[3] : Huang Renjun dan Art Nyai Sooman

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

• From Home •

•~~•

—APA yang akan dilakukan seorang Huang Renjun dikala mengisi kekosongan kelas?, selain mabal ke kantin dan tidur di basecamp tercinta, Renjun juga hobi corat-coret bor kapur sampe penuh.

Seperti saat ini, dengan lihai tangannya menggoreskan setiap garis putih di atas papan tulis hitam yang berada tepat di hadapannya.

"Kenapa itu siluman kadal jadi terpampang lebar di bor suci ini?" Renjun meringis mendapati komentar-yang ada betulnya itu-dari seorang remaja laki-laki bertubuh kurus dengan senyuman menawan yang terukir sempurna di wajahnya.

Panggil saja anak itu Jaemin.

Panggilan terhokinya adalah Buayanya para buaya.

Bukan, bukan karena Jaemin punya banyak cewek, atau cuman satu cewek tapi ada tiap tikungan, tapi mulutnya emang lemes banget kalau soal gombalin cewek.

Hey kamu, coba liat mata aku deh, liat gak? Ada kebahagiaan dan separuh jiwa aku disana.

Renjun beralih untuk menatap ke arah Jaemin yang sedang serius menancapkan pandangannya ke arah papan tulis sembari menggesekkan jari telunjuk dan jari jempolnya di dagu.

"Otak lo udah penuh ampas apa gimana, ini namanya art"

"Masalahnya adalah kenapa harus muka dia Lonjwin?"

"Pengen aja"

Jaemin menganga tak percaya sembari menutup mulutnya dengan telapak tangan "Selera lo sekarang ternyata-"

"-kaga gitu Markonah!"

"Ok...lanjutin aja—" cepat-cepat Jaemin mengalihkan diri untuk menepuk-nepuk bahu Renjun, akan berbahaya jika Renjun udah ngamuk kaya orang utan kelaparan, sembari tersenyum penuh arti Jaemin bertanya "—gue mau ke kantin sama Jeno, ikut?"

Renjun menghembuskan nafasnya kasar "Nyusul nanti sama Haechan"

Jaemin mengangguk, barangkali beranjak Jaemin malah menatap Renjun dengan senyum jahil.

"PERGI LO KAMPRET!" Renjun sudah siap melempar penghapus yang penuh dengan debu kapur ke arah wajah Jaemin.

Namun nihil remaja laki-laki itu lebih cekatan dengan langsung berlari ke luar kelas.

Masalah terselesaikan.

"Gambar lo emang bagus—" Renjun memutar bola matanya jengah, Jaemin memang sudah pergi ke luar kelas, tapi Jeno masih mengamati Renjun sambil memasukan sebelah tangannya ke saku celana, takut uangnya tiba-tiba dicopet "—Tapi orang yang di gambarnya jelek"

Renjun meringis tapi tetap mengiyakan perkataan Jeno.

"Gue nyusulin Jaemin dulu, teman kita itu udah kaya bekantan lepas dari kandang kalau udah di kantin"

"Hooh" selepas Jeno pergi Renjun melanjutkan kembali aktivitas nya, menyoretkan kapur diatas papan tulis hitam itu, lukisan berupa sosok kepala sekolah yang selalu mereka cerca habis-habisan itu kini hampir selesai.

"Perfect"

"WOHE!!! APA NIH!"

"Apa? Lo mau gue timbuk pake penghapus juga?"

"NGEGAS MULU LO KEK KNALPOT RACING!"

"Gen"

"Halah!" Haechan mencerca dengan menyebutkan sedikitnya tiga kata umpatan kasar yang dibalas dengan cibiran sinis dari Renjun.

"Ada yang kurang njun" Haechan berjalan kemudian berdiri tepat disamping Renjun.

"Paan?"

"Gambar lo bagus, tapi kayanya gue tuh gatel banget kalau kaga nistain ni orang, kasih tompel coba disitu"

"Kenapa gak gue gambar giginya tonggos ke depan ya?"

"Ide bagus"

Selama beberapa saat kedua anak itu tampak sibuk untuk menyempurnakan gambaran Renjun.

"WAHAHAHAHAH!!!! INI MANTAP NAMANYA!"

"Makanya kalau mau nistain tuh jangan setengah-setengah"

"Mumpung orangnya gak ada hwhw"

Ide brilian yang terlintas dibenak Renjun dan Haechan harus berhenti seketika, menyisakan gambar setengah jadi dengan tompel besar dan gigi tonggos, setelah orang yang ia gambar kini tengah berdiri di ambang pintu kelas.

Renjun dan Haechan sama-sama menganga lebar.

"ADA NYAI SOOMAN!" Haechan berseru kemudian berlari ke bangkunya, sedangkan Renjun hanya menyengir dan berjalan untuk duduk disamping Haechan.

"Bisa tidak kalian diam untuk sehari saja?!"

"Duh...nggk bisa nyai nanti mati dong entar"

"Soalnya Haechan masih cinta dunia nyai"

"Iya, sama Ayu Ting-ting juga hehe"

"Gak sekalian kalian juga ngestan sama Via Vallen?!"

"Tadinya sih mau nyai, tapi saya udah jadi fans Nagita Slavina garis keras, bapa mau join?"

"LEE HAECHAN!!!"

"A-aigo kamjagiya!"

"NYAI JANGAN TERIAK-TERIAK KASIAN RENJUN! GAGAP KAN KEK AZIS!"

Pria paruh baya itu hanya dapat menghela nafasnya mencoba untuk menahan cobaan hidup yang di berikan dari seorang Lee Haechan, sedangkan Haechan dan Renjun hanya tertawa sambil melakukan Hi-5, merasa bangga atas apa yang telah mereka lakukan.

Dengan kesabaran yang menipis pria itu tetap melakukan pidatonya.
"Disini saya berdiri-"

"Udah tau" kali ini giliran Renjun yang membuat gara-gara.

Namun pria itu tidak menghiraukan godaan dari seorang Huang Renjun, anak laki-laki itu kini menguap malas.

"Udah belum nyai?"

"Huang Renjun!"

"Nyai Sooman!"

"Apa kamu punya rasa hormat?!"

Renjun dan Haechan saling berpandangan, mendengar hal itu Renjun pun berdiri dan menaruh telapak tangannya di dahi sebagai tanda penghormatan.

Pria tadi hanya merutuki Renjun dalam hati, suatu penyesalan bagi dirinya yang harus susah-susah datang kemari.

"TE GAK!!!!! GE RAK!!!!!"

setelah mengucapkan hal tersebut, Renjun kembali duduk.

Pepatah bilang, orang sabar disayang Tuhan.

"Saya akan memperkenalkan guru sekaligus walikelas baru untuk kalian"

Seketika kelas menjadi hening termasuk Haechan dan Renjun yang kini saling berpandangan tak percaya.

"Silahkan masuk"

Seorang laki-laki memasuki kelas dengan langkah yang mantap menghampiri Lee Sooman yang sedang berdiri penuh wibawa didepan kelas.

"Perkenalkan—"

Seketika kelas menjadi riuh terutama Renjun dan Haechan, Renjun yang tadinya bersiap untuk pergi dari kelas malah dibuat menganga tak percaya.

"SI GANTENG!!" Haechan berdiri sembari menunjuk Taeyong dengan telunjuk tangannya.

Taeyong hanya membalasnya dengan tatapan tanpa ekspresi.

Membuat Renjun dan Haechan menjadi lebih dramatis.

"Kembali duduk Lee Haechan" instruksi Lee Sooman sedikit ampuh menjinakkan Haechan untuk sementara, Haechan kembali duduk di kursinya.

"Perkenalkan ini Lee Taeyong, guru bahasa Inggris sekaligus Walikelas baru kalian"

"KAMI MENOLAK!!—" Baru saja Taeyong akan membuka mulutnya, Renjun sudah menyerobot lebih dahulu untuk berbicara "—Kami gak mau punya Walikelas yang pake anting kaya tante-tante arisan!"

Mendengar hal itu Taeyong hanya bisa tersenyum.

Alasan ia memakai anting hari ini adalah agar ia ditolak dalam lamaran kerjanya, apa sekolah ini memang seabsurd itu sampai menerima guru seperti Taeyong?

Bukan, bukan berarti Taeyong jelek, hanya saja penilaian pertama ini mungkin tidak dipedulikan.

"Dia berpendidikan, berikan rasa hormat kalian semua kepada—"

"—BONJOUR!!!" perhatian seluruh penghuni kelas langsung tertuju kepada dua orang remaja yang dengan santainya memasuki kelas sembari membawa sekantong plastik berisikan es teh di genggamannya "Ada apa nih rame-rame?!".

Siapa lagi jika bukan Jaemin dan Jeno.

Alih-alih langsung berjalan masuk dan duduk manis di bangku mereka masing-masing, kedua anak itu malah berdiri di depan kelas tepat di depan pintu masuk.

"Jaem" Jeno yang sadar akan kehadiran dua pria yang katanya terhormat ini, menepuk bahu Jaemin beberapa kali dengan pandangan mata yang tertancap ke arah Lee Sooman dan Taeyong.

Jaemin seketika menoleh "OMAYGAT NYAI SOOMAN!!!".

"Na Jaemin, Lee Jeno—"

"—Kita gak mabal nyai, cuman telat masuk kelas doang, tolong jangan lebay" Jaemin kembali berjalan ke bangkunya yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari Haechan dan Renjun.

Jeno yang awalnya mengikuti langkah Jaemin berhenti dan membalikkan badannya menghadap ke depan kelas.

"LOH...—"

Semua orang tampak terdiam sejenak"—KOK ADA SI GANTENG?!"

"LEE JENO!!!!"

Jeno hanya menyengir untuk menanggapi, dosa apa yang pernah ia lakukan di jaman dahulu sehingga di pertemukan dengan empat anak dakjal seperti ini, pikir Lee Sooman.

"Silahkan Pa Taeyong untuk memperkenalkan diri"

Taeyong tersenyum dan mengambil satu langkah maju " Good Morning everyone"

"Apa tadi katanya? Apel wan? Apa siapanya si Wawan?"

"Everyone Jaem, Everyone" Jeno menyaut

"Perkenalkan saya Lee Taeyong, guru bahasa Inggris sekaligus walikelas baru kalian, mohon kerjasama kalian semua untuk tetap kondusif selama saya menjadi walikelas kalian"

"Kalau kita sih biasanya gotong royong pa" celetuk Renjun yang di angguki oleh Haechan, Jeno, dan Jaemin.

Taeyong hanya tersenyum dan memilih untuk berbicara kepada Lee Sooman "saya akan coba tangani ini".

Lee sooman hanya mengangguk sembari menepuk pundak Taeyong, sebelum akhirnya memelotot sempurna saat melihat ke arah papan tulis.

"SIAPA YANG MENGGAMBAR INI?!"

"Saya pa" Renjun mengangkat tangannya tinggi-tinggi disertai dengan cengiran sempurna dari bibirnya "estetik banget kan nyai?" Renjun menaik turunkan alisnya.

"Ke ruangan saya! Sekarang!" Lee Sooman berjalan keluar kelas dengan nafas memburu.

"Saking realistis nya, Nyai Sooman sampai tersungging" Renjun berdiri untuk menyusul langkah pria tadi.

"Tersinggung Lonjwin!" Jaemin menanggapi

Renjun hanya mengangkat bahunya tidak peduli kemudian berjalan keluar kelas, sedangkan Taeyong hanya dapat memperhatikan tingkah ke-empat bocah istimewa ini.

•~~•

Renjun masih berdiri di depan ruang kepala sekolah, selama 20 menit Renjun hanya menghela nafasnya sesekali berjongkok dan berjalan bolak-balik tidak jelas.

Sampai akhirnya seorang pria berjas rapih keluar dari ruangan tersebut.

"Ikut papah" instruksi pria tersebut yang kemudian jalan mendahului Renjun, Renjun yang awalnya hanya tertunduk kini mengikuti langkah pria tadi.

Keduanya pergi ke luar sekolah, menuruni tanjakan di depan sekolah, sampai akhirnya pria berjas itu berhenti dan menatap Renjun dengan seksama.

PLAK!!

Satu tamparan keras mengenai wajah Renjun, Renjun yang terkejut mendongakkan kepalanya menatap ke arah sang ayah yang tengah menatapnya penuh amarah.

"Mau sampai kapan kamu terus bikin ulah?!"

Plak!

"Mau sampai kapan kamu bikin malu papah?!"

...

"Nggak bisa kamu bersikap baik?! contoh Kaka kamu! Masuk sekolah favorit negeri! dan mendapatkan banyak prestasi!! Apa kamu memang sebodoh itu?!"

Satu tamparan mendarat kembali ke pipi Renjun, Renjun masih terdiam, menahan rasa kebas di pipinya juga rasa perih di hatinya.

"Kamu terlihat memalukan"

...

Plak!!!

"MASIH MAU BIKIN ULAH KAMU HAH?!"

Plak!!!

"Punya mulut gak?! Kalau papa tanya itu jawab!"

" KALAU PAPAH MALU KENAPA MASIH MENGURUSIKU?!!!-" Renjun mengepalkan tangannya kuat, menatap sang Ayah dengan nafas yang memburu "-KENAPA TIDAK BUANG SAJA AKU?!"

Satu tamparan lagi dan Renjun hanya dapat meringis, Ia tidak suka dibanding-bandingkan, apa dia memang seburuk itu?, Apa kualitas seseorang hanya dinilai dari prestasi akademik?

"Jaga ucapan kamu! Jangan jadi anak kurang ajar!!, Mau jadi apa kamu hah?! Kerjaan di sekolah bikin ulah terus!"

Renjun tertunduk menatap nanar ke arah sepatunya.

"Masuk ke kelas dan belajar dengan baik!" setelah membenarkan setelan jasnya sang ayah memilih untuk pergi meninggalkan Renjun yang seketika terduduk di atas tanah, kakinya tertekuk dan kepalanya mendongak ke langit, cuaca cerah ini memang selalu menjadi awal dari kesedihan Renjun, Renjun masih tetap mendongak mencoba mencari celah untuk berhenti menangis.

Aku hanya ingin dihargai

Renjun memang lahir diantara orang tua yang berada, mencintai kesempurnaan, dan juga kualitas tinggi tapi Apa Renjun bisa menyetarakan dirinya diantara orang-orang perfeksionis itu? Apa Renjun memang sebodoh itu? Apa ayahnya tidak pernah menyayanginya? Apa satu-satunya anak yang ia akui itu hanyalah kakaknya?

Renjun tidak pernah menginginkan kehidupan seperti ini, orang tua yang lebih mencintai laptopnya tetapi menuntut Renjun untuk menjadi seseorang yang sempurna, tidakkah itu terdengar konyol?

Renjun masih terdiam, bimbang beradu antara hati dan pikirannya tetapi masih terlalu takut untuk melangkah.

Di ujung sana, tanpa sepengetahuan Renjun, Taeyong berdiri mengamati pembicaraan di antara Renjun dan Ayahnya sejak awal, dan tanpa bicara apapun laki-laki itu pergi memasuki kembali gedung sekolah.

•~~•

Jam menunjukkan pukul 4 sore, dimana anak-anak telah pergi untuk pulang ke rumahnya masing-masing, Terkecuali dengan Renjun dan Jaemin yang masih betah nangkring di kantin sekolah.

"WHAT?!" Jaemin berseru setelah menyeruput kuah Bakso miliknya" Terus lo diapain?!"

"Di tampar gue"

Jaemin nampak terkejut dengan membelalakkan matanya lebar-lebar "Lo baik-baik aja kan?"

"Hmm.."

"Jadi apa rencana lo?"

"Pulang telat"

"Nyari mati lo lonjwin?"

"Gue cuman males Jaem"

Jaemin tidak menjawab, ini bukan kali pertama bagi Renjun di tampar, dan bukan pula kali pertama ia di maki, tapi baru kali ini ia berani bercerita kepada jaemin, diantara Jaemin, Jeno, dan Haechan, Jaemin lah yang paling dekat dengannya, dan Jaemin lah yang selalu menjadi sasaran seperti, Kamu terlalu banyak bergaul dengan anak itu!

Jaemin yang selalu menjadi sasaran atas segala ulah yang di lakukan Renjun.

Jaemin berdeham, tidak tau harus menjawab apa.

"Mana Jeno sama Haechan?"

"Jeno pulang duluan, nyokapnya pulang awal, kalau Haechan gue kaga tau habis kena ruqyah darimana itu anak pulang lebih awal"

Renjun hanya mengangguk untuk menanggapi.

"Temenin gue ya"

"Hah?"

"Temenin gue pulang rada telat"

"Lo yakin? Nanti Lo malah dijadiin tahu siksa"

"Ck...mau pulang awal atau telat juga gue udah pasti jadi tahu siksa"

"Njun"

"Please Jaem, cuman Lo yang bisa gue andelin, Ko Winwin nyatanya cuman baik kalau kaga ada bokap gue"

"Musuh dalam selimut"

"Hooh"

"Gimana kalau saya yang temenin kalian?" Dengan refleks Jaemin dan Renjun menengok ke arah pemilik suara.

Taeyong tersenyum sembari ikut duduk di depan Jaemin dan Renjun.

"Pa Taeyong?"

"Kalian ada alasan kalau saya yang bawa kalian"

Renjun dan Jaemin mengerjap beberapa kali "Jaem, please gue kaga mau dibawa kabur om-om!" Renjun menatap ngeri ke arah Taeyong yang diangguki setuju oleh Jaemin.

"Duh pa, kalau mau ngajak ngeHomo jangan ke saya dong" kini giliran Jaemin yang memasang ekspresi geli yang di balas dengan lemparan sebungkus kerupuk dari Taeyong.

"Heh! Saya kalau mau Homo juga milih-milih!"

"Gini-gini kita tuh kualitas cowok tinggi Payong!"

"Dengan pake kaos kaki gambar hello Kitty?"

Jaemin menatap kakinya.

"GAK GITU PAYONG!"

"Kan, ketauan"

"Ini tuh habis minjem!!"

"Hayo"

"Nggak!!!!"

"Cih"

Renjun dan Jaemin masih menatap Taeyong tak percaya.

"Nggak usah geer, saya cuman berniat membantu image kalian"

"Gak!"

"Yah, padahal saya bisa bantu kalian, kalian bisa pulang dengan aman tentram dan bersahaja"

"Gak mau!"

"Saya biasanya cuman bisa ngasih sekali penawaran"

"Gak!"

"Kalau udah di tolak, saya gak akan ngasih tawaran lagi"

"Pokoknya kita menolak Payong"

•~~•

Kini Taeyong tengah melipat kedua tangannya di atas dada sembari menatap dengan tampang Flat face ke arah Renjun dan Jaemin yang sama-sama sibuk dengan melahap ayam McD nya masing -masing.

"Giliran dikasih ayam mekdi baru jinak"

"Ini namanya timbal balik Pa! Simbiosis mutualisme!" Seru Renjun dengan mulut yang penuh dengan tepung krispi ayam Mcd dan nasi putih

"Heh! mana ada itu mutualisme, saya rugi ngebayarin kalian makan, dasar bocah dakjal!"

"Pa kalau mau bantu, jangan setengah-setengah nanti rezekinya manded kaya kran air sekolah" ucap Jaemin sembari menyeruput soda Pepsi.

"Berarti pada dasarnya yang salah tuh kepala sekolahnya" Renjun berujar sembari menganggukkan kepalanya.

"Makanya manded!", Jaemin dan Renjun tertawa, sedikitnya ada tiga kalimat yang terlontar dari mulut Renjun dan Jaemin yang bertujuan untuk meledek kepala sekolahnya itu.

"Cepet habisin udah itu saya anter kalian pulang"

"Loh...bentar banget Pa!"

"Bentar kata kalian?! Saya nemenin kalian keliling keliling taman-"

"-Keliling buat ngecengin cewe sebenernya pa"

"HEH! Bocah Edan!"

"Jangan berlebihan pa, kita tuh cuman sedikit membantu bapa"

"Hah?"

"Biar bapa gak UwU phobia, kita membantu bapa untuk tidak melihat adegan UwU-UwU di taman tadi"

Taeyong mengangkat salah satu alisnya " Saya curiga justru kalian yang kaya gitu"

"Payong gak tau ya? Jaemin adalah pimpinan cowok ngenes di sekolah"

"Saya sudah menduga"

"Lo menyayat harga diri ini Lonjwin" Jaemin akhirnya kembali berbicara setelah beberapa menit lalu hanya sibuk menggerogoti tulang ayam, Renjun hanya menyengir kemudian kembali menatap Taeyong.

" Pa—"

"Sama-sama"

"Idihhhh....geer banget si Payong!"

"Mulut kamu belum pernah disumpel pake cengek ya!"

"Hehe...belum pernah dan gak mau"

"Yaudah makan aja, nggak usah banyak nununana!"

"Iya Bosque! Asik! Udah kaya baim wong nggak sih gue?"

"Habisin makanan kamu atau saya tinggal tanpa ngebayar pesanan"

Renjun terkekeh "JANGAN DONG PAYONG" namun tak lama kemudian melanjutkan kegiatannya untuk menghabiskan sepaket ayam McD miliknya.

•~~•

ToBeContinue

•~~•

•From Home•

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro