17. Dream?!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Done. Dalam sehari. Saya masih tercengang.

Musiknya memang lama, moga nggak ngabisin kuota banyak ya hehehe, tapi saya hampir nangis ngetiknya ya gara-gara ini lagu. Selamat membaca kawan~

....

--Revia mendapatkan kembali memori masa lalunya saat berbaring setelah mendapatkan pengobatan. Ingatan yang selama ini terkubur kembali di saat yang sangatlah tidak tepat--

.....

"LEO!" seru Revia sampai duduk.

Wanita yang sedang membereskan barang-barangnya yang ada di ruangan yang Revia tempati, sampai terdiam karena seruan Revia.

"Ugh..."

"Kau tidak apa-apa nak?" tanya wanita itu sambil mendekati Revia, tanpa menurunkan barang yang ia bawa sebelumnya.

"Sedikit sakit tetapi bukan masalah." Revia mengangkat kepalanya dan melihat sekeliling hingga berhenti di wanita yang melihatnya khawatir. "Ini di mana dan anda siapa?" tanya Revia bingung.

"Maafkan aku yang terlambat memperkenalkan diri, namaku adalah Lora dan di sini adalah rumahku," katanya dengan senyum lembut.

"Kenapa aku bisa..." Revia mengingat kembali apa yang dilakukannya terakhir kali sampai bisa berada di tempat yang ia tempati.

"Ada seekor vibirius dan seorang laki-laki yang mengantarmu kemari," kata Lora.

"Dimana mereka sekarang?!" seru Revia yang membuat Lora tersentak.

"Sudah pulang, karena kejadiannya kema... hei, kau mau kemana?" tanya Lora yang melihat Revia terburu-buru pergi.

"Aku akan menyusul mereka!" seru Revia yang telah mencapai pintu keluar.

"Tunggu! Revia!!" Lora kalah cepat dari Revia yang telah membentangkan sayapnya lebar dan menjauh dari rumah itu.

Ethan yang dari tadi sembunyi sudah bersiap membentangkan sayapnya juga tetapi di tahan oleh Lora.

"Tidak perlu, ia akan kembali." Ethan menuruti perkataan Lora dan terdiam melihat Revia yang semakin jauh dari pandangannya. "Padahal aku belum menjelaskannya," kata Lora lesu.

....

Revia POV

Leo! Leo maafkan aku! Padahal aku yang membuat janji itu, tetapi aku yang melupakannya.

Beberapa kali tanganku menghapus kasar air mataku dan aku selalu menahan air mata yag berjatuhan.

Kakiku mendarat di bukit, tempat yang aku sukai. Dengan cepat aku berlari menuju ke arah sekolah. Hanya itu tempat yang aku pikirkan, tetapi aku malah menemukan kedua lelaki itu sebelum di sekolah.

Perasaan lega ini tumpah di dadaku. Aku merindukannya. Sangat.

"Leo!" seruku sambil berlari diantara orang-orang. Jika tak salah lihat, Leo sudah berhenti. Dia benar-benar Leo kan? Bertahanlah air mata!

"LEO!" Kali ini aku berhasil menggenggam tangannya walau aku harus mengambil nafas sebanyak-banyaknya, karena aku merasa telah menguras energi yang begitu banyak. "Leo! Aku minta maaf!" kataku sambil melihat wajahnya.

"Maaf nona, namanya bukanlah Leo," kata Igvin yang terdegar bingung.

"Aku tahu tapi... tunggu kau tidak ingat denganku?" tanyaku. Aku dapat merasakan hatiku pecah seketika. Mataku kini melihat Igvin yang masih melihatku bingung. "Igvin juga?"

"Kenapa nona mengetahui namaku?" tanya Igvin yang menunjukkan raut bingungnya sambil menunjuk dirinya.

"Kalian... kalian benar-benar tidak ingat?" tanyaku tak percaya. Pengelihatanku mulai tertutupi oleh air mata. "Ini aku Revia! Kalian tidak mengingatku?!" tanyaku sambil menepuk-nepuk dadaku sendiri.

"Revia?" tanya Leo dengan suara pelan.

"Iya Leo! Ini aku Revia! Maaf aku malah melupakanmu." Maafkan aku yang tidak mengerti perasaan sakitmu! Perasaan sakit? "Begitu... begitu rupanya." Aku menundukkan kepalaku.

Ini adalah karma. Karma karena telah melupakan seseorang yang sangat aku sayangi. Aku melihat tanah di bawahku yang kini dihiasi oleh air mataku sendiri.

Aku sudah tidak kuat.

Kakiku memilih berputar dan meninggalkan mereka berdua begitu saja. Ini karma, karma untukku. Rasanya ingin menangis, menjerit sekuat tenaga. Mengapa Leo bisa bertahan saat aku melupakannya? Padahal rasanya sesakit ini.

....

Aku berjalan lesu menuju tempat tinggalku. Pasti mataku membengkak sekarang. Sudahlah, sampai di rumah langsung saja tidur. Tanganku memutar knop kamarku dan aku terkejut melihat betapa kosongnya ruangan di depanku.

Apa yang terjadi ini? Di mana semua barang-barangku? Masa di curi?

"Siapa ya?" Aku menoleh ke samping dan melihat Dona menunjukkan senyum manisnya. "Yampun, kau kenapa?"

Aku melihatnya sedih. "Kau... juga?"

"Juga? Juga apa?" tanya Dona bingung. "A-ada apa?"

Air mataku kembali turun. Teman, keluarga, semua orang tidak ada yang mengenalku? Aku memilih melangkah mundur menghindari tangan Dona dan kembali berlari. Tak lama aku tersandung dan bagian depan tubuhku terkena tanah.

Aku mengambil posisi duduk dan terdiam. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa selama ini aku bermimpi? Memoriku di tempat ini, suka-duka bersama yang lain..

"Apa kau tidak apa-apa?" Aku mengangkat kepalaku pelan dan terlihat kak Marc yang mengulurkan tangannya dengan wajah khawatir. "Kau terjatuh cukup keras."

Semua memori itu mimpi? Aku kembali mengeluarkan air mataku dan mengigit bibir bawahku agar tidak teriak.

Wajah-wajah panik di depanku menandakan bahwa mereka tidak mengenalku. Padahal dulu mereka akan tersenyum lembut dan langsung menolongku.

Semuanya mimpi.

"Maaf ia bersamaku!" suara wanita itu, Lora sempat menhentikan niatku yang ingin berteriak. Sebelum menoleh aku merasakan sebuah lengan yang membopongku. "Kau terluka" tanya Lora di sampingku.

Aku tak bisa dan sedang tidak ingin mengatakan apapun, jadi aku hanya diam melihatnya.

"Apa ia tidak apa-apa?"

"Iya, aku akan mengatasinya. Terima kasih dan maaf merepotkan kalian," kata Lora dengan senyumannya yang menenangkan. "Kau masih bisa berjalan?" tanya Lora sambil melihatku.

Aku mengangguk terbata dan Lora mulai berjalan sambil terus membopongku. Setelah keluar dari desa aku mulai merasa tidak enak kepadanya.

"Aku bisa jalan sendiri," kataku yang berusaha lepas dari bahunya tetapi Lora tetap menahanku.

"Aku masih bisa menolongmu, nikmati saja," kata Lora sambil tertawa pelan.

Aku melihatnya kaget. "Terima kasih."

....

Aku duduk di kasur yang sebelumnya menjadi tempatku berbaring, dengan Lora yang kini mengobati lututku yang terluka karena terjatuh tadi.

"Nah sudah," katanya di sertai senyuman manis. Walau terlihat umurnya lebih dewasa dibandingkan diriku dia sedikit kekanakan, eh atau aku malah lebih parah?

"Terima kasih," kataku sambil menunduk melihat lututku yang habis di obati.

"Tidak Revia." Aku melihat Lora yang kini menunduk. "Aku minta maaf."

Aku mengedipkan mata beberapa kali karena bingung. "Kenapa meminta maaf? Bukankah Lora telah menolongku sampai dua kali?" tanyaku bingung.

"Ingatan mereka tentangmu yang terhapus, itu karenaku."

Aku terdiam. Ingatan mereka terhapus? "Ja-jadi... semua itu... bukan mimpi?" tanyaku terbata-bata.

"Iya, waktu yang kau habiskan bersama mereka bukanlah mimpi belaka. Semua itu nyata apa adanya. Hanya saja aku menyimpan semua kenangan mereka tentangmu untuk saat ini," kata Lora yang menunjukkan wajah sedihnya.

"Saat ini?" ulangku bingung.

"Revia, aku adalah seseorang yang bisa meliahat kepingan masa depan dan bisa mencari jalan keluarnya. Aku sudah berusaha berkali-kali tetapi hanya ini yang menunjukkan keberhasilan walaupun hanya sedikit," jelas Lora dengan alis yang mengkerut.

"Maaf, bisa kau jelaskan lebih jelas?" tanyaku bingung.

"Kau... tidak marah?" tanya Lora yang bercampur takut dan sedih.

Aku menatap lantai. "Setidaknya aku harus tau alasannya," kataku pada akhirnya.

Lora tersenyum lebar lalu mengangguk. "Terima kasih, Revia."

.

.

.

A/N SAMA DI SETIAP CERITA YANG SAYA UP DI HARI YANG SAMA.


Dikarenakan adanya minggu tenang (sebelum UAS) jadinya saya sudah rencana banget mau up kelima cerita ini hehehe. Tapi ternyata bener, minggu tenang buat saya itu hanyalah mitos :")

Jadi saya ngebut nih, akhirnya jadi juga. Walaupun emg ada yang tinggal menambahkan sedikit dan ada yang maksain, berhasikan aneh banget.

Tak perlu di ngertiin, saya udah biasa kok :v

Yang belum tahu, saya beritahukan lagi: Saya tidak bisa up seaktif saat dulu SMA. Tugas yang sama emban kini semakin menumpuk. Bahkan ada Dosen yang nggak berprasaan//plak//.

Sekian dan terima kasih atas perhatiannya~~

SELAMAT HARI SENIN~~~ WKWKWKWK

-(10/12/2018)-


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro