Bab 9 - Pegangan Satu-satunya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dengan adanya Sano dan Malaikat Yizreel di sini, energi di rumahku berubah sangat drastis. Para asisten rumah tangga tersenyum bahagia, bersenandung, melakukan tugas mereka dengan riang gembira. Sementara semua tanaman Adenium di kebun tiba-tiba memekarkan bunga merah muda secara serempak.

Kak Feng garuk-garuk kepala saat bangun. Dia mengambil sekotak jus jeruk, lalu bergabung denganku di atas meja.

"Ada apa ini?" bisik Feng sambil menunjuk Sanosuke, "Kalau si kapten di sini, siapa yang menjaga Lady Tukang Kabur itu?"

"Oh, Raiden-oujo sangat aman, Tuan Feng," balas Sanosuke dengan ekspresi geli. Aku langsung bertanya-tanya apa maksud ekspresinya itu.

"Lady Syushin dikurung di menara 9 tingkat, dengan beberapa ratus pendeta yang mengucap mantra pertahanan," Malaikat Yizreel menjelaskan. Sanosuke menutup tawanya dengan tangan, sepertinya puas sekali.

Aku dan Kak Feng langsung tersedak lalu geleng-geleng bersamaan, membayangkan bagaimana pemberontakan Freya saat Raiden Shiryu membawanya ke menara itu.

Kak Feng mengambil selembar roti tawar, mengoleskan selai nanas di atasnya. Aku memberi tanda pada Mbak Kedasih untuk menyingkir. Memberiku waktu bicara dengan Kak Feng.

"Semalam, Sano dan Malaikat Yizreel bertempur dengan ular besar yang nyaris melilitku," jelasku, "Raiden Shiryu sendiri menutup Syushin untuk sementara waktu. Aku jadi bertanya-tanya, apa yang sedang terjadi, ya?"

Mata Feng membelalak kaget, "Ular besar? Bagaimana mungkin?"

Aku menjelaskan apa yang terjadi pada Feng. Termasuk buku membara mengerikan itu.

"Sepertinya itu kitab dari neraka," kataku, "Hawanya sangat jahat."

"Lalu apa isinya?"

"Entahlah."

Hening sejenak. Masing-masing dari kami pasti berpikir keras. Sedikit rasa takut menyelinap ke dalam hatiku. Mengingat ayah dulu sangat membenci topik ini. Dia bahkan sering bertengkar dengan ibu karena masalah surga. Aku baru tahu belakangan, ayah sebenarnya takut. Sangat takut keberadaan kami diketahui.

Sejak zaman Nuh, keberadaan kaum peranakan menjadi noda bagi surga. Kitab-kitab kuno mencatat mereka sebagai kesatria di zaman purba, kaum raksasa, dan semacamnya. Pada kenyataannya, manusia-manusia peranakan ini memiliki kekuatan yang cukup menakutkan untuk menghancurkan sebuah peradaban.

Nephilim.

Sakit hatiku mengingat kata ini.

"Kitab yang dilihat Kristina adalah kitab sejarah bergabungnya para nephilim dengan legiun iblis," Malaikat Yizreel yang berbicara, "Mereka akhirnya menjadi the fallen ones. Kaum yang membuat hati Sang Pencipta masygul telah menciptakan manusia."

Aku langsung merasakan sesuatu berputar di perut. Selera makanku hilang seketika.

Malaikat Yizreel memulai ceritanya, "Dua roh dari dunia yang berbeda tidak dapat disatukan. Karena itu, malaikat-malaikat yang menyimpan hawa nafsu untuk bersatu dengan manusia dianggap sebagai pemberontak...."

"Malaikat Yizreel...." Aku berdiri lalu memohon pada Malaikat Yizreel lewat pandangan.

"Itu kenyataan, Kristina. Dosa adalah dosa. Kejahatan adalah kejahatan. Kita harus mengakuinya."

Aku mengembuskan napas panjang. Sejenak, kami semua terdiam. Lalu Kak Feng berdeham beberapa kali, "Oke, jadi tadi kita sedang membicarakan ular besar—yang kita tahu adalah si iblis, lalu ada kitab aneh tentang nephilim... lalu apa hubungannya semua itu dengan Kristina? Mengapa ular dan kitab itu mendadak muncul di depan Kristina?"

Aku terkejut mendengar suara tawaku sendiri, "Mengapa itu terjadi... itu mungkin terjadi karena aku seorang nephilim."

***

"Kristina, Ibu memang sudah salah. Tidak ada yang bisa ibu lakukan terhadap itu," Ibu mengusap mata birunya. Wajah yang biasanya pucat itu kini makin pucat. Dia memelukku seraya mengusap rambutku dengan lembut.

"Hiduplah seperti manusia biasa, ok? Jangan pernah mengikuti jejak keluarga ayahmu."

Feng bergeming beberapa menit. Dia bahkan sempat memintaku mengulang apa yang kukatakan tadi. Aku seorang nephilim. Iya, itu benar. Kenyataan yang bisa membuat nyawaku melayang begitu saja. Tercabut oleh peraturan semesta.

Ayahku adalah seorang dokter. Dia memiliki hidup yang sempurna. Bahkan dengan kemampuannya sebagai wizard. Dia bertemu ibu dalam kondisi yang tidak terlalu baik. Ibuku—Malaikat Joanniel, sedang bertempur melawan iblis yang ingin membunuh ayah. Ayahku melihat malaikat pelindungnya, tepat sedetik sebelum dia koma.

Karena belum waktunya ayah meninggal, ibu meminta izin menyembuhkan ayah. Namun setelah itu, ayah masih bisa melihat ibu. Perlahan-lahan... setelah bertahun-tahun berlalu, mereka pun jatuh cinta.

Perlu keberanian besar bagi ayah dan ibu untuk memutuskan menikah. Ibu tahu benar konsekuensi menikah dengan manusia. Dia akan dikatakan tergoda oleh pesona dunia. Dia akan diburu... namun akhirnya, cinta mengalahkan segalanya. Ayah dan ibu menikah, lalu ibu segera melahirkan Bene. Mereka hidup berpindah-pindah. Dari satu negara ke negara lain.

Namun ketika Bene berusia empat tahun, Archangel Michael menemukan mereka. Melihat ayah dan ibu yang kukuh dengan cinta mereka, Archangel Michael sedikit luluh. Apalagi ibuku dengan tegas mengambil semua kekuatan malaikat dari Bene, lalu mencabut sayapnya sendiri.

Bagi ibu, kehilangan sayap sama seperti membuang surga dan keabadian. Dia memilih memertahankan keluarga manusianya. Meski sebenarnya, ibuku merupakan malaikat yang berkekuatan besar.

Ibu bersumpah, dia dan semua keluarganya tidak akan pernah mencampuri urusan surga dan dunia. Dia juga bersumpah tidak akan berpaling pada iblis dan neraka.

Seharusnya, masalah kami selesai saat itu. Namun ternyata, aku lahir setahun kemudian. Ayah dan ibu mati-matian menyembunyikan kelahiranku. Mereka berhasil menyembunyikanku selama empat belas tahun. Mereka baru mengizinkanku mempelajari sihir setelah aku berumur sepuluh tahun. Itupun dengan larangan bahwa aku hanya boleh menggunakan sihir untuk membela diri dari para warlock dan iblis. Hal yang kemudian tidak pernah kulakukan. Ayah membangun tabir pertahanan tebal di kota manapun yang kami tinggali. Ibu melindungi kami dengan gelembung sihir pengacak gelombang yang mirip dengan gelembung unyu-ku saat ini.

Namun ternyata, keberadaanku akhirnya diketahui kelompok warlock.

Itulah hari terburuk dalam hidupku. Hari di mana aku melihat bagian dari surga dan bagian dari neraka di satu tempat. Balthazar—panglima pasukan iblis berdiri di satu sisi, dengan pedang berkilat dan api membara. Sementara di sisi lain, tiga malaikat melayang dengan sikap siap berperang.

"Kalau mereka menang, maka kalian akan terbunuh," Balthazar menggeram sambil memandang ibuku, "Lebih baik menyerah. Neraka akan menyediakan suaka yang aman bagi kalian. Terutama kau, Joanna. His Lordship telah berjanji akan memberi kasih sayangnya, bahkan membiarkanmu tinggal di salah satu kastelnya."

Ibu mengernyit jijik mendengar perkataan Balthazar. Dia menahan ayah agar tak mengarahkan pedangnya kepada panglima itu.

"Aku telah bersumpah tidak akan turut campur pada masalah surga dan dunia manusia," ibu berteriak keras sambil memelukku, "Tapi aku akan membela keluargaku dengan nyawaku!"

"Hahaha! Apa bergaul dengan manusia membuatmu kehilangan kewarasan, Joanna?" Balthazar berkata meremehkan, "Kalau mantan malaikat mati, mereka akan sama dengan manusia yang terhukum. Terkurung selamanya di lembah maut—Tsalmaveth."

Sesaat, ayahku tampak terkejut, "Benarkah itu, Joanna?"

Bahkan dengan keterdiaman ibu, ayah mengetahui jawabannya. Terlebih saat Balthazar tergelak sambil melanjutkan, "Rupanya kau tak menjelaskannya sebelum kau mencabut sayapmu, ya?" katanya dengan nada mengejek, "Apa kau tahu apa yang Joanna korbankan untukmu, Manusia?"

Ibu masih menunduk, namun ketika itu alih-alih kecewa atau marah, ayah malah menyentuh bahu ibu dengan lembut, "Jika itu terjadi, maka aku juga akan menemaninya ke Lembah Maut," ketegasan kata-kata ayah bahkan membuat Balthazar tertegun.

"Kau akan hancur, Manusia!"

"Aku tidak akan gentar!" seru ayah, "For fear shudders before God! Aku takkan pernah tunduk di depan iblis!"

Kemudian, pertempuran pun berlangsung.

Para manusia hanya tahu tentang kebakaran hebat yang berlangsung di apartemen kami di daerah Orchard Road. Tapi buatku, itu lebih dari sebuah mimpi buruk. Hidupku berubah total sejak ayah dan ibuku meninggal. Aku kehilangan semua pegangan.

Kecuali Bene seorang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro