya ke Igvin.

Bukankah umurnya terbalik? Igvin yang seharusnya lebih tua. Ada apa yang sebenarnya terjadi di sini?

Aku melanjutkan perjalan menuju rumah setelah kami berbincang sejenak. Sesampainya aku berada di dekat rumah, terlihat seseorang sedang bersandar di pintu rumahku. Saat di lihat secara teliti itu adalah pak Sylog.

"Selamat siang pak," sapaku sambil menunduk hormat.

"Oh Revia! Hm? Kau membawa naga itu?" tanya pak Sylog sambil melihat Ethan yang sedang aku gendong.

"Iya, tadi ia terlihat tidak tenang. Jadi bos memintaku untuk membawanya pulang bersamaku. Lalu ada yang bisa saya bantu pak?"

Pak Sylog langsung menunjukkan ekspresi seriusnya. "Tolong ikut saya. Ada hal yang harus kalian lakukan."

"Apa?"

"Membunuh?" tanya Igvin dengan suara seriusnya.

"Tentu saja tidak," kata pak Sylog ceria.

"Kalau begitu tidak masalah," kata Igvin yang juga ceria.

Ada apa dengan kedua lelaki ini. Tunggu... apa Igvin bisa di anggap lelaki?

.....

Mataku kembali melihat bangunan megah yang di sebut sekolah ini. Ethan yang sudah sadar juga terlihat kegum dengan menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan secara bergantian. Aku mempercepat langkahku yang cukup tertinggal pak Sylog.

Hari ini sekolah terasa sangatlah sepi tanpa ada yang lewat. Bahkan sampai suara langkah kini bergema sampai ke langit-langit. Tak lama pak Sylog berhenti dan mendorong pintu kayu yang besar. Terlihat ada beberapa orang melihat kemari.

"Masuklah," kata pak Sylog disertai senyuman manisnya.

Aku mengangguk tanpa bisa mengatakan apapun. Kakiku hanya berjalan lurus dengan tatapan yang masih mengarah kepadaku.

"Wah, banyak sekali yang berkumpul!" seru Igvin yang terdengar semangat.

"Maksudmu?"

"Yang kalian, manusia kenal sebagai vibirus."

"Eh ada di sini?" tanyaku bingung.

"Tentu saja! Kau tak melihatnya? Sepertinya ini para master dan vibirus," kata Igvin dan tangan kecilnya dapat aku rasakan di bahuku.

"Revia!"

"Oh, Alvern!" seruku senang. Setidaknya ada yang aku kenal di sini.

"Kau membawa naga?!" seru Alvern jika bisa aku katakan ia kegirangan dengan ekspresi kagetnya.

"Iya, namanya adalah Ethan," kataku sambil mengelus pelan kepala Ethan.

"Boleh aku pegang?" tanya Alvern dengan mata penuh harapan.

"Tentu, ia sudah jinak. Kau tak perlu takut padanya," kataku sambil tersenyum dan tertawa pelan.

Alvern terlihat senang dan dengan perlahan ia mendekatkan tangannya untuk mengelus Ethan. Balasan positif dari Ethan membuat Alvern tertawa pelan dan sekaligus membuatku tersenyum kecil.

Pandanganku beralih pada burung biru yang hingap di salah satu bahu Alvern. "Aquory?" tanyaku.

"Maaf telat menyapa tetapi senang bertemu kalian kembali," katanya yang menggerakan ekspresinya seperti tersenyum dalam wajah burung.

"Hehe, senang juga ada yang aku kenal di sini," balasku sambil tertawa pelan.

"Wah, tidak salah lagi?" tanya Igvin dengan nama jail.

"Aku tidak akan punya wajah di hadapannya kalau salah sebut sampai tiga kali," kataku sambil memasang wajah seperti telah memakan jeruk masam.

"Tiga?" tanya Aquory.

"Sekali saat bersamaku," kata Igvin dengan datarnya.

Bunyi ketukan mic membuat kami menoleh ke depan. Di atas panggung yang sedikit lebih tinggi dari pijakan kami, terlihat pak Sylog yang sedang berdehem pelan.

"Maaf karena tiba-tiba mengumpulkan kalian semua, tetapi hal ini harus di lakukan untuk keselamatan kalian juga. Kalian, orang-orang yang di pilih oleh para vibirus adalah orang-orang spesial."

"Masa?!" tanyaku pelan yang langsung melihat Igvin, sedangkan ia hanya tertawa pelan. Kalau saja ia mengambil wujud manusia sudah aku pukul kepalanya.

"Mereka yang menyerang, sangat menginginkan kekuatan vibirus dan dipakai untuk hal negatif. Bahkan mereka tak segan-segan menghabisi seseorang saat itu juga. Karena itu kami, dari pihak sekolah setuju untuk membuka latihan pertahanan khusus untuk kalian. Agar kalian bisa bekerja sama dengan vibirus yang memilih kalian dengan maksimal."

"Kalau kau tak perlu ya Revia, instingmu bagus," potong Igvin dengan nada jailnya.

"Aku setuju," kata pak Sylog di depan sambil tertawa pelan yang pastinya sangat terdengar karena ia berdiri di depan mic.

"Astaga..." ucapku pelan. "Tapi saya masih memerlukan banyak latihan!" seruku mencoba menyakinkan.

"Belum ada orang yang menyentuhku selain kau Revia," ucapnya sambil kembali tertawa. "Oh bagaimana jika aku yang melatihmu Revia? Kita lihat seberapa sering kau menyentuhku."

"Maaf pak, ini di dengar di seluruh ruangan ini loh," kataku dengan sedikit ketakutan.

"Lalu kenapa?" tanya pak Sylog dengan wajah polosnya dan disambut tawa di seluruh ruangan.

Seketika aku merasa sekelilingku banyak yang tidak beres.

"Baiklah, hari ini hanya sekian. Untuk perlindungan, kami meminta kalian untuk kembali datang esok hari dan telah membawa barang-barang yang kalian pikir perlu dibawa untuk beberapa hari pelatihan ini. Lalu tentu saja, kalian boleh membawa binatang peliharaan, jika memang tak bisa kalian tinggal," kata pak Sylog sambil berkedip.

Aku tertawa pelan lalu melihat Ethan. Ya untung saja aku masih bisa membawan Ethan dan tidak meninggalkannya panik sendiri. Ethan yang sadar bahwa aku tatapi langsung melihatku. Aku mendekatkan pipiku untuk mengelus kepalanya.

Kira-kira apa saja ya yang akan aku bawa?

.
.
.
.
.
.

Aquory: diambil dari gabungan basaha latin dari "air" (aqua) dan "lautan" (aequor).

Ehehehe saya berencana mau bikin artian dari bahasa latin yang saya pakai untuk seterusnya.

Te-ta-pi....

Saya tau ini cerita yang baca juga baru satu :v dan saya tau saya tak bertanggung jawab... saya mau hiatus cerita ini.

Entah bisa hitungan hari, bisa hitungan minggu ataupun bulan.

Ya saya mau mencoba up sebelum saya masuk sih... masuk apa? Masuk ke dalam mimpiku terdalam dan ketemu hosbando.

Canda :v (tapi ngarep).

Baiklah terima kasih sudah mampir~

-(14/07/2018)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro