[16] : Lee Haechan dan Pesan Ayah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

• From Home •

•~~•

Apa betul jika lidah buaya dicabut lidahnya,  jadi gagu?

EchanVlogNgebon

"Laki-laki itu punya banyak tanggungjawab nak, yang harus kamu jagain juga banyak, buat nanti kamu juga harus bantu ayah, bantu ayah buat jaga ibumu, jaga Sungchan"

LeeHaechan (Ayah)—

•~~•

—Siang ini Jeno sedang duduk seraya memetik senar gitar di pojokan kelas dengan Haechan yang menjadi vokal utamanya, kedua anak itu sempat sibuk selama beberapa saat untuk mencocokkan chord, disisi lain Jaemin memilih untuk melanjutkan tidurnya diatas karpet anyaman yang terbuat dari bungkus kopi, anak itu tertidur tepat disamping Jeno dengan sebuah Hoodie yang menutupi wajahnya, dan Renjun yang berada di tengah tengah Jeno dan Haechan masih berkutat dengan buku gambar berukuran A5 di tangannya, anak itu duduk menyandar ke tembok dengan kaki kanan yang menekuk untuk di jadikan alas menggambar.

"You know you can call me
if you need someone

I'll pick up the pieces
if you come undone

Haechan mulai bernyanyi ketika Jeno telah melakukan intro, membuat keempat anak ini kini terhanyut dalam suasana

"Painting stars up
on your ceiling 'cause you
Wish that you could
find some feeling,
yeah, you

"You know you can call me
if you need someone

Haechan melanjutkan lirik selanjutnya yang kemudian diikuti dengan suara khas Renjun, keberadaan kelas yang sudah sangat kosong menimbulkan gema yang sangat indah untuk dinikmati, tak dapat dipungkiri Haechan dan Renjun memiliki suara yang enak untuk masuk ke dalam telinga, hanya saja mereka lebih memilih mendedikasikan suara mereka untuk berteriak tidak jelas layaknya cosplay Tarzan.

"I need you to hold on
Heaven is a place not too far away

Semuanya tampak pecah ketika memasuki bagian reff, Jaemin yang tadi tepar aja jadi ikut mengeluarkan suara.

"We all know I should be the one
To say we all make mistakes

Take my hand and hold on
Tell me everything that you need to say

'Cause I know how it feels to be someone
Feels to be someone who loses their way—

"—Boleh juga" suara tepukan tangan dari seseorang membuat keempat anak itu seketika berhenti dan mengalihkan perhatian mereka, terkecuali Jaemin, anak ini masih betah untuk menutup matanya ketimbang memperdulikan seseorang yang kini berjalan ke arah mereka.

"Payong mau nyuruh kita mangkal di lampu merah?"

"Saya gak larang kalian kalau mau mangkal di lampu merah"

"Jangan dong, nanti yang nyamperin kita cewe jadi-jadian"

"Emang kalian bukan cowo jadi-jadian?"

Jaemin yang gak terima dikatain 'cowok jadi-jadian' langsung melek dan bangkit dari tidurnya "ORI KITA PA! OFFICIAL LELAKI TULEN NAN TAMPAN!"

"Gak ada cowok tulen yang megangin toples pink motif bunga"

"Tupperware pa bukan toples!"

"Sama aja! Intinya dua barang itu sama-sama dipakai untuk kalian bekal makan"

"Wah! Belum tau dia bre!—Mama saya lebih sayang sama Tupperware daripada anaknya sendiri" Renjun ikut untuk membela Jaemin dengan menunjukkan apresiasinya yang kemudian di timpali oleh Jeno "Kalau ilang, walaupun hujan badai guluduk jeder! tetep harus ketemu"

Taeyong tak menghiraukan ucapan anak-anak tadi, dan memilih untuk ikut duduk bersama mereka, laki-laki itu berjongkok tepat di hadapan Haechan dengan tatapan nyalang.

"Geser"

"Gak apa-apa pa, Bapa bisa duduk di lantai yang sejuk itu, biar saya yang kepanasan di atas karpet ini"

"Geser!"

"Gak sekalian jadi tukang parkir di bulan aja pa? Moon door moon door!—ADAW!"

"Geser, atau saya tarik lagi itu bulu kaki"

"Mentang-mentang bulu kaki saya rimbun macam dadanya Arjuna, payong seenaknya narik-narik manja!"

"Satu—"

"—Dua"

"Kamu emang memelas saya buat dilempar ke pembuangan limbah"

Baiklah, Haechan menyerah, perintah dari Taeyong sama dengan mempertaruhkan jiwa sampai titik darah penghabisan.

"—dipersilahkan kepada yang terhormat bapak tetua suku kita—Payong" ucap Haechan sambil menggeser tempat duduknya, diikuti dengan Taeyong yang kemudian duduk sambil menyilangkan kaki disampingnya.

"WOY KAMPRET!!! GUE KEGENCET!" Renjun yang nyatanya badannya paling piyik harus berteriak kencang ketika Haechan dengan sengaja menggencet tubuhnya ke arah tembok, Renjun tidak bisa bergeser kemana-mana sebab Jeno juga malah ikut-ikutan untuk mengubah wujud Renjun menjadi tokek.

"SUMPAH! BADAN LO BERDUA UDAH SEGEDE BAGONG KAGA SADAR DIRI!!!, PENGAP GUE!!"

Renjun akhirnya bisa bernafas lega ketika Haechan dan Jeno sama-sama diberikan tatapan mematikan dari Taeyong, dan dengan bersamaan kedua anak itu bergeser membiarkan tubuh kecil Renjun terkulai.

"You have a nice voice, Haechan"

Mendengar ucapan Taeyong yang sangat tiba-tiba tadi membuat Haechan tersenyum dengan penuh kebanggaan, sebelum pada akhirnya anak itu menengok ke arah Jeno dengan dahi yang mengerut juga tatapan yang serius.

"Apa tah artinnya Jen? Si Payong lagi ngomongin merek sosis?"

"Itu so nice tolol, Payong habis muji Lo!"

Haechan terkekeh sebentar lalu membulat bibirnya hanya untuk mengatakan "Oooooooooooooooooooooooooooh—"

"—Tararengkyu pisun Pa! saya emang ganteng dari janin"

"Saya bilang suara kamu bagus bukan muka kamu yang bagus"

"Astaghfirullah Pa!!!, Tolong tah éta mulut jangan terlalu pedes edan kek seblaknya Teh Lia"

"Lia? Sejak kapan Lia Amelia dagang seblak?"

"Lia yang lain Payong, dikata yang namanya Lia dia doang!!!"

"Lia Amelia Saha emang?" Tanya Renjun seraya melihat ke arah Jaemin dan Jeno "Maknae Trio macan" Jaemin menjawab diikuti dengan anggukan kepala dari Jeno.

"Payong—"

"—Nggak"

"Emang Payong tau saya mau ngomong apa?"

"Gak ada cireng-cirengan!"

"Dih?! Orang saya pengen cilok goang!!!"

"Gak ada"

Renjun jadi manyun sendiri ngedenger penolakan mentah-mentah dari Taeyong, padahal kan Renjun lagi pengen banget jajan cilok goang.

Bayangin, kuah kaldu mantep, pake cilok, sama rebusan siomay, pake tahu putih, ceker ayam, dan sambal hijau.

Mikirinnya aja bikin Renjun jadi uring-uringan sendiri.

"Yaudah sana beli"

"Uangnya?"

"Bayar sendiri!"

"Liat pa saku baju saya sampe berlalat saking kosongnya" Renjun mencondongkan tubuhnya ke arah Taeyong sambil menarik baju seragamnya.

"Saya gak peduli, saya bukan bapak kamu"

"Kalau gitu adopsi saya Pa"

"Gak! Males banget saya ngadopsi kamu mending saya bawa balik itu si Aram!"

"GAK BOLEH PA! GAK BOLEH ADA YANG BAWA ARAM SELAIN SAYA!" Jeno yang tidak terima dengan ucapan Taeyong tadi jadi panik, Fyi Aram alias Anak Haram—soalnya kayaknya dia itu anak di luar nikah— adalah anak kucing yang waktu itu Jeno temuin ditengah jalan karena gak bisa nyebrang, karena Mama Jeno gak akan ngizinin dia buat pelihara kucing di rumah alhasil anak laki-laki itu memilih untuk memeliharanya di sekolah, dengan syarat pada malam hari akan di titipkan kepada penjaga sekolah.

"Adopsi saya pa" tidak ada angin, tidak ada hujan, dengan cara yang tiba-tiba Renjun memeluk tubuh Taeyong erat, membuat pria itu terkejut setengah mati sambil memberikan tatapan kematian kepada Renjun.

"HUANG RENJUN!! LEPASIN SAYA!"

"ADOPSI SAYA PA!!!"

"KAMU BAU KETEK!!!"

"GAK APA-APA KENANG-KENANGAN!!"

"RENJUN!" Taeyong mencoba untuk mendorong Renjun dan sedikit menendang tubuh anak itu agar menjauh dan terlepas dari pelukannya, namun nihil, karena secara bersamaan Jeno dan Haechan pun ikut memeluk tubuhnya "KITA JUGA MAU PA!!!"

"APA APAAN INI?!"

"EMPAT ANAK BANYAK REZEKI PA!" Jaemin menimpal seraya berdiri dari tempat ia duduk tadi kemudian menjatuhkan tubuhnya ke arah Taeyong yang sedang dipeluk oleh ketiga anak lainnya, membuat keseimbangan Taeyong seketika runtuh.

"BOCAH-BOCAH KURANG AJAR! CEPET BANGUN DARI BADAN SAYA!!!!!"

"ADOPSI KITA DULU PA BARU KITA BANGUN!"

"HEH!! OGAH BANGET SAYA PUNYA ANAK MODELAN MONYET LEPAS KEK KALIAN!"

"ATUH LAH PA!"

"CHAN, HAECHAN SIALAN!!! TANGAN GUE KEJEPIT BADAN LO!!!"

"SI JAEMIN SURUH BANGUN DULU GUE GAK BISA GERAK TENK!!!!"

"KAKINYA JENO NAHAN BADAN GUE SU!!!"

"KAKI GUE YANG SEBELAH KETINDIHAN BADAN SI PAYONG!!!!"

"PA BANGUN PA!"

"KALIAN YANG BANGUN! ASTAGA! BADAN KALIAN SEGEDE GABAN SEMUA GIMANA MAU BANGUN?!"

Drot...drot...

"BUSET DAH—BAU APA INI COK?!"

"BAU KETEKNYA JAEMIN PASTI"

"BAU DOSANYA HAECHAN!"

"sorry ngab!"

"NJEM HAECHAN MODAR LO!"

"Ada apa—WOY BAU PISAN INI EDAN! HAECHAN! LO KENTUT GAK LIAT-LIAT SITUASI!!!!"

"GAK KUAT BRE!!!"

"HAECHAN KAMPRET!!!!"

Taeyong menarik nafas dalam-dalam, sungguh dia frustasi sekarang "Hitungan ketiga kalau kalian gak bangun, gak jadi jajan cilok—Satu!."

Perintah Taeyong yang tegas dan penuh penekanan tadi secara ajaib membuat Haechan, Renjun, Jaemin dan Jeno bergerak untuk menjauhi Taeyong.

"Mental kalian lembek amat kalau soal makanan" ucapnya yang dibalas dengan cengiran tengil dari keempat anak tersebut, Taeyong beralih untuk merogoh saku celananya dan memberikan selembar uang berwarna biru ke arah Renjun "Sana beli"

"Hwhw Tengkyu Pa" Renjun tersenyum kemudian beralih untuk berdiri dan bersiap untuk membeli makanan yang ia inginkan.

"Gue ikut" Ucap Haechan sambil berjalan menyusul Renjun yang sudah mendahuluinya meninggalkan Jeno dan Jaemin yang memilih untuk mendekati alat musik petik tadi, sedangkan Taeyong, pria itu nampaknya memiliki urusan lain, sebab setelah memberikan uang pecahan Rp. 50.000,00 tadi dirinya langsung melangkahkan kakinya untuk melenggang pergi.

"Gas"

•~~•

—Haechan dan Renjun sedang sama-sama duduk di dalam sebuah warung yang menjajakan berbagai macam jajanan favorit anak-anak di jaman sekarang, yang dalam artian lain adalah jajanan-jajanan penuh micin dan karbohidrat dengan rasa yang lebih bervarian.

Haechan bersenandung ringan dan Renjun hanya diam menikmati sepoi-sepoinya angin di tengah teriknya matahari siang.

"Ini teh pedesnya segimana, Jang?"

"Dipisah aja Bu, biar nanti pada nuangin sendiri"

Wanita paruh baya yang baru saja bertanya itu hanya menganggukkan kepala ketika mendapati jawaban dari Renjun, tak lama dari itu suara derapan langkah beberapa orang mengalihkan perhatian Haechan dan juga Renjun secara bersamaan.

Di sebrang sana ada sekitar tiga anak berseragam putih biru yang sedang berlari menjauh diikuti oleh beberapa orang berseragam yang sedari tadi berteriak berhenti.

"*Barudak jaman ayeuna mah sok waranian, sok sieun ningalina ge"

"Ada apa Bu?" Renjun yang penasaran lebih memilih untuk bertanya.

"Itu Jang, udah beberapa Minggu di sekitar sini suka ada anak SMP yang jadi kurir narkoba"

"HAH?! Yang bener ah si ibu" Haechan jadi ikut kepancing untuk ikut bertanya lebih lanjut.

"Eh bener Jang, itu yang dikejar pasti ketauan lagi ngasih obat-obatan"

"Dapet info darimana Bu?"

"Pa RT"

Haechan yang tadinya ingin bertanya lebih jauh lagi seketika mengurungkan niatnya ketika matanya tanpa sengaja beradu dengan seseorang di sebrang sana, seorang anak laki-laki bertubuh jangkung tengah berlari menghindari seseorang berseragam polisi lengkap.

Sungchan?

Tanpa banyak berfikir Haechan langsung bangkit dan berlari untuk mengejar adik laki-lakinya itu.

"WOY CHAN!!!!"

Haechan tak menghiraukan teriakan dari Renjun dan memilih untuk berlari lebih kencang lagi, dia harus bicara dengan Sungchan, apapun yang terjadi dia harus membawa adiknya itu pulang ke rumah, namun tak sempat untuk mengejar anak laki-laki tadi, tubuh Haechan seketika tertarik kebelakang, matanya mendapati seorang pria yang baru saja ia temui beberapa menit yang lalu.

"Mau kemana kamu?"

"Pa!!"

"Gak usah di kejar"

"Dia adik saya!!!!"

"Kamu gak akan bisa nyelamatin adik kamu sekarang, bukan sekarang"

"Tapi saya udah janji bakalan jagain dia pa! Kalau dia kenapa-napa saya yang bakalan nyesel seumur hidup!!!!"

"Pulang sekarang"

"Saya harus bawa adik saya juga pulang—"

"—gimana? Saya tanya, kamu bawa dia pulang gimana? Kamu mau kejar dia? Biar kamu sama-sama di tangkap?, Gimana caranya kalian bisa pulang dengan baik-baik saja?"

Haechan terdiam, ada rasa sesak di dadanya sekarang, apa yang harus dia lakukan sekarang?, apa yang akan ibunya katakan?, kenapa anak itu tidak pernah menurut padanya?, Apakah semuanya akan menjadi lebih buruk setelah ini?

"Saya antar kamu pulang, mari bicara dengan ibu kamu"

"Adik saya—"

"—biar saya yang jadi wali untuk adik kamu"

•~~•

"

Haechan—" suara wanita di hadapannya ini terdengar begitu pilu, ada sesuatu yang juga menggores hatinya, wanita itu menangis sesenggukan sembari memukul lengan atas Haechan menuntut sebuah pernyataan yang dapat membuat hatinya lebih tenang "Mana Sungchan nak?! Kenapa gak kamu bawa pulang?! Kalian berantem lagi kaya gimana?—" ucap wanita itu di tengah tangisannya.

Haechan tidak bisa berkata apa-apa, dia tidak tau.

"—Ibu sudah suruh kamu jaga dia nak! Kenapa kamu biarin adik kamu itu di bawa!?—"

"Bu—"

"—Ibu cuman punya kalian, ibu gak minta apa-apa lagi, kalian gak kasian apa sama ibu?!—"

"Bu—"

Lagi dan lagi Haechan hanya bisa memanggil ibunya itu dengan nada yang sama-sama terluka, Haechan tidak pernah sanggup melihat ibunya menangis seperti ini, dia tidak akan pernah bisa.

Haechan hanya tertunduk, mencoba untuk tidak memperlihatkan matanya yang sama-sama mengeluarkan air mata semenjak ia menginjakkan kakinya di rumah ini.

"—Kalian mau ibu mati hah?! Iya?! Ada apa lagi ini, kenapa Sungchan? Haechan! Kenapa kamu biarin adik kamu itu?! Sebenci apa kamu sama dia nak?—"

Haechan berani bersumpah ia tak pernah sekalipun membenci adiknya itu.

"Ayah kamu—"

"Haechan bisa apa Bu?!" Haechan menatap ke arah ibunya dengan lekat, matanya tak bisa berbohong, dia butuh ayahnya sekarang, dia rindu ayahnya sekarang.

"Haechan bukan anak baik kan? Haechan bisa apa? Haechan udah coba buat jaga SungChan, Haechan udah usaha!—"

Wanita itu kembali menatap anak sulungnya dengan lebih seksama, merasakan sebuah luka yang paling dalam kembali menusuk hatinya.

"—Haechan tau Bu, haechan bukan kakak yang baik, Haechan gak bisa jadi kaya ayah, Haechan gak bisa sebijak ayah, sekuat ayah, sepeduli ayah"

"..."

"—Aku gak bisa bu"

•~~•

• From Home•

•~~•

ToBeContinue

•~~•














Arti kalimat * : anak-anak jaman sekarang pada berani ya, suka jadi takut ngeliatnya juga

P.s :

Hai Readers, hehe janjinya kemarin author up
Cuman ketiduran, mohon maafin
Ini gantinya ya hehe, semoga dapat menghibur,

Oh iya kasih tau ya kalau ada salah tulis a.k.a typo, dan kalimat yang kurang nyaman dibaca lainnya.

Kamsahamnida :3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro