[2] : Lee Taeyong dan pekerjaan baru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

• From Home •


•~~•

—TAEYONG menghentikan langkah kakinya saat mendengar ponselnya berdering, memutarkan salah satu lagu favoritnya belakangan ini, laki-laki itu terpaku sebentar, sebelum akhirnya mengangkat panggilan pada ponselnya.

"Halo" Taeyong berdiam diri sejenak, mendengarkan apa yang diucapkan seseorang di seberang sana.

"Yakin ini sekolahnya?"

....

"Bukan gitu, cuman ini—"

....

Taeyong menghela nafasnya sembari menggigit bibirnya frustasi namun tatapannya masih tak bisa lepas dari gedung sekolah dihadapannya.

"Iya aku coba" setelah panggilan telepon terputus Taeyong kembali memasukan ponselnya ke saku celana, laki-laki itu meringis, masih dengan mengamati gedung sekolah lekat-lekat.

Nafas beratnya ia hembuskan beberapa kali.

Semoga hari ini dapat berjalan sesuai dengan yang ia harapkan sebelumnya.

Beberapa saat Taeyong berfikir untuk kembali ke rumah dan tertidur dikasur, namun berbanding terbalik dengan niatnya tadi, secara mantap laki-laki bermarga Lee itu tetap memasuki gerbang sekolah.

Sampai sekarang masih normal.

Sejenak ia menghembuskan nafas lega, dia berhasil melangkahkan satu kaki masuk ke dalam gerbang sekolah ini.

Dug.....

















Bahkan belum sampai 10 langkah Taeyong memasuki gerbang sekolah, laki-laki itu sudah harus menarik nafas dalam-dalam dan menahan agar ia tidak menyebutkan nama hewan sekebun binatang Bandung.

Matanya memicing menatap seorang remaja laki-laki dengan manik mata berwarna coklat yang baru saja menabrak bahu Taeyong tanpa sengaja—atau memang semgaja, sejenak remaja laki-laki itu memberikan ekspresi terkejut, namun tak lama kemudian beralih untuk memberikan tatapan tengil ke arah Taeyong.

Beruk jantan mana yang dengan beraninya menatap Taeyong dengan tatapan seperti itu?

Lee Haechan

Taeyong melirik ke arah seragam remaja laki-laki tadi, sesaat ia menelaah dan mendapati sebuah nama yang sangat ingin dia rutuki saat ini juga.

Kenapa marganya harus sama kaya gue?!

"Wish...anak baru!!—JEN ANAK BARU!!!" Teriak anak bernama Haechan tadi memanggil temannya yang langsung menoleh dari balik tembok koridor.

"Hah? Gak denger gue mendadak budeg!"

"Anak baru ya?" Haechan lebih memilih mengabaikan ucapan temannya tadi dan beralih untuk kembali menatap Taeyong, sambil mengangkat satu tangannya Haechan mencoba untuk menyapa Taeyong yang masih terpaku menilai Haechan dari atas sampai bawah.

99,2 % memenuhi tipekal anak kurang akhlak.

"CHAN! Bocah bule tuh! mana ngerti dia lo ngomong apa, liat seragamnya udah kek sekte seragam Hogwarts" temannya tadi menghampiri Taeyong dan Haechan yang sedang berhadapan satu sama lain.

Untuk kedua kalinya, Taeyong memperhatikan name tag yang terjahit di seragam ke dua bocah ini.

Lee Jeno

Taeyong mengernyitkan dahinya, kenapa dua bocah minus akhlak ini harus memiliki marga yang sama dengannya.

"Oh iya lo bener" Haechan mengangguk membenarkan kata-kata temannya itu, "—Good afternoon Student"

Jeno menepuk jidatnya dengan telapak tangan "Yang bener tuh How are you"

Taeyong mulai memutar bola matanya dengan jengah "yang benar itu good—"

"—Kan! bener apa kata gue, gini-gini gue tuh jenius tingkat fir'aun!" Belum sempat Taeyong menyelesaikan ucapannya Haechan sudah menyerobot memasuki percakapan lagi.

"Morning!, ini masih pagi!"

Jeno dan Haechan berpandangan menyadari adanya kesalahan berbahasa Inggris dalam menyapa seseorang, Tak lama kemudian Haechan dan Jeno membentuk sebuah huruf 'O' dari bibir mereka.

Jeno menjentikan jarinya membuat Haechan kembali menatap Taeyong.

"Saya—"

"Phitecantrhopus asal mana Lo?!"

"Begini, saya lagi ada urusan bisa kalian minggir?"


"STOP!—" baru saja Taeyong akan melangkahkan satu kakinya, Haechan terlebih dahulu mengangkat telapak tangan tepat didepan wajah Taeyong—yang membuat laki-laki tampan itu kembali menghentikan langkahnya "—gue".

"Hah?"

"Kalau ngomong sama gue jangan pake saya, Lo lahir jaman kapan masih ngomong pake saya?"

Taeyong menganga tak percaya, anak-anak jaman sekarang memang semengerikan itu, jika saja niatnya disini bukan untuk melamar pekerjaan ia pasti akan membawa Haechan ke atap gedung dan mendorongnya ke bawah.

"Kan gue bilang dia anak bule, makanya ngomongnya harus formal" Jeno

"Gue alergi formalin Jen"

"Formal Bege, beda sama Formalin" Jeno menoyor kepala Haechan gemas.

"Lo kebanyakan baca buku kimia jadi gini"

Jeno hanya memutar bola matanya "Anak SD juga lebih berotak dari lo,Chan"

"Sebenernya gue tuh pinter, cuman lagi tertunda aja hidayahnya".

"Ketundanya lama bener kek sembako pemerintah"

"Gue cuman belum dapet Free-past otak aja"

"Free-past apaan Jenglot?!"

"Intinya nyokap gue suka pake formal buat nyuci"

"Formalin Retno!"

"Itu bahasa apaan elah!"

"Korea!, Makanya belajar bahasa Korea!!"

Keduanya terdiam, saling menatap satu sama lain kemudian memilih untuk saling berhadapan dan menjaga jarak sampai akhirnya—

"—amnyong haseyo" ucap mereka serempak sambil membungkukkan tubuhnya, membentuk sudut 90°

Taeyong yang memperhatikan hanya dapat menahan diri untuk tidak menenggelamkan wajah ke wastafel disampingnya.

Sadar bahwa Taeyong masih berada disana, Haechan dan Jeno kembali untuk menghadap ke arah Taeyong.

Haechan meniup ujung rambut yang berada di dahinya dan berkacak pinggang, memberikan kesan tengil yang Taeyong yakini anak itu adalah salah satu anak yang rajin keluar masuk BK, di sampingnya, Jeno menaruh sebelah tangannya di bahu Haechan, tak kalah tengil anak itu memasukan sebelah tangannya ke saku celana.

"Oh iya, Gue Haechan dan ini Jeno, sebenernya kita kembar, cuman memang secara kebetulan beda orang tua" tutur Haechan yang diangguki Jeno.

Sebentar, gimana?

Selama beberapa detik akhirnya Jeno tersadar akan ucapan Haechan "Ogah gue kembaran sama lo!" Jeno menarik tangannya untuk mendorong tubuh Haechan agar sedikit menjauh.

"Ruang TU ada di ujung lorong situ Teng" Haechan tak menggubris cercaan Jeno dan memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan ke arah lain.

Taeyong dibuat mengernyitkan dahinya lagi saat mendengar ucapan Haechan"Teng?"

"Ganteng, gue memilih manggil lo si ganteng"

Taeyong hanya dapat terdiam, bisa-bisanya dua bocah bermarga Lee di hadapannya bisa bersikap seenak jidat seperti ini.

"Gue sama Jeno mau ke kelas, sekali lagi ruang TU ada di ujung lorong, semoga betah" Haechan menepuk bahu Taeyong beberapa kali kemudian pergi berjalan yang disusul oleh Jeno dibelakangnya dengan gaya cringe anak itu mengangkat sebelah alisnya sambil melempar senyum yang sok di serem-seremin macam cerita horror Indonesia.

Taeyong masih memperhatikan kedua anak tadi, sampai akhirnya memilih untuk kembali memasuki sekolah lebih dalam, lagipula tempat yang akan ia tuju adalah ruang kepala sekolah.

"Buang-buang waktu gue"

•~~•

"Kamu pasti yang direkomendasikan direktur Lee kan, tunggu! Lee Taeyong? Kamu anaknya?!" Seru pria paruh baya di hadapan Taeyong sembari membolak-balikkan map berisikan surat lamaran Taeyong.

"Ah..iya" Taeyong hanya dapat tertawa kikuk sambil mengusap-usap lengan atasnya.

"Kalau begitu, kamu pasti bisa dipercaya—" pria berkacamata itu menarik nafasnya sejenak "saya ingin kamu jadi wali untuk kelas XII IPS 3F

HAH?! Apa dia tidak salah dengar?

Apa kebudegkan anak tadi ikut nular kepada Taeyong?

Taeyong sedikit terkejut namun tetap berusaha untuk membujuk.

"Ah...soal itu, saya hanya ingin melamar menjadi staf"

"Staf pengajar?"

"Saya lulusan teknik komputer"

"Kalau begitu kamu bisa bahasa Inggris kan?"

Taeyong sedikit ragu.

"B-bisa"

"Bagus, kamu bisa mengajar bahasa Inggris disekolah ini, sekaligus menjadi wali kelas"

"Tapi pa.."

"Saya lihat sertifikat bahasa Inggris kamu sangat bagus, kamu juga pernah berkuliah di Amerika, kenapa tidak?"

"Saya tidak berpengalaman untuk mengajar"

Jangankan mengajarkan orang lain, mengajarkan kucingnya untuk buang hajat di kotak pasir saja Taeyong tidak bisa.

"Itu masalah mudah"

"Saya tadi sudah bilang bahwa saya—"

"Yah....kamu bisa!, Saya percaya sama kamu"

Taeyong tercekat, selama beberapa saat Taeyong hanya menghela nafasnya dalam-dalam, pikirannya bercampur aduk sekarang.

"Nah, ini daftar siswa yang ada di kelas XII IPS 3F" Pria dihadapan Taeyong ini menyodorkan satu buku besar berisikan data siswa kelas XII IPS 3F.

"Disini saya ingin menitipkan beberapa anak secara istimewa"

"Secara istimewa?"

Jangan bilang yang dimaksud istimewa disini adalah nakal gak ketulungan.

"Iya, mereka sedikit....tidak sedikit, mereka harus dibereskan sebisa mungkin"

Taeyong hanya dapat terdiam, jika bukan karena perintah dari sang ayah, Taeyong tidak akan mungkin untuk duduk disini dan melamar—yang seharusnya menjadi staf biasa—menjadi guru di sekolah ini ah, tidak lebih buruknya lagi, dia akan menjadi seorang wali kelas.

"Saya akan menyebutkan nama mereka"

Taeyong kembali memperhatikan dengan seksama.

"Huang Renjun, Na Jaemin, Lee Jeno, dan Lee Haechan"

Tunggu

Bukankah pria tadi baru saja menyebutkan nama Lee Jeno dan Lee Haechan?

Dan dia akan bertemu lagi dengan dua anak yang serupa?

Baik, ini benar-benar bukan awal yang bagus.

•~~•

ToBeContinue

•~~•

• From Home •

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro