[Interlude] : Alasan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

• From Home •

•~~•

—"Gue gak tau kalau Lo kenal juga sama anak itu" Taeil baru saja memasuki mobilnya dan mendapati Taeyong yang sedang memejamkan matanya di bangku sebelah ia duduk.

"Gue juga gak tau kalau Bang Taeil kenal sama bocah laknat itu"

"Bocah laknat" Taeil mengulang ucapan Taeyong seraya tertawa "dia gak se-nakal itu Yong"

"Gue tau" Taeyong menegakkan punggungnya sambil menatap ke arah Taeil.

"Apa yang memutuskan Lo buat balik lagi kesini?"

"Hanya karena"

"Karena?"

"Nggak ada alasan bang"

"Come on dude, it's not you"

Taeyong terkekeh saat mendengar ucapan Taeil tadi, laki-laki itu berdeham sembentar sebelum akhirnya mengambil sebotol minuman di atas dashboard mobil.

"Bukannya Lo nggak mau dateng ke sini lagi? Lo udah bisa hidup layaknya Lo di Amerika, kenapa Lo milih buat balik?"

"Ada sesuatu hal yang menarik gue lagi buat kembali"

"Sesuatu hal?"

"Gue nggak tau, tapi hati gue menarik gue buat kembali kesini"

"Yong—"

"Gue tau"

"Jisoo gak akan seneng liat Lo kaya gini"

"—gue udah mencoba ikhlas bang, tapi semakin gue mencoba untuk mengikhlaskan, hati gue bakalan makin sakit"

Taeyong menghela nafasnya panjang, memorinya kembali berputar, menampakkan seorang perempuan cantik dengan senyum paling menawan yang pernah Taeyong lihat, perempuan yang selalu membuat dirinya dilanda rindu berat di setiap malam.

"Untuk pertama kalinya, gue ketemu sama seseorang yang bikin gue ngerasa kalau gue itu beneran hidup, seseorang yang ngajarin gue warna dari kehidupan".

Taeil menatap Taeyong yang sedang tersenyum, semua orang pasti akan tau jika mata tidak akan pernah berbohong, Taeyong masih merasakan sakit yang sama untuk setiap harinya.

"Lo tau apa yang paling menyakitkan di dunia?"

"Kehilangan seseorang yang Lo cinta"

"Iya, kalimat itu benar adanya, gue tarlalu naif untuk bilang kalau gue pasti bisa bahagia, gue gak bisa bang—Gue nggak pernah liat perempuan secantik dia, gue bahkan bisa memuji dia beribu kali dan hatinya jauh lebih cantik dari yang gue kira"

"..."

"Gue nggak tau apakah sebelumnya gue pernah berbuat salah sampai takdir merenggut dia dari gue, merebut paksa dia dari pelukan gue—lo tau? gue bangga bisa miliki dia, gue bakalan mengatakan itu secara lantang kepada semua orang—tapi dia gak pernah memberikan kesempatan buat gue mengucapkannya—dia bikin gue jadi seseorang yang menyesal seumur hidup, dia gak pernah cerita sama gue kalau dia sakit bang" Taeyong menggenggam dadanya ada rasa sakit yang kembali menyerang batinnya "Dia gak pernah bilang kalau dia lagi gak baik-baik aja, dia nahan semuanya sendirian—tanpa ngasih tau gue, itu lebih menyiksa gue sekarang, kenapa dia gak bilang sama gue kalau dia lagi perlu di rangkul?"

Taeyong kembali menangis, untuk dua tahun terakhir Taeyong tidak pernah bisa untuk tertidur dengan lelap, dia akan menangis sepanjang malam hanya untuk menumpahkan kerinduannya kepada seseorang.

"Gue bahkan masih inget gimana bahagianya dia ketika bisa membantu orang lain, gue masih inget gimana caranya tersenyum yang ditujukan cuman buat gue, semua orang sayang sama dia, termasuk gue, gue gak siap, dulu gue berfikir kalau gue gak akan pernah merasakan bagaimana rasanya kehilangan—sumpah bang, ini sakit"

"..."

"Andai gue tau, gue bakalan berusaha keras buat lebih ngebahagiain dia, kenapa dia selalu senyum ke gue? Kenapa dia selalu ngusap kepala gue kalau lagi cape?, seolah dia bakalan selalu ada buat gue—di detik terakhir dia masih bisa ngeliat gue, dia bilang bakalan baik-baik aja—"

"..."

"—Tatapannya lembut, hatinya luar biasa cantik, gue masih gak bisa percaya ada perempuan secantik dia terlahir di dunia"

"..."

"Itu alasan kenapa gue ada disini sekarang"

"Menghidupkan jiwanya di dalam diri lo?"

"Bukan kah itu cara yang lebih baik ketimbang gue harus lari?, gue harus bisa menghadapi semuanya— dan lucunya pada akhirnya gue ketemu sama mereka"

"Maksud Lo empat anak yang sering lo ceritain itu?"

"Iya, gue bisa ngeliat banyak hal yang di miliki Jisoo terbagi secara rata di keempat anak itu"

"Ah gue ngerti"

"Ada banyak hal yang harus mereka tau, gue tau betul gimana rasanya terjatuh tanpa ada juluran tangan—Seenggaknya gue bisa membantu mereka, memberikan uluran tangan persis dengan apa yang dilakukan Jisoo untuk banyak orang—"

"Hmm..gue paham"

"Dia pasti bahagia—iya kan bang?"

•~~•


———

Mbak Jisoo

———

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro