[25] : Dari Pa Taeyong Untuk Kami dan Kami Untuk Pa Taeyong [END]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

• From Home •

•~~•

https://www.youtube.com/watch?v=ida0o67FgFA


Dari Pa Taeyong untuk kami, dan kami untuk Pa Taeyong

—00L Dream—

•~~•

—"Aduh pa asli ini mah kita nggak bisa" Haechan udah uring-uringan sambil sesekali berkacak pinggang menatap pria jangkung yang kini sedang merapihkan rambutnya.

" 'Pa' ?!"

"Terus apaan?" Jaemin mengerjap beberapa kali sembali memerhatikan pria di hadapannya ini, pengen Jaemin jambak aja sebenernya tuh rambut.

"Akang"

"Ewh"

"Gini Pa Jepri—"

"—Heh! Jaehyun"

"Nama Bapa tuh susah!" Renjun ikut bersuara tak setuju dengan ucapan Jaehyun tadi.

"Gak ngaca! itu Renjun gimana bacanya hah?! Ren-Jun? Ron-Jon? Lon-Jon? Lon-Jwin? Ngaca bocah!"

"Kok bapa ngegas?!"

"Kamu juga kenapa ngegas?!"

"Intinya kita tetep gak bisa"

"Taeyong yang nyuruh saya buat kalian tetep ikut les sampai menjelang kelulusan"

"Pa Taeyong juga suka bilang kalau kita susah buat nurut!"

"Ni anak satu minta gue slepet dah dari tadi!" Jaehyun mencibir ke arah Haechan yang dibalas dengan cengiran lebar.

"Please atuh pa, hari ini aja izin dulu"

"Penting banget emang kalian harus pergi kesana?"

"Yoi"

"Kemana sih?"

"Rahasia lah pa"

"Idih? Saya tercengang kalian punya banyak rahasia kek gitu"

"Kita sebenernya agen CIA Pa Jep"

"Sini saya kasih tau—tapi saya minta nomornya Ka Yeeun" Jeno menaik turunkan alisnya, mencoba untuk membujuk Jaehyun, namun yang didapatkannya adalah sebuah pelototan galak yang kini mencoba menusuk sanubari Jeno.

Tapi Jeno nampak tak peduli dan masih memamerkan eye smile yang terlihat begitu menyebalkan untuk Jaehyun

"Heh bocah! Kaga ada! Lo nantangin gue?"

"Mundur Jep, Jeno lebih bertahta"

"Kebalik bahlul!" Kali ini Jaehyun beneran nabok Haechan.

Pantesan dulu si Taeyong uring-uringan, Jaehyun membatin.

"Kalian ikut les sama saya, atau—"

"—beliin McD?"

"Kaga"

"Pa Jep, sehari aja, atau tuker lah jadi hari Sabtu, asli kita bakalan datang buat les hari Sabtu" Jaemin mencoba untuk bernegosiasi dengan Jaehyun, berharap agar laki-laki iu memberikan mereka izin hari ini.

Jaehyun nampak berfikir, matanya memperhatikan keempat anak di depannya ini secara bergantian "Kalau alasan kalian bagus, saya bakalan izinin"

"Kita mau ketemu Pa Taeyong dulu pa"

Jawaban dari Jaemin itu membuat Jaehyun justru mengernyitkan dahinya "Kalian mau pergi ke danau?"

"Pa Jaehyun tau?"

Jaehyun nampak terkekeh, seistimewa apa empat anak ini sehingga Taeyong memilih untuk membawa mereka kesana?

Jaehyun masih diam, memikirkan banyak hal sebelum akhirnya menghela nafasnya panjang "Ok, Sabtu, deal?"

Senyum Jaemin, Renjun, Jeno dan Haechan seketika merekah, memperlihatkan wajah bahagia sebelum akhirnya dengan tergesa membawa tas mereka masing-masing.

"Deal Pa Jepri!"

"JAEHYUN!"

•~~•

Renjun, Jaemin, Jeno dan Haechan kembali pergi ke tempat yang pernah mereka datangi bersama Taeyong tempo hari, tempat yang membuat mereka merasa bebas dikeliling oleh rintikan hujan, tempat yang membuat mereka merangkul dan saling berbagi luka untuk meredam rasa sakit antara satu sama lain.

Tempat yang cukup berarti di kelabunya langit yang siap untuk kembali menurunkan hujan.

Keempat anak itu kembali berjalan mendekati danau, mendudukkan diri mereka di atas rerumputan dan menatap pantulan diri di atas danau.

Gemericik air hujan mulai menerpa kepala mereka, memberikan rasa yang sama saat terakhir kali mereka datang kemari, dengan sakit yang sama, dengan rasa sesak yang serupa, namun dengan alasan yang berbeda.

Jaemin membalikkan tubuhnya, menatap ke arah pohon tinggi tempat Taeyong berdiri dengan tegap saat itu, terpejam dengan sangat lembut, menikmati sebuah kedamaian dengan tubuh yang basah kuyup.

Tak akan ada lagi, laki-laki itu tak akan pernah berdiri lagi di sana, menyisakan sebuah memori yang begitu indah untuk diulang dan begitu menyakitkan untuk dikenang.

Untuk kali ini, Jaemin memilih untuk memejamkan matanya, hatinya berteriak, namun mulutnya hanya mampu untuk terbungkam.

Renjun yang duduk disamping Jaemin kembali terhanyut kedalam rasa sakitnya, matanya menatap kosong ke arah langit, anak itu hanya mampu memperhatikan tetesan air hujan yang kian deras menerpanya, dadanya terasa lebih sesak sekarang, sungguh, Renjun kembali diserang rasa rindu.

Renjun merindukan Taeyong sekarang.

Tak ada lagi yang bisa ia dekap, tak ada lagi yang bisa menatapnya dengan penuh rasa percaya, tak ada lagi seseorang yang dapat membuatnya merasa diterima.

Haechan memilih untuk sedikit menjauhi danau, anak laki-laki berdiri disamping Jeno yang Haechan sadari tengah menangis dengan pilu.

Tak ada seorang pun yang bisa menerima hantaman kenyataan ini, Laki-laki itu terlalu istimewa.

Taeyong terlalu istimewa untuk tetap mengisi hari-hari mereka yang begitu suram, kenangannya terlalu berharga untuk dilupakan, Haechan berani bersumpah 70 persen kehidupannya kian membaik ketika Taeyong ada bersamanya.

Haechan menekuk lututnya, menenggelamkan wajahnya, kemudian ikut menangis diiringi dengan tetesan air hujan yang kian menderas, membuat Jeno memilih untuk merangkulnya.

Jeno sudah berjanji untuk tidak menangis, dia sudah berjanji untuk bisa menjadi pondasi diantara teman-temannya, tapi untuk kali ini, biarkan rasa rapuhnya berlomba untuk keluar.

Biarkan ia menangis hebat sore ini.

Ada sedikit penyesalan ketika ia merutuki takdir, rasa tidak percaya sesekali masih menyerangnya, tapi dunia akan selalu berjalan, dunia akan selalu memaksanya untuk melangkah.

Mulai hari ini dan mulai detik ini mereka harus mampu untuk berjalan sendirian.

•~~•

Jaemin mengeluarkan secarik kertas dan menuliskan sesuatu disana, di temani dengan tiga anak lainnya yang nampak termenung menatap langit yang mulai berhenti meneteskan air dari sana.

Seragam putih abu-abu yang mereka kenakan kini terlihat basah kuyup, pikiran mereka kembali menerawang, mengingat dengan jelas memori apa saja yang telah mereka lalui dengan Taeyong sampai saat ini.

"Gue kangen Pa Taeyong" Haechan berbicara lebih dahulu membuat anak-anak lain kini menatap ke arahnya "Sumpah, gue gak lagi bercanda, gue kangen Pa Taeyong"

"Pa Taeyong nggak akan pernah ninggalin kita, I mean, cuman raganya aja yang beneran pergi Chan—beliau bakalan tetap ada bersama kita" Jaemin menanggapi dengan mata yang fokus dengan apa yang sedang ia tulis sekarang.

"Gue nggak habis pikir kenapa bisa ada orang sebaik Pa Taeyong—ya gue tau gue kurang ajar, tapi baru kali ini gue menemukan seseorang yang punya rasa peduli yang bahkan jauh melebihi rasa peduli bokap atau nyokap gue"

"Gue cuman bisa bersyukur untuk saat ini, kehadiran Pa Taeyong memberi gue banyak penjelasan tentang kehidupan"

"Ternyata jadi orang dewasa ribet ya"

"Makin banyak umur gue, makin ngerti gue tentang kehidupan, dan makin berat juga tantangan yang harus gue hadapi"

"Lo semua sadar kaga sih?, Pa Taeyong ninggalin kita tanpa melepas tangan"

"Gimana, gimana?"

"Lo semua dikenalin sama orang-orang yang justru sekarang memperhatikan Lo dengan baik kaga?, walaupun nggak sama persis kaya Pa Taeyong, tapi seenggaknya mereka sering banget nanya-nanya tentang kabar dan apa yang lagi Lo rasain"

"Ada, Pa Qian Kun"

"Saha tah?"

"Pengacara yang tiba-tiba dikenalin Pa Taeyong waktu itu, dia sering nanyain gue juga"

"Lee Young Heum, tapi gayanye minta dipanggil Abang Ten" celetuk Haechan yang mengundang tawa dari ketiga anak lainnya.

"Pa Taeyong kaga ada ngenalin gue ke orang lain tuh" Renjun nampak celingukan menatap bergantian ke arah teman-temannya.

"Lah? Anak pungut kali Lo"

"Sialan" Pengen banget Renjun tabok mulutnya Haechan "—Tapi Bokap gue mulai berubah, dia sering nanyain gue—ya pokoknya berubah lah, itu Pa Taeyong beneran lulusan Hogwarts sumpah, sampe bokap gue takluk"

"Si Renjun emang jahanam" Haechan jadi ngakak sendiri yang di balas dengan adu jotos dari Renjun.

"Lo lagi ngapain sih?" Jeno menepuk bahu Jaemin dengan tatapan kebingungan.

Jaemin tersenyum "Kaga lagi ngapa-ngapain" Jaemin memilih untuk melipat kertas tersebut kemudian menaruhkanya di dalam saku celananya "Ok—Mulai hari ini, mari hidup dengan baik"

Ucapan Jaemin tadi kemudian di angguki oleh Haechan "Untuk masa depan yang lebih baik"

"Untuk kita yang berdamai dengan kehidupan"

"Untuk orang-orang baik di sekeliling kita"

"Dan Untuk Pa Taeyong"

Anak-anak itu tersenyum senang, menatap ke arah langit yang mulai disoroti cahaya matahari sore, membiaskan cahaya yang membentuk tujuh warna cantik di atas langit, membuat mata keempat anak itu berbinar, hati mereka kembali menghangat, merasakan sebuah rangkulan yang kini mendekap mereka.

Rasanya seperti Taeyong hadir bersama mereka.

"Mungkin ini yang mau Pa Taeyong tunjukin waktu itu"

"Hahahaha...kita gak sadar karena waktu itu sibuk melukin Payong"

"Ya seenggaknya kita beneran meluk pelangi"

"Hmmm...boleh juga pemikiran Lo" keempat anak itu tertawa bahagia, wajahnya mereka di terpa oleh angin sejuk sore dengan hangatnya matahari, anak-anak itu menyadari sesuatu, memahami arti-arti kehidupan, dan bersiap untuk tantangan di esok hari, mereka saling merangkul satu sama lain sebelum akhirnya berteriak dengan sangat lantang.

"SAMPAI KETEMU LAGI PA TAEYONG!"

•~~•

Untuk Pa Taeyong

Ini Jaemin, Pa Taeyong apa kabar? Semoga selalu baik pa, kalau ibarat mimpi, kayanya saya gak akan pernah mau bangun deh pa.

Ada banyak pertanyaan yang pengen saya tanyain sebenernya, tapi untuk hari ini, saya cuman punya satu pertanyaan

Pa Taeyong kenapa harus pergi tanpa pamit sih?

Saya jadi ngerasa punya dosa besar sama Bapa, tapi emang kayanya saya banyak dosa hwhw.

Pa—saya gak tau apakah tulisan saya bakalan sampai ke Bapa atau nggak, tapi saya harap tuhan menyampaikan pesan saya kepada bapa, ya saya harus maksa dikit, soalnya saya gak sholeh-sholeh amat.

Terimakasih untuk semuanya pa, terimakasih sudah memberikan kehidupan baru yang lebih berwarna untuk kami, terimakasih sudah bisa memahami kami yang bahkan udah di cap jelek sama orang lain, terimakasih sudah memberikan uluran tangan bapa, terimakasih udah memberikan kami harapan dan memberikan arah yang tepat untuk kami lalui.

Maaf pa, saya belum bisa berbuat apapun, maafin saya, maaf atas semua yang saya lakuin, maaf saya sempet gak terima atas kepergian Bapa, maaf saya sempet kehilangan rasa syukur atas hidup saya.

Istirahat yang tenang disana, saya, Jeno, Haechan sama Renjun bakalan hidup dengan baik.

Saya bakalan memastikan itu dengan baik, saya janji.

Jadi Pa Taeyong gak usah khawatir lagi.

Pa Taeyong jangan kemana-mana dulu ya, tolong perhatikan kami dari sana, sampai kami bisa sombong sama Bapa kalau kami sudah menjalankan hidup dengan sangat baik bersama masa depan yang cerah.

Sampai ketemu lagi di suatu hari nanti.

Selamat beristirahat dengan damai Pa Taeyong.

•~~•

• From Home •

•~~•

-END-

https://www.youtube.com/watch?v=J6uF7ONpArk



















P.s Author :

Halo semua Author disini~

Hehe, akhirnya Work ini selesai juga, Makasih banget udah dukung cerita ini sampai selesai, sayang banget sama kalian ❤

Aku harap ada yang bisa kalian ambil dari cerita ini, ya walaupun tujuan awalnya cuman buat hiburan, tapi aku berharap banget ada yang bisa kalian ambil dari sini.

Oh iya, konflik dari mereka masing-masing nggak aku selesaikan dengan jelas ya tapi malah Taeyong duluan yang di ambil, maafin ya hwhw

Kenapa? Aku mau coba ambil dari sisi kehidupan yang sebenernya, ketika orang yang kita sayang justru di renggut ninggalin semua hal yang bahkan belum selesai, dan itu banyak yang kaya gitu

Kelanjutannya gimana? Ya terserah imajinasi kalian :>

Oh iya, intinya, kalian jangan pernah ngerasa kalau kalian itu orang yang paling jatuh, it's ok, semuanya bakalan baik-baik aja kok

Yakin deh, cukup dunia aja jahat sama kalian, jangan kalian juga justru jahat sama diri sendiri, kasian kan :')

Akhir kata, Author izin undur diri hwhwhwhwhwhw

Sekali lagi makasihhhhhh banget buat dukungannya, maaf juga kalau ada hal yang menyinggung di cerita ini, satu lagi, disini ada banyak kata-kata cursing tolong jangan ditiru! Ok?

Stay Healthy semuanya~❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro