[4] : Na Jaemin dan Kopi Kaleng

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

• From Home •

•~~•

—JAEMIN kembali pulang ke rumahnya, setelah di antar Taeyong sampai depan gang, dengan berbudimannya jaemin memilih untuk langsung pulang setelah mengucapkan "gamsahammida" yang dikomentari Taeyong tentang cara pengucapan yang salah,  jam yang melingkar dipergelangan tangannya telah menunjukan pukul 8 malam, sudah waktunya dia harus ada di rumah.

"Aku pulang" Jaemin membuka kenop pintu lalu melangkah masuk ke dalam rumah, tak ada lampu yang menyala, sesaat Jaemin merasa bersalah karena pulang selarut ini, biasanya Jaemin akan pulang pukul 4 sore kemudian kembali pergi keluar ketika pukul 6 sore.

Jaemin melangkah untuk menyalakan lampu dan menutup tirai, kemudian pergi ke dapur untuk mengecek apakah masih ada sisa nasi yang dapat ia dan ibunya makan, Jaemin kemudian beralih membuat makanan sederhana yang bisa ia makan untuk malam ini.

Selama beberapa saat hanya terdengar suara Jaemin dengan aktivitasnya memasak, remaja laki-laki itu tersenyum senang ketika melihat makanan yang ia masak terlihat sempurna, dengan langkah bahagia Jaemin mengetuk pintu kamar ibunya.

"Bunda...aku masuk ya" Jaemin membuka kenop pintu kamar ibunya kemudian menyalakan saklar lampu, Jaemin menatap nanar ke arah ibunya yang sedang meringkuk diatas kasur, menggulung dirinya yang kurus dengan selimut tebal.

Jaemin hanya menghela nafasnya kemudian kembali tersenyum dan berjongkok disamping ranjang—tepat dihadapan ibunya—Jaemin meraih tangan ibunya sembari menciumnya pelan, selama beberapa saat Jaemin hanya memejamkan mata kemudian mengembalikan tangan ibunya ketempat semula.

"Bunda..." Dengan suara selembut mungkin Jaemin mencoba untuk membangunkan ibunya.

"Bunda..."

...

"Bunda...ini Jaemin"

Wanita itu kini membuka matanya berlahan, yang kemudian terperanjat mendapati Jaemin yang berada tepat di depannya.

"MAU APA KAMU KEMARI?!.

Jaemin tersenyum "Bunda pasti belum makan kan?, Aku habis masak tadi" Jaemin memajukan satu langkahnya untuk mendekati wanita di hadapannya, reaksi tak menyenangkan bagi Jaemin, wanita paruh baya itu justru memilih untuk menghindar dari Jaemin.

"Berhenti memanggilku Bunda! Memangnya siapa kamu berani memanggilku begitu?!"

Jaemin hanya mampu tertunduk, ini bukan kali pertama dia mendengar kalimat itu, tapi kenapa hatinya tetap terasa sakit.

Matanya memanas, namun Jaemin tetap menahan senyumannya "Aku simpen piringnya disini, jangan lupa dihabiskan" Jaemin melangkah pergi keluar kamar tak lupa untuk menutup pintu.

Sesaat Jaemin masih berdiri disana, bertarung dengan hatinya sendiri.

Jaemin menyentuh pintu kamar ibunya dengan nanar, hatinya beradu antara perasaan sedih dan marah, tak lama tubuhnya mulai merosot ke lantai, tangisnya pecah seketika, Jaemin tidak tau harus melakukan apalagi, remaja laki-laki itu hanya bisa menahan suara tangis dengan menggigit tangannya yang terkepal, sampai kapan dia akan terus begini.

Aku hanya ingin diterima.

•~~•

Jaemin melangkahkan kakinya di trotoar jalan, disorot oleh cahaya yang berasal dari lampu jalanan, kakinya mengayun malas menuju salah satu minimarket yang berada disekitaran rumahnya.

Hari ini Jaemin libur dari pekerjaan paruh waktunya di salah satu cafe  yang berada di pusat kota, biasanya ia akan berangkat pukul 6 sore dan pulang ketika jarum jam menunjukkan angka jam 12 malam, orang tua Jaemin resmi bercerai semenjak 3 tahun lalu, ayah Jaemin pergi untuk bekerja diluar kota, sedangkan Jaemin memilih untuk menjaga ibunya disini.

Seharusnya Jaemin memiliki kakak perempuan saat ini, seharusnya dulu Jaemin tidak merengek meminta dibelikan es krim, seharusnya Jaemin tidak marah kepada kakaknya waktu itu, seharusnya Jaemin lah yang terkubur di tanah saat ini.

Mungkin saja kakaknya masih bisa hidup bersamanya disini, mungkin saja bunda tidak akan menjadi depresi seperti ini, mungkin saja ayah tidak akan pergi meninggalkannya dan bunda, mungkin saja bunda masih mau menerimanya, pikir Jaemin masih terus melangkahkan kakinya, air matanya kembali menetes membasahi wajahnya yang masih diselimuti keringat.

"WOY KERA SAKTI!!!"

Lamunan Jaemin seketika buyar, mendapati sohib seperlaknatan yang kini tengah berjalan menghampirinya, buru-buru Jaemin menghapus jejak airmatanya dengan lengan baju.

Jeno berdiri di hadapan Jaemin sembari membawa sekantong kresek berisikan belanjaan yang dibeli Jeno tadi di minimarket.

"Sedang apa kakanda bersedih-sedih di tengah malam yang penuh dengan cahaya temaram ini?"

"Jijik onta!!" Jaemin seketika menarik leher Jeno untuk ia apit di ketiaknya.

"LEPASIN WOY KETEK LO BAU!!"

"BIAR MABOK LO SEKALIAN!!!"

"WOE...UHUK...UHUK...INI GUE MATI NIH!"

Mendengar itu Jaemin melepaskan cengkraman ketiaknya dari leher Jeno.

"BAU KAMPRET!!" Seketika Jeno menarik nafas panjang-panjang kemudian menatap sinis ke arah Jaemin.

"Cih...Beruk Cina nih habis ngamuk" tutur Jaemin yang di balas dengan serudukan kepala dari Jeno, Jaemin yang mencoba bertahan hanya bisa menahan kepala Jeno dengan kedua tangannya.

"Awas ege!" seru Jaemin yang membuat Jeno merapihkan posisi tubuhnya.

"Ngapain lo jam segini masih pake baju buluk?!"

"Ini namanya seragam!"

"Gue kan kaga suka seragam Jaem!"

Jaemin hanya berdecak kemudian menoyor kepala Jeno.

"Adaw!"

"Gue adalah generasi emas yang cinta dengan seragam"

"Generasi emas Nye nye~"

"Wah!!!! Lo ya...ck...bener bener"

"Hehe, ampun prabu"

Jaemin memicingkan matanya "Lo tumben tumbenan keluar jam segini"

"Disuruh nyokap beli Kispray"

"Buat apaan?"

"Dijadiin kuah seblak!—"

"Uhmmm...."

"—Ya buat nyetrika lah Sumanto!"

Jaemin menjawab dengan ber-Oh ria, yang di balas dengan ekspresi datar dari Jeno, bisa-bisanya dia berteman dengan reinkarnasi Sun go Kong seperti Jaemin.

"Lo juga ngapain jam segini masih disini, bukannya nguli?"

"Jangan nguli dong—lembur hehe, biar kece dikit"

"Badan Lo, badan kuli"

"Terus badan Lo, badan apa? Dedy Corbuzier?"

"Hehe"

"Hehe"

"Gue harus pulang, nyokap gue nungguin, sorry gue kaga bisa nemenin lo, jangan terus berlagak kuat di depan gue, gue tau Jaem"

Jaemin terhenyak untuk beberapa saat, ketika mendengar ucapan Jeno tadi, tapi kemudian kembali tersenyum seperti biasanya "gue kaga apa apa, lo pulang aja, gue cuman mau beli kopi"

"Jangan terlalu malem lo pulangnya, mau di drop out lo sama nyai sooman masih pake almamater"

Jaemin mengacungkan jempol nya, yang dibalas dengan tepukan bahu oleh Jeno.

•~~•

Setelah membeli sekaleng kopi Jaemin hanya duduk diam di kursi depan minimarket, menatap nanar ke arah kaleng kopi dingin di hadapannya.

"Andai kamu bukan anak murid saya, udah saya laporin kamu ke pihak sekolah"

Jaemin terperanjat melihat Taeyong yang kini sudah duduk di kursi tepat di hadapan Jaemin.

"Payong?!"

"Gak usah alay"

"Payong kalau ngejamet di daerah sini ya?"

"Sialan!"

"Hehe"

"Ngapain kamu masih disini, mana masih pake seragam, perasaan saya tadi udah nganterin kamu sampe rumah, malah kelayapan!"

"Lagi nungguin kiriman ganja pa"

"HEH!"

"Canda atuh pa!!!"

Taeyong hanya memutar bola matanya jengah kemudian kembali menatap ke arah Jaemin.

"Kamu habis nangis ya?"

Jaemin kembali terperanjat namun tetap mengelakan fakta.

"NGGAK!"

"Kamu habis nangis"

"Nggak!"

"Kamu nangis"

"Habis kecolok kusen jendela!"

"Kamu kenapa?"

"Kepo banget Payong, yang jelas bukan karena mendengar kabar dating idol K-Pop"

"Kamu suka KPop?"

"Nggak"

"Terus?"

"Tapi suka Mba Irene"

Taeyong menjulurkan tangannya yang mengepal untuk menjitak kepala Jaemin.

"Tidak! Otak gue!

"Heh Kerbau jantan! Otak kamu nggak akan pindah tempat cuman gara-gara saya jitak!"

"Hehe"

"Haha-hehe-haha-hehe, nggak usah nyengir, muka kamu ngeri"

"Ada yang lebih ngeri Payong"

Jaemin merogoh saku celananya kemudian mengarahkan kamera depan ke arah Taeyong.

"Monyet liar yang lepas dari kebun binatang"
































"SINI KAMU NA JAEMIN!!!!!!!"

"AMPUN PA AMPUN!!!!!"

Setelah 15 menit melakukan aksi kejar-kejaran, Taeyong dan Jaemin kini sama-sama duduk sembari meminum sebotol minuman perasa jeruk di depan minimarket tempat berawalnya aksi kejar-kejaran tersebut.

"Payong larinya cepet juga, nggak ada niatan mau jadi anggota Power Ranger?"

"Kamu kalau ngomong lemes banget, saya jadi ada niatan jual kamu ke tante-tante"

Jaemin yang terkejut menyemburkan minuman yang ada di mulutnya ke trotoar.

"Ewh...."

"Payong jahat banget!"

Taeyong hanya berdesis sembari menutup botol minuman miliknya.

"Nggak baik kamu masih diluar jam segini"

"Niatin baik aja lah pa"

"Niat baik apa yang kamu lakuin sekarang?"

"Uhm...—"

"—biar berhenti nangis?"

Jaemin terhenyak dan memilih untuk bungkam.

"Kamu bisa lari kalau kamu mau"

"Hah?"

"Heh hoh!"

"Sialan"

"Ngomong apa tadi?"

"Payong ganteng hehe"

"Terserah"

"Tapi pa, melarikan diri dari masalah itu jelek"

"Iya, kaya yang kamu lakuin sekarang"

"Saya..saya nggak lari!"

"Saya bilang kalau kamu mau lari kamu bisa lari"

"Saya...nggak paham"

"Semakin kamu berlari, akan semakin sulit masalah yang kamu hadapi, kamu boleh berlari, tapi semoga hal itu dapat mendewasakan kamu untuk berbalik dan menyelesaikan semuanya, ketika kamu sudah sanggup dan berfikir dewasa—"

Jaemin baru saja akan membuka mulutnya namu Taeyong sudah memotongnya lebih dahulu "—tapi sebisa mungkin, lakukan lah apa yang sudah seharusnya kamu lakukan tanpa berlari"

"Ini...rumit"

"Semesta memang rumit Jaemin—baik untuk kamu, untuk saya, dan bahkan buat amang-amang Gehu di seberang sana"

"Kok jadi mang gehu sih Payong! Gagal sedih nih!"

"Lagian kamu galau banget"

Jaemin tidak menjawab, dan memilih untuk menatap redupan lampu-lampu perkotaan.

"Kamu nggak pernah sendiri Jaemin, kamu nggak akan pernah sendirian"

Jaemin terdiam, mencoba untuk menerka apa yang akan ia lakukan setelahnya.

Biasanya setelah meneguk sekaleng kopi Jaemin akan bersusah payah untuk menahan dirinya agar selalu berdiri dengan tegak.

Tapi untuk malam ini, ditemani hiruk-pikuk langit malam, Jaemin merasa hidupnya sedikit ditarik.

Bukan, ini....sebuah uluran tangan.

"Nih pake jaket saya"

Jaemin memelotot terkejut menatap ke arah Taeyong yang tengah mengulurkan jaket berwarna biru ke arah Jaemin.

"Gak usah geer, saya nggak mau besok ada laporan kamu masih pake seragam jam segini"

Jaemin yang pada awalnya hanya terdiam akhirnya mengangguk kemudian menerima jaket yang diberikan Taeyong.

"Pulang, ibu kamu udah kembali tidur, kamu bisa pulang dengan tenang" ucap Taeyong sembari berjalan pulang, meninggalkan Jaemin yang tengah memasang ekspresi bingung dan terkejut, dari mana Taeyong tau tentang itu?

•~~•

ToBeContinue

•~~•

• From Home •

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro