🍑20🍑 In Freya's Classroom

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Makan makanan dari pacar dan disuapin itu rasanya kayak ada manis-manisnya gitu

Happy reading 🍑

"Frey, makan lagi dong. Kok gak mau makan banyak sih? Ini udah menjelang siang loh," kata Glan sambil melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah sebelas.

Glan tahu hal ini akan terjadi. Sejak Horan mengatakan Freya gendut tempo hari, Freya tidak mau makan banyak lagi. Freya ingin melaksanakan diet yang selalu ditundanya. Freya tidak ingin ada lagi yang mengatakan kalau ia gendut.

"Ini aku yang masak loh. Kamu yakin gak mau ngabisin?" kata Glan sambil menyodorkan sesendok nasi.

Kemarin Freya tidak makan seharian di sekolah. Sudah sarapan di rumah katanya. Glan jengkel sekali karena Freya tidak mau makan di kantin bersamanya. Terlebih lagi Glan khawatir dengan Freya yang pastinya tidak memiliki banyak energi karena hanya makan saat pagi, apalagi Freya sedang dalam masa kedatangan tamu.

Jadinya hari ini Glan rela bangun pagi-pagi dan memasak untuk Freya. Siapa tahu Freya mau makan saat istirahat pertama. Terbukti hasilnya, Freya mau makan, hanya saja tidak banyak. Bekal makan yang dibawakan oleh Glan masih tinggal setengah dan Freya tidak mau menghabiskannya.

Freya melirik Glan curiga. Glan bisa masak? Freya sedikit meragukan itu. Glan itu orang sibuk. Sibuk belajar, sibuk OSIS, sibuk lomba. Memang Glan punya waktu belajar memasak?

"Kamu bisa masak?" tanya Freya.

"Iya. Kenapa? Heran kalau aku bisa masak?" tanya Glan sambil tersenyum percaya diri.

"Iya. Kamu kan orang sibuk."

"Eh ini mau makan lagi gak?" tanya Glan. Tangannya sudah pegal memegang sendok berisi nasi yang tak kunjung dimakan oleh Freya.

"Karena kamu yang masak, aku makan." Freya memakan sesendok nasi yang disodorkan oleh Glan.

"Aku kira pembantu kamu yang masakin," ucap Freya sambil mengunyah makanannya hingga ucapannya tidak terlalu jelas.

"Telen dulu baru ngomong."

"Kak Glan..." panggil seseorang yang berdiri di depan kelas Freya. Itu Gravi. Ia datang sambil membawa sebuah kotak nasi yang sama persis dengan yang Glan bawakan untuk Freya. "... aku nyari Kak Glan. Katanya Kak Glan di sini. Aku maunya ngajak makan bareng, ternyata Kak Glan udah sama Kak Freya."

Freya menatap Glan dan Gravi bergantian, juga melihat kedua kotak nasi itu dengan bingung.

"Kamu belum makan? Istirahat tinggal sepuluh menit lagi loh."

"Aku makan di kelas aja."

"Eh makan di sini aja," kata Glan. Gravi yang tadi hendak pergi pun tidak jadi pergi. Gravi menatap Freya yang juga menatapnya dengan tatapan sulit diartikan.

"Boleh, Kak?" tanya Gravi pada Freya. Freya tersentak. Ia tidak tahu mau menjawab apa. Jika menolak, takutnya Glan tidak suka Freya memperlakukan Gravi seperti itu. Jika menerima, Freya tidak suka dengan Gravi yang selalu menempel pada Glan.

"Bo-boleh."

Gravi pun tersenyum dan melangkah memasuki ruang kelas Freya. Gravi duduk di sebelah Glan dan itu membuat Freya semakin jengkel.

"Itu Glan yang buat?" tanya Freya pada Gravi yang baru saja membuka kotak nasi. Gravi tersenyum dan mengangguk. Ternyata Glan tidak hanya membuat bekal untuk Freya saja. Freya merasa sedikit kecewa mengetahui fakta itu.

"Nih lagi makan. Harus habis," kata Glan sambil menyuapi Freya lagi. Freya tersenyum senang melihat Glan yang perhatian padanya. Glan membuatkannya bekal, walaupun tidak hanya untuk Freya. Glan menyuapinya, bahkan membujuknya untuk makan banyak.

"Oh iya, kamu kok gak makan?" tanya Freya saat menyadari Glan tidak makan.

"Aku udah makan kok sebelum ke sini. Dah habis. Gimana? Enak kan? Iya dong, aku kan emang jago dalam hal apapun," kata Glan sombong.

Setelah Freya memakan semua makannya, Glan menutup kotak makannya dan memasukkannya ke dalam paper bag.

"Tahu yang banyak bakat, aku mah apa atuh," ucap Freya pura-pura sedih.

"Eh kok malah sedih sih? Kamu punya bakat kok."

"Apa?" tanya Freya antusias. Setahu Freya, dirinya itu tidak mempunyai bakat. Semua yang ia bisa itu pas-pasan, tidak ada yang spesial.

"Memikat hati aku," kata Glan dengan suara yang diimut-imutkan. Gravi terbatuk-batuk mendengar Glan menggombali Freya.

"Eh minum, Vi," kata Glan sambil menyodorkan botol minum yang dibawa oleh Gravi. Gravi pun meminum airnya hingga tenggorokannya terasa lega.

"Itu bukan bakat, Glan. Aku bener-bener gak punya bakat deh. Aku aja gak tahu nanti kuliah dimana dan jurusan apa." Freya tidak termakan dengan gombalan receh Glan itu.

"Kelulusan udah beberapa bulan lagi loh, Frey. Kamu pikirin sekarang gih."

"Kak Glan mau jadi apa?" tanya Gravi sambil menutup kotak makannya.

"Mau jadi—"

"Pengacara ya? Atau jaksa? Papa aku jaksa loh," potong Freya.

"Papa kamu jaksa? Kok aku baru tahu sih?"

"Kamu gak tahu papa aku, Glan?"

"Ya enggaklah. Kamu aja nyuruh aku jemput di perempatan padahal aku kan pengen ketemu calon mertua," kata Glan santai.

Gravi menatap Glan dan Freya bergantian. Sepertinya ia tidak nyambung di sini. Gravi merasa tidak seharusnya ia ke sini tadi.

"Kak, aku pergi dulu ya," pamit Gravi. Freya dan Glan mengangguk serempak. Gravi pun pergi dari kelas Freya dengan rasa sedih bercampur irinya.

"Papa aku terkenal loh, Glan. Kamu masa gak tahu? Admon Brama Pranaja."

"Tahu. Baru tahu aku kamu anaknya Jaksa Admon. Kok gak mirip ya?"

"Ih nama belakang aku Pranaja loh. Kamu gak tahu juga?" kata Freya kesal. Ternyata Glan benar-benar tidak tahu dirinya. Ia saja tahu kalau ayah Glan adalah Haidar yang menjabat sebagai kepala sekolah SMA Nakula.

"Tahu. Cuma gak kepikiran aja."

"Woy! Pacaran aja kalian, udah bel masuk nih!" sentak Cavan yang tiba-tiba datang dan menggebrak meja. Ralya yang merupakan pacar Cavan pun memukul kepala Cavan karena ia terkejut pacarnya tiba-tiba menggebrak meja.

"Sakit, Ya," lirih Cavan sambil mengusap kepalanya.

"Lo juga pacaran aja kali, Van. Ngapain sih lo iri sama gue?" sewot Freya kesal. Cavan itu mulutnya seperti ember kalau ngomong, ceplas-ceplos sembarangan dan juga suka sekali mengomentari orang.

"Siapa yang iri sama lo?" elaknya. Cavan langsung merangkul Ralya dan mengajak pacarnya itu ke tempat duduk. Cavan menyempatkan diri untuk memeletkan lidahnya ke arah Freya bermaksud mengejek Freya.

"Ih ngeselin!"

"Hati-hati sama pacar gue. Dia lagi kedatangan tamu. Temen gue aja kemarin digebukin. Jadi, hati-hati ya," ucap Glan pada Cavan dengan cepat dan langsung berlari keluar sebelum Freya marah dan mengamuk padanya.

"Glan! Awas kamu!" teriak Freya melengking.

1/3/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro