18. New Goal

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Revia POV

Aku meletakkan koper besar yang berisikan bajuku di depan sebuah toko. Tanganku merogoh kunci yang ada di kantung rokku. Bunyi pintu yang tidak lagi terkunci membuatku mendorong pintu itu perlahan.

Debu, debu yang sangat tebal.

Mataku melihat ke dalam ruangan dari daun pintu. Beberapa meja dan kursi tertata di tempat ini dengan rapi dan etalase yang berdiri kokoh, membatasi ruang satu dengan yang lainnya. Walaupun seperti tempat makan, setidaknya berjualan roti di tempat yang seperti ini tidaklah buruk.

"Hsim! Hsim!"

Aku melihat Ethan dan tertawa pelan sambil mengelus bulunya. "Bahkan hidungmu yang sekarang tidak tahan dengan debunya ya?" tanyaku sambil menunjuk hidungku sendiri.

"Woof!" Ethan bersuara ceria dalam tubuh anjingnya. Siapa lagi yang mengubah Ethan selain Lora? Dia melakukan banyak hal.

#Flashback On

"Alasan aku menutup semua ingatan orang-orang mengenai dirimu karena kau harus pergi dari sini," kata kak Lora dengan tatapan sendu ke bawah.

"Pergi... dari sini?" tanyaku bingung.

"Aku sudah mencoba berbagai hal yang memungkinkan agar setidaknya negara ini tidak terpecah. Setidaknya aku sudah mencobanya dengan beberapa orang."

"Beberapa?" tanyaku yang ragu saat melihatnya menundukkan kepalanya.

"Yah... sebagaian besar dari negara ini dan sebagian kecil dari lainnya," ucapnya pelan.

"APA?!?! BAGAIMANA CARANYA?!" seruku kaget.

"Mungkin... mirip seperti menjelajah waktu. Tetapi tubuh asliku masih ada di sini," jelas kak Lora sambil mengalihkan pandanganya dariku.

Aku menatap bayangan diriku dari cangkir teh yang berada di depanku, dengan meja kecil yang masih menopang gelasku dan gelas kak Lora yang saling berhadapan.

"Jika... jika saja mereka masih mengingatmu, maka kau tak bisa ke negeri sebelah."

"Negeri sebelah? Negeri hitam yang dulunya adalah kerajaan yang sama?" tebakkku bingung.

Kak Lora mengangguk. "Kau benar dan bukankah kau tau mengenai perselisihan negeri ini? Kalau saja mereka mengetahui bahwa kau berasal dari negeri ini, mereka bisa langsung mengusirmu atau lebih buruknya akan mati di tempat."

"Ya, aku tahu mengenai hal itu," ucapku pelan.

"Maafkan aku," ucap Lora pelan.

"Ini bukan salah--."

"Tidak, bukan itu," potong Lora cepat yang membuatku menatapnya bingung.

Lora menatapku sedih, seakan-akan air matanya akan keluar. "Setelah ini mungkin, tidak bukan mungkin, kau akan sangat menderita. Sangat-sangat menderita," ulang Lora yang menggenggam kedua tangannya erat.

"Ba-baiklah, kau tak perlu mengulang perkataanmu, kak Lora," kataku mencoba menghiburnya tetapi aku rasa itu sama sekali tidak berhasil.

"Padahal... jika kau tidak mengalami hal ini setidaknya kau bisa jatuh cinta."

Aku tersentak dan dapat aku rasakan wajahku sangat panas. Mulutku rasanya ingin melontarkan kata-kata terkejutku tetapi aku telan lagi, melihat air yang menetes dari balik poni kak Lora.

Aku sedikit menunduk. Dari awal memang tidak ada yang aku harapkan menganai percintaan, jadi itu bukanlah masalah untukku. Tetapi jika saja.... "Untung saja ya."

"Apa maksudmu?!"

Aku tersenyum kecil melihat kak Lora yang melihatku kaget dengan mata yang berkaca-kaca. "Untung saja hanya aku, seorang gadis yang bahkan tak bisa memakai sihir serangan, seorang yatim piatu yang tak mempunyai sanak saudara. Bukankah lebih baik mengorbankan satu orang dari pada banyak orang?"

Bahkan aku tidak merasa bahwa aku adalah orang yang sangat penting hingga tidak boleh terluka. Rasanya aku sudah banyak terluka di perjalananku sampai saat ini.

Alis kak Lora semakin ke atas dan air matanya berjatuhan lebih banyak lagi. "Kenapa kata-katamu seakan-akan tahu bahwa kau akan mati saja?"

Seketika tubuhku kaku. "Aku.. akan mati?"

"Tidak!" Kak Lora menghapus air matanya dengan kasar. "Aku tidak akan membiarkanmu mati!"

"Tetapi dari yang kakak lihat--"

"Aku akan belajar lebih lagi mengenai sihir dan ramuan penyembuh! Aku tahu apa penyebab kematianmu, aku bisa mendalami lagi untuk menyembuhkanmu!" kata kak Lora dengan tatapan yang membara.

"Terima kasih." Jika saja takdir dapat di ubah, apa yang akan terjadi?

Jika nyawaku tidak diambil, apa yang akan di ambil?

Tiba-tiba saja kak Lora berdiri dan mencari sesuatu. Pandanganku mengarah ke luar, melihat dedaunan yang lebat. Mulai sekarang petualanganku yang baru akan dimulai tetapi berapa luka lagi yang akan aku rasakan?

Tidak-tidak. Aku tidak boleh seperti ini. Tetap jadi Revia yang biasa, kau pasti bisa melakukannya Revia. Ini demi kedamaian semuanya. Eh, tapi mengapa di negara itu?

"Ketemu!" Aku melihat kak Lora yang berjalan ke arahku lalu menaruh kunci di depanku. "Aku sudah membeli sebuah bangunan yang di mana kau bisa berjualan juga di tempat itu. Maaf aku harus menjual beberapa perabotanmu untuk membeli bangunan itu, tetapi sudah ada perabotan kok disana, aku sudah mengeceknya."

"Baiklah kak, kau tak perlu sepanik itu," kataku sambil menenangkan kak Lora yang menunjukkan raut yang sangat bersalah.

"Lalu ada beberapa barang yang tidak aku jual, karena au merasa itu penting untukmu."

Penting? "Tetapi menurutku tidak ada yang penting," kataku sambil memilah kembali barang-barangku di dalam otakku.

"Bagaimana jika kau lihat sendiri?" tanya kak Lora sambil memberikan jalan dan terlihat satu pintu yang dari tadi di tutupi oleh punggung kak Lora.

Aku menatap kak Lora seakan-akan bertanya apa benar di pintu itu? Kak Lora mengangguk, membuatku berdiri dan berjalan menuju pintu. Saat di buka ada tumpukan bajuku. Tentu saja aku memerlukan baju, aku tertawa kecil karena pikiranku ini.

Mataku beralih pada bingkai kayu, menunjukkan foto ayah, ibu, dan aku saat aku masih kecil. Sepintas ingatan mengenai Leo membuatku menghela nafas. Tiba-tiba ada sesuatu yang bergerak di sampingku. Saat aku hampir menyentuhnya, munculah anjing dengan bulu putih yang lebat.

"Woof!" Aku masih mengedipkan mataku karena bingung.

"Ethan, kemarilah."

"Eh? Ethan? Ethan yang.."

"Benar, Ethan yang kau kenal Revia," kata kak Lora sambil mengelus bulu putih itu.

"EH? LOH? Tapikan.."

"Aku memakaikan ramuan untuk Ethan agar menemanimu. Rasanya tidak mungkin kau akan berjalan-jalan dengan naga, bagi mereka yang di sana naga adalah makhluk yang mengerikan."

Aku masih terdiam. Dengan berbagai pertanyaan di dalam pikiranku.

"Ah tapi tenang saja, aku sudah mengatur agar dia bisa kembali menjadi naga di saat yang sangat kritis. Ethan-mu sangat pintar ya, bisa mengerti apa yang kita katakan," kata kak Lora ceria.

"Woof!"

"Kenapa harus wana putih?" tanyaku yang hampir tenang.

"Bukankah ia terlihat lebih imut jika seperti ini?" tanya kak Lora sambil memeluk Ethan.

"Woof! Woof!"

"Kakak memang bisa melakukan apa saja ya."

"Kalau bisa melakukan apa saja, seharusnya aku bisa menolong dunia ini tanpa bantuan," kata kak Lora yang kembali sendu.

Akh! Aku menginjak ranjau!

"Sudahlah, lebih baik kau bersiap," kata kak Lora yang menunjukkan senyumnya.

"Baik. Oh, bolehkah aku bertanya mengapa ke negeri hitam?"

"Bukan negeri hitam yang menyebabkan perang ini," jelas kak Lora yang membuatku terkejut. Apa aku yang sudah dimakan berita? "Lalu, bukankah kau penasaran mengenai perpecahan negeri ini?"

"Ah, benar juga."

#Flashback Off

Berarti untuk mengetahui mengenai sejarah negeri ini aku harus mencapai perpustakaan kota. Tapi'kan tidak semua kota mempunyai buku yang sama, memang kota yang aku tinggali bisa di katakan kota pusat yang jaraknya dekat dengan kerajaan. Tetapi tetap saja...

Tidak mungkin juga aku bertanya kepada penduduk, kemungkinan besar terjadinya kesalahpahaman lebih besar. Dilema'kan jadinya aku tuh.

"Kaing kaing."

Aku tersenyum kecil sambil melihat Ethan. "Maafkan aku, terlalu banyak yang harus di persiapkan. Baiklah! Saatnya membersihkan toko!" seruku sambil berdiri.

Sebuah kehidupan yang baru dengan tujuan yang lebih jelas. Masalah nanti pikirkan nanti saja. Ada hal yang harus di terjang di depan. Hehe.

.

.

.

Up di hari yang sama saat saya memulai mengetik!

Banzai! Ketikan lancar Banzai!!

Tetapi setelah ini pikiran saya akan kosong, maksudnya nggak tau cara melanjutkannya. Apa saya pura-pura hilang ingatan aja ya? //slap//

Akhirnya UAS saya selesai!! Bahkan saya masih ngakak saat saya bilang nggak tidur gara-gara tugas. wkwkwkwk

Walaupun saya udah libur tetapi tetep jangan berharap ya, libur cuman 2 minggu dan kepotong ini-itu. Bahkan saya ragu bisa bangun siang :v

[A/N] yang unfaedah banget. Baiklah sekian dan terima  kasih sudah membaca chapie ini yang lebih banyak flashbacknya~

Jangan nantikan chapie selanjutnya~ Nanti kalau kalian nangis aku nggak nanggung. //slap//

-(22/12/2018)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro