BAB 8 : Memahami Orang Lain

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jari-jari Rissa menari di atas piano di ruang musik. Alunan 'Etude op 46 no 23' milik Stephen Heller memenuhi ruang musik. Namun, ketika ia sampai pada separuh lagu, Rissa menghentikan permainannya. Ia merasa masih banyak kesalahan, ia bermain tidak lancar. Rissa frustasi, ia ingin memenangkan kompetisi piano akhir tahun nanti. Tapi, akhir-akhir ini, banyak hal mengganggunya dan itu mempengaruhi konsentrasinya. Apalagi perjodohan itu.

Ayahnya bilang, ia akan mengatur pertemuan Rissa dengan sang calon tunangan. Mungkin sebentar lagi hari itu akan tiba. Tadi malam, Ayahnya menelepon dari Jerman dan menyuruhnya untuk menyiapkan diri bertemu dengan calon tunangannya, karena sewaktu-waktu, Ayahnya akan mempertemukan mereka.

Daripada ia frustasi mendengar permainan kacaunya, Rissa memutuskan untuk berhenti berlatih dan bersiap pulang. Ia ingin segera beristirahat. Rissa berjalan pelan keluar dari gedung kegiatan sekolah. Deru beberapa motor yang sengaja dimainkan menghentikan langkahnya. Gas motor yang dibunyikan dengan nyaring dan kencang membuat siapa saja terganggu, termasuk dirinya. Ia melihat Ivandito memacu motornya keluar gerbang sekolah membonceng Bryan, disusul Justin dan motornya di belakang. Mereka tidak memakai helm. Tak lama mereka keluar dari gerbang sekolah, ada satu motor lagi yang menyusul mereka keluar gerbang.

Rissa tak bisa melihat wajah pengendara itu karena tertutup oleh helm full face, namun, ia menduga itu adalah Rick dilihat dari postur tubuhnya. Siapa lagi kalau bukan dia? Lagipula mereka kan selalu sama-sama, pikir Rissa. Ia mengangkat bahu dan melanjutkan langkahnya. Baru beberapa langkah, ia berhenti lagi. Sayup-sayup terdengar suara cewek menangis dan suara bentakan. Ia bisa saja tidak peduli dan pulang ke asrama karena begitu capek, tapi nuraninya tidak. Rissa memutuskan untuk berlari menuju pos satpam.

Kok nggak ada orang, sih?Pak satpam kemana? Rissa berdecak kesal, akhirnya ia memutuskan untuk mencari sumber suara yang ia duga berasal dari jalan kecil di antara sisi samping gedung utama dan lapangan panahan. Dan benar saja, ketika sampai, ia melihat Icha, Lena, dan Shilla sedang melabrak Nabila, gadis pembawa coklat di kantin kemarin.

Icha menjambak rambut Nabila, "Ngerti, kan? Jangan diam aja."

"Iya, kak. Aku nggak akan deketin Kak Rick lagi. Aku nggak akan suka lagi sama Kak Rick," kata Nabila sambil terisak dan menahan sakit.

"Bagus. Makanya, deh, jangan sok kecantikan. Berani-beraninya deketin Rick. Rick udah jadi milikku dan dia pacarku sekarang. Lain kali, kalau mau suka sama orang, cari tahu dulu dong, orangnya udah punya cewek apa belum. Bodoh banget, sih!"

"Tampar lagi aja, Cha. Biar dia benar-benar kapok. Biar dia nggak nusuk kamu di belakang," sahut Lena mengompori.

Rissa sontak saja berteriak, "Apa yang kalian lakukan?! Lepaskan dia!" Rissa mendekati mereka dan menarik Nabila dari cengkeraman Icha. "Apa kalian udah nggak punya otak? Kalian udah melakukan penganiayaan."

"Ngapain kamu ikut campur, Riss? Ini urusanku sama dia," Icha menunjuk Nabila.

Raut muka Shilla tampak tidak suka, seakan kesenangannya sudah terganggu, "Iya, nih. Kamu itu nggak ada hubungannya, jangan sok-sokan ikut campur, deh," imbuhnya.

"Kalau kalian nggak mau kena masalah besok di ruang kepala sekolah, lebih baik sekarang kalian berhenti," ancam Rissa, menatap tajam Icha, Lena, dan Shilla bergantian.

Merasa ditantang, Icha berkacak pinggang dan balas menatap Rissa dengan tajam, "Maksudnya, kamu mau ngaduin kita besok? Aduin aja, aku nggak takut sama sekali."

"Aku nggak akan mengadukan kalian ke kepala sekolah aja, tapi juga polisi. Lebam di wajahnya akan menjadi bukti, aku juga akan bersaksi bahwa Icha dan kedua temannya melakukan penganiayaan terhadap adik kelas." Suara Rissa terdengar lantang.

Icha menggertakkan giginya, rahangnya mengeras. Ia begitu marah. "Kali ini, kamu lolos, Riss. Lain kali, wajahmu yang aku buat lebih parah daripada dia." Icha bersiap pergi, "Ayo Len, Shil." Mereka bertiga berjalan menjauh.

Rissa menghembuskan napas dengan keras. Sedari tadi, ia menahan emosinya yang meluap-luap. Sebelumnya, ia tak tahu apakah ancamannya akan berhasil, namun, ia merasa lega ketika Icha mulai takut dan pergi. Rissa menuntun Nabila berjalan. Gadis itu sangat ketakutan dan syok hingga kakinya gemetar. Nabila setuju saat Rissa menawarkan diri mengompres luka lebamnya di asrama. Di sepanjang jalan menuju asrama, Rissa mengingat-ingat peristiwa tadi terjadi tak lama setelah Rick keluar gerbang sekolah. Rick? Dia tahu tapi diam saja? benaknya bertanya-tanya.

***

Pagi itu, Rissa sengaja datang lebih pagi untuk menunggu Rick di sebelah area parkir. Tadi malam, ia bercerita tentang kejadian kemarin kepada sahabat-sahabatnya, mereka juga merasakan hal yang sama, marah. Lalu, mereka mendukung Rissa untuk memberi Rick pelajaran.

"Hari ini, aku akan memperingatkan dia. Mana mungkin waktu itu dia nggak tahu kalau Icha melabrak Nabila? Jalan kecil itu dekat dengan parkiran dan suara bentakan Icha juga keras. Pasti dia tahu tapi sengaja nggak nolong Nabila." Ia sendiri yang akan mendamprat Rick dan mengeluarkan unek-uneknya. Tak lama kemudian, ia melihat Rick datang, memarkir motornya dan melepas helm. Rissa datang menghampirinya.

"Apa kau senang?" Rissa menatap Rick tajam. Rick yang masih duduk di atas motornya itu mengangkat alis tanda tak mengerti, "Maksudnya?" tanyanya.

"Apa kau benar-benar serendah itu? Membiarkan seorang gadis disiksa oleh gadis lainnya?" Rissa berkacak pinggang.

Rick mengerutkan kening, "Kamu cewek di kelasku, kan? Datang dan tiba-tiba marah. Aku merasa tak pernah berurusan denganmu."

"Ini memang tidak ada hubungannya denganku dan sebenarnya aku tak ingin. Tapi tiba-tiba aku terlibat dan aku tak bisa membiarkan ini. Kemarin Icha dan teman-temannya melabrak Nabila. Dan karena itu wajah Nabila jadi lebam karena tamparan-tamparan Icha. Sekarang ia harus beristirahat di asrama dan tak masuk sekolah."

Kedua alis Rick naik, "Tunggu...."

"Kamu dan teman-teman SSDC mu itu nggak mungkin kalau nggak tahu ada seseorang yang digencet tiga orang cewek di sebelah lapangan panahan. Tempat itu dekat dengan parkiran. Icha dan teman-temannya membentak-bentak Nabila. Dan lebih parahnya lagi, mereka menjambak dan menampar pipinya. Aku yang berada agak jauh dari mereka aja dengar, kok. Tapi, kamu? Aku heran kamu benar-benar nggak peduli dan malah pergi gitu aja." Rissa berhenti sejenak dan mendengus kesal. "Aku bahkan sangsi kamu ingat siapa itu Nabila, sama aku aja yang teman sekelasmu lupa-lupa ingat. Kamu pasti merasa senang, kan? Melihat cewek-cewek itu rela berantem untuk menarik perhatianmu?"

"......" Rick bergeming, kedua matanya tak melepas pandangan dari gadis yang bersungut-sungut di hadapannya itu.

"Apa kamu nggak mikir kalau bisa aja Nabila mengalami trauma, memiliki luka yang membekas atau lebih parahnya lagi pindah sekolah karena takut? Aku tahu aku nggak berhak buat nasihatin kamu, tapi aku harus mengatakan kalau apa yang bisa membuatmu senang itu, bisa berdampak buruk bagi orang lain. Paling enggak, tolong orang-orang di sekitarmu, apalagi orang itu sedang bertengkar karenamu. Aku harap, kamu bisa sedikit aja memahami orang lain." Rissa dengan cepat membalikkan badan dan berjalan menjauh.

Rick menatap punggung Rissa yang berjalan menjauh sampai hilang dari pandangan. Lalu ia tersenyum kecut.

***

Rissa mempercepat langkahnya, akhirnya apa yang dirasakannya bisa diungkapkan. Ia lega, tapi juga merasa ragu. "Apa aku terlalu ikut campur? Apa aku melakukan hal yang tidak perlu?." Rissa mengacak-acak rambutnya. "Aduh, kenapa aku melakukannya? Aku sering melihat anggota SSDC mem-bully siswa-siswi lain, bahkan lebih buruk dari ini, tapi aku hanya bisa melihat dan nggak nglakuin apa-apa. Tapi,untuk kejadian kemarin, aku nggak bisa hanya berdiam diri. Hanya aku yang ada di situ dan sekolah sepi. Apa aku udah melakukan hal yang benar dengan memarahinya?" Rissa mengacak-acak rambutnya lagi dan melangkah dengan kesal menuju kelas.

***


Mulmed : Etude Op. 46 No. 23 karya Stephen Heller

Partnya pendek ya :D, tenang, sebagai bonus aku akan update 2 part hari ini :D


Magic Forest

5 Oktober 2017 (republish)

22:30

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro