13: He is in love

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hal pertama yang tertangkap mata ketika terbuka adalah langit-langit sebuah ruang berdebu, penuh jaring laba-laba, terlihat sangat tak terawat. Wira mengerjap-ngerjap, berusaha mengenali sekitar. Setahunya selama hidup dia tidak pernah menginjakkan kaki di tempat seperti ini.

Cowok berhidung mancung itu terduduk, lantas membuang napas kasar. Dia masih di dunia virtual. Selama ini dia sudah berandai-andai setelah keluar dari distrik padang pasir dia akan melihat orang tuanya lagi. Wira merasa sudah seminggu berada di tempat ini. Aneh rasanya harus hidup tanpa perasaan lapar, bahkan mandi pun tidak. Bisa-bisa dia lupa akan itu semua.

Wira mengguncang tubuh Mahen yang tak jauh darinya, berharap cowok itu segera sadar dari hibernasi. Namun, justru Miky yang menggeliat. Wira segera menghampiri cowok itu, dia berjongkok tepat di depan tubuh Miky sehingga ketika laki-laki berumur dua puluh satu tahun itu terduduk dia sigap memundurkan badan.

Mata sipitnya masih sedikit tertutup, dia belum sepenuhnya sadar. Cowok yang lebih tua di depannya meniup telinganya, oleh karena itu dia sedikit membelalak. Miky berdecak sambil membuang napas panjang. Kenyataan bahwa sesi terjebak belum musnah membuatnya meringis dalam hati.

Harus sampai kapan gue di sini.

"Mik, kita di mana?"

"Gak tau, Bang."

Entah sejak kapan Wira berpindah tempat, cowok berumur dua puluh tiga tahun itu berdiri di depan pintu baja yang telah berkarat termakan usia. Bukan usia, melainkan si pengembang gim yang memilih prahara berkarat dan semua tentang gim WFD. Jika nanti dia berhasil keluar, Miky berjanji akan mengumpati seniornya, si pembuat permainan penuh kesalahan ini.

Kerusakan sistem yang terjadi sangat membahayakan nyawa. Namun, jika dipikir-pikir seniornya pasti tidak tahu menahu perkara terjebak ini. Miky mengucek mata, lelah. Apa kabar dengan tubuhnya di dunia nyata? Tidak mungkin jika saat kecelakaan tubuhnya langsung menghilang di tengah jalan.

"Lo ada masalah?"

Lamunan Miky buyar ketika mendapat pertanyaan yang menurutnya berat dijawab. Masalah taruhan sangat tidak elok diceritakan, bisa-bisa Wira menghabisinya di sini. Sebenarnya dia tidak tahu apa hubungan Wira dengan Vichi, tetapi melihat kedekatan kedua orang itu membuatnya mengambil kesimpulan bahwa mereka memiliki ikatan erat, mungkin kakak dan adik.

"Mungkin masalah gue adalah ... gue suka sama Vichi." Pada akhirnya dia hanya mengucapkan kalimat itu.

Wira tertawa. Cowok itu masih saja menepis. "Gak usah pakai mungkin. Sebagai cowok gue bisa nebak perasaan lo, tindakan lo yang seolah-olah gak peduli padahal khawatir tingkat tinggi."

Miky menggaruk tengkuk. "Gak sampai khawatir tingkat tinggi juga. Tapi, gue ... ya gimana ya," decaknya.

"Labil. Suka, mah, suka aja. Gak usah ngeles."

Ya, seharusnya dia cukup mengatakan suka dan tidak perlu bertingkah aneh. Dia jadi tahu rasanya jatuh cinta. Selama ini yang dia tahu hanyalah gim. Pagi, siang, malam selalu tentang gim. Pacaran? Miky meringis, dia hanya pernah sekadar dekat dan berakhir ditinggalkan karena tidak pernah memberi kepastian.

Separah itukah dirinya? Dia benar-benar tidak tahu apa-apa selain desain visual, karakter, pembangunan dunia gim. Jumlah teman terbatas, dia hanya tahu sejurusannya saja. Memperluas koneksi dengan mahasiswa jurusan lain? Omong kosong. Dia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri.

Dia tidak tahu apakah harus bersyukur karena bertemu Vichi di sini atau malah mengumpat karena tidak tahu bagaimana cara pulang. Akan tetapi, jika dipikir-pikir semenjak terjebak dia jadi banyak merenung tentang kesehariannya, terlalu fokus pada satu titik hingga tidak dapat menikmati hidup yang nyatanya menyuguhkan banyak keindahan.

"Btw, makasih karena kerja keras lo dan Mahen kita berhasil sampai ke misi selanjutnya." Wira mengulurkan tangan, membantu Miky berdiri.

"Kalian juga kerja keras. Gak perlu terima kasih."

Satu lagi yang Miky sadari. Sikap jemawa sedikit demi sedikit terkikis. Dia bisa saja membanggakan diri karena pujian tadi, tetapi dia tidak sehebat itu untuk disanjung. Mereka sama-sama berjuang hingga sampai ke titik ini.

"Kita di mana?"

Kedua cowok itu berbalik, melihat ketiga teman-temannya telah sadar. Gea berdiri sempoyongan, Wira sigap menangkap gadis itu. Miky menahan tawa ketika menyadari dua manusia tersebut sepertinya terlibat cinta lokasi.

"Ci, lo gak papa."

Miky melempar pandang ke arah Mahen dan Vichi. Kedua orang itu memang cocok bersama. Dia berdiri tegap, menggeleng. Otaknya berteriak, apa-apanya ini! Menjadi sad boy bukanlah dirinya. Daripada berdiam diri dan melihat curahan kasih sayang yang diberikan oleh dua orang cowok itu, Miky memilih keluar ruangan.

Gedung-gedung tinggi, kendaraan terparkir tak beraturan. Lingkungan penuh sampah dan debu. Tak ada penerangan sama sekali, beruntung langit mendung tetap berbaik hati memancarkan sedikit cahaya.

Miky berdecak kagum. Situasi seperti ini biasa ditemukan di film-film laga, zombie, dan video game. Akan tetapi, kali ini dia benar-benar menginjak kota mati. Tak terhitung berapa kali dia berdecak. Langkah kakinya lambat, matanya awas menatap sekeliling, takut kesalahan sistem terjadi tanpa sepengetahuannya.

"Miky."

Dia diam, tidak berbalik ketika menyadari suara yang memanggilnya. Janji tetaplah janji, dia harus menghindari Vichi sebisa mungkin. Hubungannya dengan Mahen tidak boleh semakin runyam hanya karena seorang gadis.

"Miky. Gue mau ngomong."

Susah payah dia tidak berbalik. Dia harus segera pergi sebelum tercipta kesalahpahaman baru. Menjadi sebuah kesialan ketika hatinya tengah sibuk berdebat di dalam sana, antara menetap dan berlalu sampai ketika tangannya diraih oleh Vichi. Umpatan, makian dia layangkan untuknya.

"Lo ... marah sama gue?"

"Vichi kamu ngapain di sini?"

Mahen muncul dengan rahang yang telah mengeras. Miky lagi-lagi hanya bisa mengeluh. Jadi, serumit ini terjebak dalam romansa.

"Gue la--"

Miky tersenyum simpul seraya melepas genggaman tangan Vichi. Ada perasaan aneh ketika memaksa tangan itu terlepas darinya. Hati seakan teremas oleh keadaan. Jika itu yang dinamakan sedih, maka Miky sedang berada dalam kegundahan tersebut.

Dia melanjutkan langkah, meninggalkan Vichi dan Mahen di belakang sana. Mengikhlaskan tidak semudah menyuruh orang lain untuk ikhlas. Miky menyesal mengatakan itu pada teman-temannya yang pernah tertimpa musibah, diputuskan pacar.

"Welcome to War For Diamond Game."

Layar besar tiba-tiba terpampang di hadapan Miky. Dia sigap berhenti dan ketika sadar misi berikutnya akan tiba, dia membuang napas pasrah. Di belakang, teman-temannya sudah berkumpul, bersiap menyimak tantangan apa lagi yang sedang menunggu di depan sana.

"Collect five diamonds and look for a secret building to put your diamonds in a box."

"Be careful! Your enemy can steal the diamonds. Look after them! Watch out with a virtual sea. Don't fall into it if you want your soul safe."

🎮
(Day 13)
Miky says, "I'm in love with you."

Semangat yang puasa. Tinggal 26 hari lagi😆.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro