19. New Live

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lonceng yang berada di pintu berbunyi menandakan bahwa ada yang masuk lagi.

"Kakak!!"

Aku menoleh dan mendapati Fino, anak kecil yang sering datang ke tempat ini berlari masuk ke dalam.

"Halo Fino," sapaku dengan senyuman karena gemas melihat tingkahnya.

"Kakak! Rotinya!" seru Fino dengan wajah serius yang membuat dirinya menjadi lebih imut.

"Fino! Mintalah dengan baik!" kata ibu Fino, Rina dengan kedua tangannya yang ada di samping.

Mulutnya yang melengkung ke bawah membuatku tertawa. Mengapa anak ini selalu membuatku gemas? 

"Kakak, aku mau roti kacangnya satu," katanya pelan dengan mata memohon.

"Baiklah, roti kacang kesukaanmu bukan?" tanyaku sambil mengambil satu roti kacang dari etalase yang memisahkan antara tempatku dengan pelanggan.

 "Iya!" seru Fino dengan mata yang berbinar-binar.

"Oh iya Rin, aku baru saja selesai membuat kue stroberi yang baru. Maukah kau mencobanya dan memberikan masukan?" tanyaku sambil mengambil kotak untuk membungkus roti.

"Benarkah?! Tentu saja dengan senang hati Revia," kata Rina ceria.

Aku tersenyum sembari mengangguk. "Tunggu ya, aku ke belakang dulu," kataku sambil menunjuk ke belakang.

Rina mengangguk dan aku mulai melangkahkan kakiku menuju ke dapurku. Aku membuka pintu yang menghubungkan ke rumah yang aku tinggali. Aku tersenyum melihat kura stroberi yang masih tersusun rapi di atas meja.

Aku mengambil salah satu kue tersebut dan kembali untuk meletakkan kue itu di kotak, bersama dengan roti kacang. Rina memaksaku untuk membayar kue stoberi itu tetapi aku tidak akan menerima uangnya. Setelah itu aku melambaikan tangan saat mereka meninggalkan tokoku.

Sudah sebulan kira-kira aku berada di sini. Datang dan langsung berjualan roti. Untung saja mereka percaya saat aku bilang aku berasal dari pedesaan yang cukup jauh dari sini. Mempertanyakan mengenai negara sebelah saja sudah tabu, jadi aku cuman bisa mencari tahu di perpustakaan kota. Ditambah aku sedikit ragu mengeluarkan sayapku di sini.

"Woof!!"

Aku melihat ke bawah dan menemukan Ethan yang berbalut tubuh putih sedang mengibaskan ekor sambil melihatku.

"Apakah sudah saatnya?" tanyaku.

Ethan berputar dua kali lalu berhenti dengan ekor yang berkibas senang.

"Baiklah. Pertama-tama kita harus menyiapkan bekal. Ethan, bisakah kau membalik papan di depan toko?" tanyaku yang dibalas dengan nyaring oleh Ethan. Lalu ia berlalu menuju ke pintu depan.

Sedangkan aku pergi ke dapur menyiapkan bekal untuk kami berdua. Untukku, aku menyiapkan dua buah roti isi dan untuk Ethan aku siapkan snack khusus anjing yang diajarkan salah satu warga.

Setelah toko tutup, aku dan Ethan berjalan menuju perpustakaan. Kadang kala kami berhenti karena ada beberapa orang yang ingin mengelus bulu Ethan yang lembut. Bahkan aku tidak pernah bosan dengan bulu-bulu putihnya.

Tak lama kemudian kami sampai di perpustakaan kota yang cukup besar. Setelah menyapa pak Rolman, si penjaga perpustakaan itu, aku langsung berjalan menuju bagian sejarah. Sayangnya hanya sedikit buku yang menjelaskan mengenai hubungan negara ini dengan negara sebelah.

Kira-kira... apa yang di lakukan Leo dan Igvin sekarang ya? Apakah mereka sedang berlatih?

Kalau di pikir lagi, tempat ini lebih damai dari pada yang aku pikirkan. Kalau negara sebelah sedang melakukan peperangan, mengapa di sini seakan-akan tidak terjadi sesuatu. Karena aku merasa bingung, fokusku tidak lagi ada di buku. Jadi aku memutuskan untuk mengembalikan buku di tanganku dan berjalan ke pak Rolman.

"Permisi pak," panggilku ke pak Rolman yang mempunyai tubuh yang terbilang kurus.

"Oh, nak Revia. Ada apa?" tanya pak Rolman dengan wajah yang dihiasi senyuman dan kumis abu-abu yang sedikit menutupi mulutnya.

"Itu ... em ...."

"Ada buku yang susah ditemukan?" tanya pak Rolman yang menaruh buku yang sebelumnya ada di tangannya, ke atas meja.

"Bukan begitu pak, apakah tidak ada pengumuman untuk sekarang ini?" tanyaku mencoba mencari pertanyaan yang pas.

"Pengumuman? Seingatku tidak ada tapi kalau nak Revia tidak yakin, coba cek di papan pengumuman," kata pak Rolman yang tidak kehabisan energi untuk tersenyum lebih lebar.

Untung saja aku tidak menanyakan apa ada kabar perang dari negara sebelah. Kalau ada bisa-bisa aku mati di tempat. "Baiklah pak, terima kasih atas infonya. Aku akan pergi ke papan pengumuman sekarang," kataku sambil beranjak pergi.

"Papan pengumuman yang ada di balai ya."

"Baik pak."

"Hati-hati," kata pak Rolman sambil melambaikan tangannya.

"Iya pak, terima kasih banyak," kataku sambil tersenyum lebar dengan sebelah tangan yang membuka pintu agar Ethan yang sebelumnya ikut masuk ke perpustakaan bisa keluar terlebih dahulu.

....

Aku dan Ethan harus melewati pasar sebelum akhirnya kami sampai di balai kota, tempat papan pengumuman yang besar itu. Banyak yang mengundangku untuk melihat barang dagangan mereka tetapi aku hanya tersenyum saja.

Kalau aku membeli banyak, maka uangku bisa-bisa habis dalam seminggu dan tak bisa berjualan. Aku tidak boleh merepotkan Lora karena keteledoranku sendiri. Tiba-tiba saja aku menabrak seorang anak yang sedang berlari.

"Ah, maafkan aku," kataku refleks. Setelah berdiri dengan tegak, aku melihat ke arah anak itu berlari. Mengapa dia terburu-buru?

"Berhenti!! Pencuri!!"

Mataku melihat seorang pria kaget. Mata pria itu melihat ke arah anak itu pergi. Itu artinya dia seorang pencuri? Aku memeriksa dompetku yang aku letakkan di bagian yang cukup tertutup. Setelah menyadari dompetku masih tersimpan rapi, aku menghela nafas lega.

Seingatku tadi anak itu menyenggol keranjang makan siang yang aku bawa. Aku menatap lama keranjang di tanganku ini.

....

Author POV

 Anak yang tadi menyenggol Revia berlari masuk ke dalam sebuah gang yang jarang di lewati. Setelah merasa dirinya aman, ia menenangkan nafasnya yang tersenggal-senggal. Baru saja ia ingin melangkah kembali, telinganya mendengar sebuah suara.

"Woof!!"

Anak laki-laki itu langsung berbalik dan menemukan gumpalan bulu putih di belakangnya. Saat ia lihat lebih lama, ia berbalik dan menyadari bahwa gumpalan itu adalah seekor anjing, Ethan. Melihat Ethan di depannya kini tidak menunjukkan posisi waspada. Bahkan Ethan duduk dengan ekornya yang begoyang ceria.

"Ethan!! Kau menemukannya!" seru Revia dengan nafas yang tersenggal-senggal.

Anak kecil itu langsung mengambil posisi yang ingin kembali berlari. Tiba-tiba saja Ethan sudah di depan, menghadang jalan kabur anak itu.

"Tunggu ... tunggu dulu ... " kata Revia yang masih mencoba menenangkan nafasnya. "Rasanya staminaku berkurang gara-gara serangan kemarin," kata Revia pelan sambil memegang dadanya yang naik-turun.

"Kaing kaing .... "

"Sebenarnya apa maumu?" tanya anak kecil itu melihat Revia geram.

"Itu--" Revia menegakkan berdirinya lalu tersenyum. "Kau tadi mengambil rotiku bukan? Ini, untukmu," kata Revia sambil menyodorkan roti lapisnya kepada anak kecil itu yang kaget melihat aksinya.

"Ap-apa? Kau orang yang aneh," kata anak kecil itu.

Revia tertawa pelan dengan langkah yang mendekati anak kecil itu. Tangannya mengambil tangan anak kecil itu dan meletakkan roti lapisnya di tangan yang lebih kecil dari padanya. "Ambillah. Kalau ingin mampir, aku yang membuka toko roti di bagian sana," kata Revia yang menunjuk satu arah dengan jempolnya. "Mampirlah saat kau ada waktu," kata Revia dengan senyuman lebar.

Anak kecil yang menjadi lawan bicara Revia terpaku melihatnya sampai Revia berjalan mundur. "Apa kau yakin memberikan ini?" tanya anak laki-laki itu yang masih tidak percaya dengan apa yang ia hadapi sekarang.

"Tentu saja," kata Revia yang kembali menunjukkan senyum lebarnya. "Kalau begitu kami pergi dulu ya," kata Revia sambil melambaikan tangannya.

"Woof!!"

Anak laki-laki itu melambai pelan dengan sebelah tangannya yang kosong. Matanya turun, melihat roti lapis yang tadi baru saja diberikan oleh Revia. Dengan adanya dua roti lapis yang ia punya saat ini, ada kemungkinan besar ia dapat membagikannya kepada adik-adiknya yang lain.

"Oh, aku lupa menanyakan nama."

.

.

.

GARING! DATAR! FLAT!! NGGAK SERU!!

Ada apa dengan chapie ini? Ya aku tahu sih aku sempat stuck di bagian awal. Tapi nggak menyadari bahwa aku sebegininya datar kalau memaksakan diri (LOL).

Oke saya ucapkan...... lama tak berjumpa pada kalian,eh, kamu. Kan bacanya perorangan, jadi lebih dekat deh//slap//. Untuk permintaan maaf karena pas liburan saya malah nambah anak, saya kasi spoiler lagi wkwkwkw.

Selanjunya ada cowok lagi.

Udah itu tok. Siapa cowoknya dan bagaimana nantinya, kalian coba terawang aja. Tapi jangan berimajinasi Revia peka, entah mengapa itu hal yang sangat mustahil. Kalau aja hidupnya tenang, biasa aja dia udah mulai mengejar cinta wkwkwk.

Oke sekian! Sayonara~~

-(31/01/2019)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro