BAB 28 : Kemarahan Diego

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hendra, Rick, Romi, dan Lubis sedang merayakan kemenangan mereka di rumah. Mereka sedang duduk mengitari meja makan yang penuh dengan makanan, buah, dan minuman.

"Kita menang!" Hendra berteriak puas sambil mengangkat gelas berisi anggur. Rick, Romi dan Lubis membalas ajakan bersulang Hendra.

"Iya, Mas. Semua rencana kita selama bertahun-tahun terbayarkan sudah,"

kata Lubis.

"Aku puas sudah membuatnya menderita. Karyawan-karyawan bayaran kita yang sedang berdemo itu melakukan tugas dengan baik. Star Group, King Australia dan perusahaan lain yang bekerjasama dengan kita juga berhasil membuat Hanggono semakin jatuh. Sebentar lagi Hanggono pasti akan menjual perusahaan beserta asetnya."

"Benar, Mas. Dia sudah bangkrut dan kita akan mengambil lagi hak kita yang dia rampas bertahun-tahun yang lalu."

Hendra mengangguk, "Ya. Semua milik kita akan kembali." Ia terhenyak kemudian mengalihkan perhatiannya kepada Rick. "Oh ya, Rick. Kau sudah menghubungi Diego?"

"Sudah, Paman. Dia akan segera kemari, lagipula ini hari Minggu, asrama sedang bebas."

Hendra mengangguk, tapi wajah berserinya berubah jadi murung, "Kita sudah menang, kita sudah membuat orang itu menderita, orang yang telah membunuh Jihan dan membuat kita sengsara. Jihan juga pasti senang melihat kemenangan kita, dia pasti bahagia di surga sana."

"Tidak, Ayah!"

Suara Diego mengalihkan perhatian Hendra, Rick, Lubis, dan Romi. "Ibu tidak akan bahagia di surga, Ayah. Sebaliknya, dia akan menangis melihat perbuatan keji kita."

Hendra menatap heran anaknya itu, "Apa maksudmu?"

"Aku ingin membatalkan perjodohan ini, Ayah."

"Apa? Kau tidak bisa memutuskan perjodohan itu, Diego. Sebentar lagi Hanggono akan kehilangan perusahaannya. Dan tidak ada yang lebih menyenangkan lagi jika melihatnya kehilangan orang yang dia sayangi. Ingat Diego! Dia sudah menghilangkan nyawa orang yang sangat kau sayangi."

"Tidak, Ayah." Diego menggeleng, tatapannya sendu, "aku tidak ingin meneruskan perjodohan ini. Aku yakin bahwa ibu akan bersedih jika kita dikuasai dendam. Ibu pasti ingin kita bahagia tanpa harus membalaskan dendam kepada siapapun."

"Tutup mulutmu!" Hendra bangkit berdiri dengan muka merah karena marah.

"Ayah, tak seharusnya aku dan Rick terlibat dengan semua ini. Ayah hanya ingin memuaskan hasrat balas dendam pribadi Ayah saja karena kejadian masa lalu. Ayah memanfaatkan kami dan membuat kami juga membenci musuh Ayah."

"Apa? Memanfaatkan kalian?" Hendra tertawa pendek mencemooh, "ingat, Diego! Dia sudah membunuh ibumu! Dia sudah membuat Jihan meninggalkan kita! Dan kau bilang itu hanya karena dendam pribadi?"

"Apakah dengan membuat Hanggono sengsara bisa mengembalikan ibu?"

Pertanyaan menohok Diego praktis membuat Hendra mengepalkan kedua tangannya, rahangnya mengeras, dan amarahnya tak bisa dibendung. Ia mendekati anaknya itu dan menghajar Diego tanpa ampun, "Kau memang benar-benar anak durhaka! Apa kau sadar dengan semua yang kau katakan itu, ha?" Hendra melayangkan pukulan demi pukulan kepada Diego sampai anaknya itu jatuh tersungkur, namun, Diego tak melawan sedikitpun. Lubis dan Rick terhenyak dan berusaha melerai, namun, Hendra tak bisa dihentikan. "Katakan sekali lagi kalau kau akan membatalkan perjodohan itu! Ayo katakan!"

"Hentikan, Paman! Diego berdarah!" ujar Rick.

Hendra berhenti menghajar Diego. Ia melihat Diego terbatuk dan penuh luka lebam di wajahnya, namun, hati nuraninya sebagai ayah sudah tertutupi oleh kebencian,"baiklah, Diego. Aku memang sudah menang dan membuat Hanggono jatuh. Tapi aku tak akan puas sebelum merenggut anak Hanggono darinya. Ia sudah merenggut Jihan dariku dan kini saatnya ia juga merasakan kehilangan orang yang disayangi. Kalau kau tak mau lagi meneruskan perjodohan itu, aku sendiri yang akan turun tangan dan tak ada yang bisa menghentikanku. Pergi kau dari sini!" bentak Hendra.

Diego menyeka darah di bibirnya dengan punggung tangan. Ia berusaha bangkit dengan menahan rasa nyeri dan berlutut di hadapan Hendra, ia menunduk menatap lantai dengan perasaan yang terkoyak. "Jangan libatkan kami lagi, Ayah, aku mohon. Aku tak ingin menyakitinya, Ayah, aku mencintainya."

"Terserah apa katamu! Aku sudah bilang padamu tak akan ada yang bisa menghentikanku."

Tangan Diego mengepal, kepalanya terangkat dan memandang ayahnya dengan tatapan tajam. "Aku tidak akan tinggal diam jika Ayah berusaha melukainya. Lakukan saja yang Ayah mau, aku tidak akan mengikuti rencana busuk Ayah lagi. Aku akan melindunginya." Diego bangkit berdiri lalu berbalik dan beranjak pergi meninggalkan Hendra, Romi, Rick, dan Lubis yang berdiri terpaku melihat sikap Diego.

Aku akan melakukan apapun untuk melindunginya, Ayah. Sama seperti Ayah yang tak rela kehilangan ibu. Aku juga tak rela kehilangan dirinya. 

****

Unch.. unch.. jadi baper, aku juga mau dong dilindungi bang Diego.

Mulmed : OST. webtoon DICE. instrumen musik, sih. seru dengerinnya, pas kalau sambil baca part ini. :)


Magic Forest

15 Februari 2018 (Republish)

22:35


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro