1-a. Lanjutan Games Ending yang menarik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ini lanjutan part pertama ya :)

Mention Kak vyfitani :)

17. Aida umaya_afs

Awal-awal pernikahan memang masa-masa yang indah. Apalagi untuk Alia yang notabenenya menikah dengan seorang ustad yang sedang naik daun, Arsy. Wanita itu sangat menikmati hari-harinya menjadi seorang istri.

Seminggu sudah pernikahan Alia dengan suami berlangsung. Hari ini suaminya sedang menghadiri undangan ke luar kota. Perempuan berhijab itu sedang mengisi waktu luangnya dengan tilawatil quran. Kekhusyuannya terganggu untaian salam juga ketukan di pintu.

Alia menyelesaiakan bacaan dan menyimpan mushaf. Kemudian melangkah menuju pintu untuk melihat siapa yang berkunjung ke rumahnya. Saat pintu dibuka terlihat wanita kurus tapi tidak menghilangkan guratan kecantikan di wajahnya.

"Assalamualaikum. Benar ini rumah Mas Arsy?" tanya wanita itu.

"Waalaikumsalam. Iya, Anda siapa ya?" jawab Alia.

"Alhamdulillah. Mas Arsynya, ada? Saya Dewi, istrinya."

Darah yang ada di tubuh Alia serasa ditarik paksa. Sehingga meninggalkan pucat warna kulitnya.

"Isssstri, Mas Arsy?" Nada terkejut pada pernyataan yang seperti pertanyaan kepada Dewi terlontar begitu saja.

Alia pamit untuk menghubungi dan meminta Arsy pulang cepat untuk dapat segera mengklarifikasi keadaan ini.

Jarak yang jauh membuat mereka harus sabar menanti. Alia menyuguhkan minuman bagi tamu yang telah menggores luka di hatinya.

Setelah lima jam dalam kebisuan. Terdengar salam dari luar sana yang kemudian memperlihatkan sosok pria yang sedang mereka tunggu.

"Dewii?" bibir Arsy serasa kelu melihat kehadiran Dewi di hadapannya. Setelah beberapa tahun tanpa kabar-berita. Meninggalkan keputusasaan di jiwa pria itu. Sampai ia bertemu dengan Alia yang bisa mengobati hatinya.

Karena untuk kejelasan statusnya yang memang ditutupi sebelumnya. Sebuah konferensi fans dilakukan oleh Arsy untuk mengkonfirmasi bahwa sebelum dengan Alia, ia memang pernah menikah dan mempunyai istri bernama Dewi. Hanya saja karena keberadaannya yang tidak diketahui dan tidak adanya kabar dari Dewi. Membuat Arsy menduga terjadi sesuatu pada Dewi. Usaha telah ia lakukan tetapi tidak membuahkan hasil.

Perasaan bersalah wanita itu kepada Dewi menggerogoti dan membuatnya sesak, bukan maksud hati ia melakukannya. Akan tetapi, karena ketidaktahuannya. Di saat kegamangan melanda diri wanita manis itu, terdengar suara Dewi yang mengikhlaskan Alia menjadi istri muda Arsy.

__________________

18. Wilda MeAtWonderland

#Wilda.Afi

Setelah menjalani ta'aruf selama empat bulan, Arsy dan Alia akhirnya memutuskan melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.

Arsy, sosok pria tampan dengan perawakan gagah dan tinggi adalah seorang pengajar di sebuah padepokan dan juga seorang ustad yang terkenal di Indonesia. Banyak yang menjulukinya sebagai 'Next Ustad Uje" karena pembawaannya yang tenang. Sementara Alia adalah gadis berdarah campuran Indo-Thailand yang dulu juga adalah mantan santriwatinya di padepokan. Alisnya tebal dan matanya yang coklat muda sangat menawan dibalik balutan hijab syar'i yang ia gunakan.

Malam pertama pernikahan mereka habiskan dengan mengobrol saja.

Keesokan harinya, Alia dengan telaten membuatkan Arsy sarapan dan menyiapkan pakaiannya untuk syuting hari ini. Begitu pun hari-hari selanjutnya. Alia dengan sabar menunggu Arsy yang pulang tengah malam dan terkadang menghampiri lokasi syuting sang suami, membawa bekal untuk makan malam beliau.

Arsy dan Alia menjadikan al-qur'an sebagai patokan serta pedoman mereka dalam menjalin hubungan. Mereka jalani semua dengan ikhlas semata-mata karena Allah swt.

Tidak terasa sudah seminggu mereka menjalani biduk rumah tangga. Walaupun masih sangat baru, cara Alia-Arsy berumah tangga sudah menjadi panutan. Hubungan rumah tangga mereka sangat harmonis dan jika tujuan pernikahan adalah 'membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warohmah' maka mereka sukses membuatnya.

Malam ini, Arsy akan memberi surprise lagi kepada Alia. Namun ketika sampai di rumah, dia sama sekali tidak menemukan wanita pujaannya itu. Setelah memeriksa ke setiap sudut rumah, akhirnya ia menemukan istrinya itu tengah duduk di gazebo rumahnya bersama dengan...

"Dewi...?" gumam Arsy ketika melihat wanita yang juga merupakan istrinya tengah menatapnya sendu. Alia tampak tersenyum ke arahnya, "Mas sudah pulang?" ujarnya kemudian mengambil tas sandeng dari suaminya dan membawanya masuk ke dalam rumah, "Mbak Dewi, saya masukin ini dulu ya?" sambungnya lagi, tetap lemah lembut.

Alia masuk ke kamarnya dan menangis sekencang-kencangnya. Kenyataan kalau suaminya adalah seorang pembohong membuatnya tak berdaya. Wanita itu tiba-tiba menghampiri rumahnya dan mencari-cari suaminya. "Mbak Dewi adalah istri sahnya, dan mereka belum bercerai?" batinnya terus berteriak tak karuan sambil terus meratapi keyakinannya pada Arsy.

Arsy menyusulnya ke kamar--diikuti Dewi,

"Alia, Mas bisa jelaskan semua."

"Iya, Alia tahu. Tapi untuk saat ini, Alia mau nginep di rumah Mama dulu. Beliau mau ketemu Alia katanya. Alia pamit dulu, Mas." sela Arsy yang kemudian meraih tangan suaminya dan menciumnya.
***

Setelah semuanya tenang, Alia didampingi ibunya dan Arsy serta Dewi membicarakan hal ini dalam suasana kekeluargaan.Arsy mengakui kalau Dewi adalah istrinya, tapi karena tidak ada kabar dari Dewi lebih dari dua tahun, makanya Arsy menikahi Alia.

Dan untuk mempertegas penyesalannya kepada Alia. Arsy meminta maaf secara terbuka ke media, ia tak bermaksud membohongi publik. Alia gamang, haruskah dia mempertahankan pernikahannya di atas penderitaan Dewi, atau melepasnya?

Namun, Dewi dengan ikhlas mengatakan, bahwa ia rela Alia menjadi istri muda Arsy.

"Alia...mari kita bangun rumah tangga kita bersama-sama bareng Bang Arsy. Seperti yang kita tahu, tujuan kita menikah adalah untuk ibadah kepada Allah. Dan karena itu mari kita menasbihkan namanya mulai saat ini bersama-sama." ucap Dewi bijak.

***
_________________

19. Dean Akhmad deanakhmad

Judul : Balada Cinta Arsy / Opsi A
Written by : Dean Akhmad
★★★★★★★★★★★★★

"Is-istri bang Arsy?" Delik Alia kaget. Mendengar pengakuan dari wanita yang berumur lima tahun di atasnya itu, membuat sekujur tubuhnya menegang. Wajahnya memucat seolah-olah aliran darahnya terhenti.

"Kalo kamu gak percaya ...," wanita itu berusaha mengambil sesuatu dari dalam tasnya, kemudian melemparkan dua buku kecil di atas meja. Alia tahu itu buku apa.

Dengan tangan bergetar Alia mengambil sepasang buku tersebut. Bagai jiwa yang tercabut dari raga, seperti itu pula tangisannya pun ikut meluruh tanpa bisa dikendalukan. Ia tahu bahwa isi dalam buku itu tak akan pernah berbohong. Hatinya mencelos dan nyeri bersamaan.

"Terserah kamu mau percaya apa enggak, aku cuma ingin diakui sebagai istrinya Mas Arsy. Itu aja." Ucapan wanita itu pelan namun tepat menusuk ulu hati Alia.

Kedatangan wanita bernama Dewi, membuat Alia goyah seketika. Pernikahannya saja baru berlangsung seminggu yang lalu, tapi kini badai sudah mulai menerjang dan menunjukkan keberingasannya.

"Demi Allah aku gak kenal siapa itu Dewi, Dek." Elak Arsy yang memegang pundak Alia. "Cuma kamu istriku, gak ada yang lainnya. Percaya lah, Dek. Dia hanya wanita yang menumpang ketenaranku aja."

Setelah hari itu, pertengakran demi pertengkaran mewarnai rumah tangga Alia yang baru seumur jagung. Ia merasa bahwa ini adalah karmanya. Buah dari hasil apa yang ia lakukan pada Dewi, istri pertama Arsy.

"Aku juga istrimu Mas ...," suara Dewi menggema keseluruh ruangan. Alia yang berdiri di depan pintu hanya bisa berdiri tertegun.

"Dua tahun, kamu pergi ninggalin aku dek."

"Aku kehilangan pasport, hape, dan semuanya yang berhubungan dengan keluarga di Indonesia ..., pas aku bisa menghubungi orang rumah. Mereka bilang kamu merantau ke Jakarta ...."

Kali ini Alia mendengar isakan tangis seorang wanita, dari percakapan mereka ia yakin bahwa itu adalah Dewi.

"Berkali-kali aku menelepon ke rumah, namun tak satupun orang rumah tau keberadaanmu, Mas. Kamu seperti hilang tanpa jejak."

"Jadi ...."

"Ya! Aku terus nyari-nyari kamu mas. Sampe pada akhirnya, aku gak sengaja ngeliat kamu di televisi. Dan ... ternyata kamu idah nikah lagi sama Alia ...."

Alia membekap mulutnya, agar isakannya tak terdengar. Tubuhnya meluruh ke bawah. Cukup! Ia tak sanggup lagi, jika harus terus-terusan seperti ini.

Ketulusan cintanya, tak terbalas setimpal oleh suami yang ia cintai. Kini ia yakin bahwa perasaan tak enak yang selalu menggelanyuti terjawab sudah. Sekarang atau nanti Alia sudah mengambil keputusan.

Kebenaran akan selalu mempunyai jalannya sendiri, dan ia yakin bahwa ini adalah keputusan yang terbaik untuknya juga semua orang.

"Maafkan aku, Bang. Tapi aku akan memilih pergi."

Hanya sebaris kalimat ia tinggalkan untuk suaminya Arsy, jika kelak dia bisa menerima semuanya dengan ikhlas ia akan kembali.

Arsy yang mendapati pesan singkat di ponselnya hanya bisa memandang kosong. Perasaanya tak bisa dibohongi, bahwa dia masih mencintai Dewi dan Alia. Mereka berdua, adalah surga baginya. Pria berpeci hitam itu hanya memandang foto wanita berhijab hijau dengan tatapan sendu.

"Maafkan Abang, Alia. Abang akan selalu menunggu Alia pulang."

The End
_____________________

20. Laila stnurlaila

Ternyata, rumah tangga yang diimpikan oleh Alia tidak berjalan sesuai dengan harapannya. Dia pikir setelah menikah dengan Arsy kehidupannya akan dipenuhi kebahagiaan. Tapi hanya sementara, sementara bahagia lalu datanglah badai di antara terangnya jalan.

Dewi, perempuan yang baru saja tiba dari Arab, telah membuat keadaan berubah. Dia adalah istri Arsy yang pergi meninggalkan Arsy dua tahun silam. Dia datang kembali pada Arsy disaat hati Arsy telah dimiliki. Disaat hidup Arsy kembali berwarna karena Alia.

Arsy mengira hubungannya dengan Dewi sudah berakhir walau tidak ada surat cerai tertanda tangani. Hubungan keduanya sudah merenggang dua tahun lalu. Sejak saat itu, Dewi pergi ke Arab meninggalkan Arsy. Tidak ada kabar, komunikasi pun keduanya tidak. Hampir setiap hari Arsy memikirkan Dewi, tapi lama kelamaan dia juga letih.

Setelah sekian lama berpisah kini Dewi muncul di kehidupan Arsy, Alia tidak bisa marah ataupun membenci Dewi. Karena kenyataannya Dewi istri sahnya Arsy, juga pernah menjadi bagian hidup Arsy.

***
Pagi ini, Arsy pergi ke acara progam televisi. Dimana dirinya akan mengungkapkan juga meminta maaf ke seluruh masyarakat juga semua orang. Tidak ada niatan untuk membohongi atau menutupi pada publik, hanya saja dia tidak ingin mengungkit masa lalu. Dan sekarang hal ini harus dia lakukan karena masa lalu perlahan menghampirinya kembali.

Dua jam berlalu, Arsy telah mengungkapkan pada media publik. Mungkin ke depannya karirnya akan terganggu, apalagi dia seorang ustadz. Masyarakat mendengar kabar yang bukan-bukan pasti akan percaya. Entah itu kabar benar atau bukan, pasti masyarakat telah mengira yang tidak-tidak tentang dirinya. Setelah mengungkapkan semuanya dia sedikit lega, tinggal bagaimana dia membenahi rumah tangganya saat ini.

***

Alia mengambil wudhu untuk sholat dhuha, pikirannya sedang melayang kemana-mana. Dan petunjuk jalan satu-satunya adalah berdoa kepada Tuhan.

Dia segera sholat dengan khusyuk. Dan setelah selesai salam, dia menengadahkan tangannya memohon kepada Tuhan.

"Ya Allah, ini sulit bagi hamba dan hamba tahu engkau sedang menguji kami, tapi kenapa di saat hamba merasa kebahagiaan dan keharmonisan dalam rumah tangga kami. Engkau kirimkan badai dalam rumah tangga kami." Tak terasa bulir bening berada di ujung matanya. Semakin dia berkata semakin air matanya tumpah ruah. "Berikan petunjuk untuk hamba dan suami hamba ya Allah, amin yarabal alamin."

Alia melipat mukenanya dan segera memasang jilbab.

Dia segera mengambil koper dan meraih semua baju yang ada di lemari. Mungkin semua ini adalah keputusan yang terbaik untuk hidup Arsy.

***

Baru saja tiba, Arsy langsung menuju ke kamar ingin menjelaskan pada Alia bahwa dirinya sudah menemukan keputusan yang terbaik. Tapi saat dibukanya pintu, tidak ada tanda-tanda Alia di sana. Dia melangkah menuju ranjang. Ada sepucuk surat berwarna putih. Dibukanya perlahan-lahan.

Mas Arsy, sebelumnya saya minta maaf tidak minta izin kepada Mas untuk pergi. Mbak Dewi benar-benar membutuhkan Mas, dan saya tidak ingin menjadi pengganggu dalam hubungan Mas dengan Mbak Dewi.

Mungkin Mas bukan takdir saya, mungkin Mas diciptakan bukan untuk saya. Dan mungkin Mas dipertemukan lagi dengan Mbak Dewi untuk memulai kisah baru lagi. Jika Mas ingin menceraikan saya, saya siap Mas. Ini saya lakukan demi Mas dan juga Mbak Dewi.

Jika Mas bertanya, apakah saya tidak mencintai Mas sampai begitu mudahnya pergi? Mas salah besar, saya sangat mencintai Mas Arsy. Impian saya adalah hidup bahagia selamanya dengan Mas. Setiap doa yang saya panjatkan pada Tuhan adalah kita dipersatukan selamanya. Tapi, Tuhan berkata lain dan yang saat ini terjadi adalah jawaban Tuhan.

Saya akan selalu mencintaimu Mas Arsy.

Tertanda,
Alia.
_______________

21 Mega megaoktaviasd

#Mega Opsi 2

Setelah mendengar pernyataan mengejutkan itu, Alia menyuruh wanita yang mengaku bernama Dewi itu masuk ke rumahnya. Sepintas, dia terlihat menelisik dinding di ruang tamu yang hanya dihiasi kalimat Allah. Dalam hati Alia bersyukur karena mengurungkan niat untuk memajang foto pernikahan mereka.

Foto pernikahan Alia dan Arsy.

"Kalau boleh tahu, kamu siapanya mas Arsy ya?" Dewi bersuara, terlihat menyesuaikan diri dengan tempat yang diyakini sebagai 'rumah'nya.
Alia berusaha tersenyum. "Aku hanya sepupu jauh, kebetulan saja aku butuh pekerjaan untuk membayar kursus bahasa Arabku. Dan ibu Mas Arsy menawarkanku pekerjaan ini," ulasnya mantap tanpa terbata-bata. Dewi sempat tergugu, namun disamarkan dengan senyum yang menampakkan lesung pipi samar.

Walaupun hati Alia rasanya hancur seperti lembaran kertas yang disobek paksa, dia tetap menelpon Arsy. Mengatakan ada tamu penting yang ingin bertemu. Tak ada tanya pada pembicaraan mereka, hanya pesan Arsy untuk menemani tamu tersebut sampai dia pulang dari kegiatan hariannya, ceramah dari mesjid ke mesjid.

Ketika langkah kaki Alia mengajak kembali ke ruang tamu, Dewi sedang meneguk air sirup dingin yang sempat dibuat olehnya beberapa menit yang lalu. Dia menatap Alia lagi lalu tersenyum, "Mas Arsy masih lama?" lontaran pertanyaan itu terdengar penasaran, ada letup-letup bahagia yang bisa dirasakan oleh Alia, terdengar dari nada bicara Dewi. Alia melempar senyum, "Mungkin setengah jam lagi. Mas Arsy masih mengisi ceramah di salah satu mesjid tak jauh dari sini."

"Oh, kalau begitu baiklah. Aku akan menunggumu di sini." Dewi berkata sambil memamerkan lesung pipinya, "Alia tidak apa-apa kan?"

"Tentu saja tidak apa," jawabnya terdengar manis dan canggung, "bagaimana kalau kita buat bakwan goreng, Mbak? Sambil menunggu mas Arsy datang."

Dewi senang akan ide Alia yang sederhana itu. "Baiklah, sebelumnya, aku cuci tangan dulu, ya."

Dewi beranjak, meninggalkan tas selempang hitam keemasannya di ruang tamu begitu saja. Alia dan Dewi kemudian banyak berbincang sambil memotong kol, wortel, hingga daun bawang. Menambahkan bahan lain sampai akhirnya jadi adonan yang kental dan penuh sayuran.

"Saya bagian menggoreng ya, mbak Dewi." Alia masih berusaha menampilkan senyum yang tulus, kendati hatinya tak baik-baik saja.

"Assalammu'alaikum," salam itu terdengar bertepatan dengan matangnya bakwan goreng. Dihidangkan di satu piring besar bersama dengan teh hangat yang baru saja dibuat oleh Dewi.

"Wa'alaikumsalam, mas Arsy."

Wajah mas Arsy sepucat dinding rumah, mulutnya setengah menganga karena terkejut luar biasa. Dia masih memindai sosok perempuan di depannya lalu menatap Alia yang menggigit bibir bawah, berusaha menahan tangis.

Dewi masih tersenyum, menunggu reaksi Arsy yang telah mempersuntingnya tiga tahun yang lalu. Tanpa komando, dia melangkah untuk memeluk Arsy. Namun tak di duga oleh Dewi sebelumnya, Arsy menolak sentuhan gadis itu.

"Dewi, yang benar saja, kau Dewi?" Lolongan tak percaya itu meluncur begitu saja, membuat semburat kecewa berganti menghiasi wajah Dewi yang tadinya sungguh berseri.

"Aku tahu, aku yang sangat tak bertanggung jawab meninggalkanmu waktu itu. Kupikir kau sudah...meninggal." Ada isak tertahan dalam suara Dewi yang memelan, tak percaya diri semenjak penolakan yang pertama.

"Ku-kupikir juga begitu," Arsy akhirnya menyahut, "lalu di mana kau selama ini?"

Setelah menceritakan panjang lebar tentang hidupnya. Yang bekerja paruh waktu selama dua tahun setelah mereka terpisah di stasiun. Bekerja di beberapa tempat yang berbeda, dia akhirnya bisa menemukan keberadaan Arsy, melalui ibu-ibu pengajian yang sedang ngobrol disaat sedang membersihkan mushola.

"Lalu...apa kau sudah bertemu dengan Alia?" Arsy sepertinya kehilangan topik pembicaraan, sehingga dia bertanya sesuatu hal yang sudah dia tahu pasti jawabannya.

"Alia? Ya, tentu saja dia adik sep-"

"Dia istriku," jawab Arsy pelan, "Istri keduaku, kalau begitu."

Dewi tersenyum masam. Gadis itu sudah tau akan hal ini, bahkan semenjak dia menjejakkan kakinya di ruang tamu rumah mereka. Dewi juga seorang wanita, dan dia tau sedari tadi Alia menahan tangis akibat fakta yang di ketahuinya secara mendadak. Dia juga sudah mendengarnya dari ibu-ibu yang ditemuinya tempo hari, saat menanyakan alamat yang dia tuju. Bahwa pria yang dicarinya sudah memiliki istri bernama Alia.

Dia kemudian menatap Alia, gadis itu terpaku dengan bulir-bulir yang mulai mengalir membasahi wajah. Kendati dia sudah sah menjadi istri Arsy, dia tetap merasa bersalah.

"Tidak apa, ini bukan salahmu, Alia." Dewi menepuk pelan punggung mungil gadis itu di dalam pelukannya. Kemudian mengelus kepala yang tertutupi oleh hijab berwarna pastel dengan perlahan

Alia semakin menangis haru, sesuatu hal yang tak pernah diimpikan oleh seorang istri seperti Alia. Perang batin dirasakan Alia, tapi sebuah pelukan dari lengan kekar menjawab semua pertanyaan yang mendesak dirinya.

"Maafkan Mas," begitulah yang terlontar dari tutur Arsy, "aku tidak tahu semua ini akan menjadi rumit seperti ini."

Dewi kemudian mengelus lengan kekar itu perlahan, dengan rasa ragu. Tapi, pemilik tangan bungkam. Malahan menatapnya dengan mata berkaca.

"Maafkan aku, Dewi. Aku kurang usaha untuk mencarimu."

"Sudahlah, tidak ada yang perlu kau sesali, mas Arsy. Nasi sudah menjadi bubur," Dewi tersenyum perlahan, "lagipula, aku menyukai Alia. Dia gadis yang baik hati."

Lontaran syukur terdengar, baik di mulut Arsy maupun Alia. Ketiganya saling melempar senyum sebelum akhirnya dalam larut dalam sebuah pelukan hangat di masing-masing lengan kekar sang suami.

&&&
_____________
22. Mey Jeon_Eun
#Meytriyah.

Aku Alia, gadis yang menjadi tawanan dalam penjara cinta yang kuanggap suci. Bagiku, cinta adalah luka tanpa darah. Kupikir ia yang terbaik untukku, kupikir ia yang terindah untukku. Tahukah kalian, apa yang lebih menyakitkan dari sebuah tangis? Yaitu terpaksa tersenyum saat hati sangat ingin menangis.

Percintaan antara seorang remaja pesantren dengan lelaki soleh. Kupikir aku adalah pemera protagonis dalam kisah novel romansa religi yang selalu kubaca. Berakhir indah dengan bumbu-bumbu micin yang menggoda.

"Mas mencintaimu Alia, Allah mempertemukan kita untuk membangun keluarga bahagia. Kita akan bersama-sama membangun istana, bukan hanya istana di dunia melainkan di tempat kekal bernama surga."

Cinta dan masa depan yang ia tawarkannya membuatku buta pada luka. Aku mengingat dengan jelas, saat sumpah janji suci ia ikrarkan dengan lantang. Adakalanya, aku tak pernah peduli akhir kisah cinta yang kami jalani ketika cinta masih menunjukkan presensinya lewat selimut bahagia, senyum dan tawa.

Namun ketika wanita itu datang, tentram dan nyaman yang dahulu hadir kian lenyap. Pertikaian menjadi hal yang lumrah untuk kami. Suami yang dahulu kuanggap mampu mengayomiku dan mengajakku ke dalam surga Illahi ternyata hanya mimpi di siang bolong. Cinta memang membuta segalanya 'kan?

Aku memanggilnya Mbak Dewi. Seorang wanita yang digadang-gadang menjadi istri Mas Arsy sebelum kami menikah. Jujur aku kecewa, selama ini suamiku seperti tutup mulut mengenai masa lalunya. Ia diam dan terus membuaiku dengan kata-kata cinta yang memabukkan. Ia mengajarkanku menjadi pribadi yang jujur sesuai perintah Allah Ta' ala. Dan kini, aku menganggap itu semua bualan semata.

"Dewi, bukanlah istriku!" Untuk pertama kalinya suamiku berteriak di depan wajahku.

Hatiku terluka, aku terisak dalam diam, ia berubah. Detik menyingkap takdir, perputaran jarum jam mengurai satu persatu luka lama yang kini telah membusuk. Bangkai yang lelakiku sembunyikan rapat-rapat membuatku menyadari sesuatu hal....

Aku memang menempati posisi korban, akan tetapi kisah Mbak Dewi lebih menyakitkan dari perkiraanku.
"Maafkan Mbak, Alia."

Wanita itu memelukku dengan erat. Ia mengakui dirinya salah... meski sesungguhnya begitu banyak hal yang belum aku ketahui. Melihat dan mengetahui kesakitan yang menimpa Mbak Dewi menciptakan rasa iba yang cukup membebani. Ia wanita dan aku juga wanita. Aku tahu betul apa yang dirasakan Mbak Dewi.

Malam yang sejuk tanpa bintang dan bulan, aku bersujud kepada Ilahi. Aku berserah diri dengan kesucian hati. Aku bertekad untuk memperjuangkan puing-puing hati yang berserak bagai kapal karam. Mungkin ini yang terbaik bagiku. Kesakitan membuatku banyak belajar tentang arti hidup yang sebenarnya.

Palu diketuk tiga kali, ketika irisku bersirobok dengan netra sosok yang dulu amat kupuja, aku terenyuh. Aku ingat betul kata-kata sahabatku, ada kalanya seorang dipertemukan untuk saling belajar bukan untuk memiliki satu sama lain.

Aku tahu, Sang Ilahi tengah mempersiapkan yang terbaik bagiku.

FIN!

_________________

23. Lili FairyGodmother3



Bagaimana bisa aku percaya, saat ini sebuah kenyataan pahit datang secara tiba-tiba.



Seorang wanita mengaku bahwa dia adalah istri dari suamiku. Arsy, Mas Asry memiliki wanita lain.


Dewi, wanita itu berdiri di hadapan kami. Aku dan Mas Asry, bagaimana sekarang diriku saat ini. Oh aku tak tahu, aku hanya mampu terdiam dalam sebuah pertanyaan besar.


"Kamu, jangan pernah berbohong. Kamu hanya ingin menumpang tenar dan hidup enak dengan saya!" Mas Asry membentak, suaranya lantang dan mampu membuatku gemetar takut.

Dewi bergeming, air matanya tumpah seketika, wanita itu tersakiti, aku dapat melihat bagaimana raut wajah kecewanya. "Mas jahat kamu, bilang seperti itu! Aku nggak pernah berpikir rendah!"

"Alia, kamu percaya Mas 'kan? Mas tidak mungkin berbohong, itu dosa." Mas Arsy menatapku, dia mengelus pelan kepalaku.

Aku tidak tahu, tetapi Mas Asry yang selama ini aku kenal sangat baik. Ia lelaki yang jujur dan sangat santun. Tidak mungkin Mas Asry berbohong padaku. Tidak, Mas Asry bilang ia mencintaiku, hanya aku seorang istrinya.

"Mas belum menceraikan aku sama sekali. Mas menelantarkanku selama dua tahun lebih. Lalu Mas bilang Mas nggak bohong sama Alia istri muda Mas. Apa perlu bukti kalau aku ini istri sah Mas?!" Dewi berkata dengan tegas. Amarahnya seolah naik dan meledak.

Aku tergugu.

Dewi lalu mengeluarkan sebuah buku. Buku yang sama dengan milikku.

"Ini, Mas nggak bisa berbohong lagi. Aku juga nggak akan kembali lagi sama Mas, karena aku tahu sekarang siapa Mas sebenarnya!"

Buku nikah itu Dewi lemparkan ke depan muka Mas Asry. Hatiku seperti tengah dihempaskan jauh melewati samudra. Mas Asry sudah membohongiku. Sejak awal aku didustakan olehnya.

Air mataku jatuh, hatiku porak-poranda rasanya. Tak menyangka akan sepahit ini pernikahanku. Mas Asry sudah berbuat jahat padaku dan tentu Dewi. Wanita itu juga korban kedustaan Mas Asry.

Mas Asry meraih jemariku dan menggenggamnya erat, matanya menatapku penuh harap. Sebelum dia mengatakan kebohongan lagi. Aku melepaskan tanganku kasar. Menatapnya marah bahkan aku murka padanya.

Plak

Satu tamparan itu bahkan tak cukup menggantikan luka besar di hatiku. Lelaki brengsek! Bajingan!


Secepat ini hatiku di hancurkan olehnya. Ah, sejak awal seharusnya aku lebih mawas diri. Aku beralih menatap Dewi yang menatap terkejut.

"Maaf Mba Dewi. Saya... tidak pernah tahu bahwa Anda Istri Mas Asry. Dia telah berbohong dengan sangat baik." Aku berkata.

Dewi tersenyum simpul tanpa aku tahu arti dari senyuman itu.

"Alia-"

"Aku tunggu kamu di pengadilan Agama," potongku cepat tanpa menoleh padanya.

Aku mana sudi untuk berada lebih lama di sini. Cinta, ah omong kosong! Itu sudah menguap entah ke mana. Hanya sebuah luka yang kini tercipta. Aku melangkah meninggalkan tempat ini, hanya dengan baju dan sendal jepit, juga harga diri yang sudah tercabik.

Tercabik oleh lelaki bertopeng malaikat itu, lelaki yang selalu aku banggakan, lelaki yang selalu kusebut namanya dalam doaku. Ternyata lelaki itulah yang paling utama menghancurkan hidupku juga wanita lain Dewi.

Dewi berlari mengejarku, dia menepuk bahuku pelan hingga aku berhenti.

"Maafkan saya, Alia. Saya nggak pernah bermaksud menghancurkan pernikahan kalian." Dewi menjelaskan, mendengar suaranya yang bersalah membuatku semakin bersyukur. Bersyukur tahu segalanya.

"Terima kasih Mbak Dewi, berkat Mbak saya terlepas dari seorang laki-laki pendusta. Saya terselamatkan." Aku berucap pelan.

Mbak Dewi tersenyum tulus padaku seperti pada adik sendiri. Aku mengambil napas pelan dan bernapas lega.

"Mbak Dewi bersedia menjadi saksi di persidangan cerai saya?" tanyaku langsung.

"InsyaAllah, saya juga ingin menggugat cerai setelah ini."


Aku mengangguk. Jika ini akhirnya, aku akan tetap bersyukur, walau luka yang Mas Asry torehkan begitu dalam. Dia pendusta ulung yang sangat biadab dalam hidupku dan Mbak Dewi.





______________

24. Aya nurul_cahaya

"Ayo jawab Mas!" Alia menguncang-guncangkan lengan suaminya yang masih betah diam menunduk. Hatinya sangat diliputi rasa penasaran, dan sesungguhnya perempuan dua puluh lima tahun itu shok atas ucapan wanita bercadar di depannya yang mengaku sebagai Dewi. "Sudah seminggu kita menikah, jujurlah Mas."
Arsaya memejamkan matanya erat-erat, tak lama kemudian Ustad itu mengedarkan pandangan kepada dua wanita di depannya. Sejenak ia menghembuskan napas dalam-dalam, kemudian sedikit merapikan peci kebesarannya sebelum akhirnya berucap. "Dik Alia benar-benar mau mendengarkan penjelasan Mas?"
Dengan cepat gadis berjilbab ungu itu mengangguk.
"Dewi sebenarnya memang istriku, tapi itu dulu, lebih dari dua tahun lalu.."
Alia langsung berdiri dari tempat duduknya, dengan sebelah tangan memegangi dadanya yang kian bergemuruh. "Kenapa kamu tidak memberitahuku dari awal Mas?! Kenapa kau tega membohongiku, kau seorang Ustad yang terpandang dan menjadi panutan orang-orang, kenapa kau ucapkan akad itu jika akhirnya menyakitiku seperti ini?!"
"Dik, tidak begitu, kalau secara agama sebenarnya aku dan Dik Dewi sudah berpisah karena sudah tidak bersama dalam satu atap bahkan lebih dari dua tahun. Kukira Dewi sudah benar-benar pergi meninggalkanku. Aku tidak mengurus surat cerai karena itu juga buat apa, toh Dewi menghilang. Sampai aku menemukanmu dan aku ingin menikahimu, katakan, apa aku salah Dik mencintaimu?"
"Tentu. Seharusnya kau tak menikahiku Mas jika kau masih memiliki istri!" Terlihat Alia masih sangat dikuasai deburan amarah kekecewatan terhadap suaminya.
"Aku sudah ingin memberitahumu, tetapi belum sempat kuberitahu, Dewi sudah datang ke sini dan memberitahukan semuanya."
Gadis berjilbab ungu itu mengalihkan pandangannya, tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya. Tanpa sengaja matanya bertemu dengan mata teduh dibalik cadar hitam Dewi. Sungguh, ia marah bukan karena Dewi, melainkan marah pada dirinya sendiri yang telah merengut kebahagiaan wanita lain.
Perlahan Dewi mendekat, tangannya mengenggam tangan Alia. Pandangan lembutnya mengunci, seakan tak membiarkan wanita di depannya melihat ke arah lain. "Dik, semua yang dikatakan Mas Arsaya itu benar, sesungguhnya dalam agama, kita memang sudah tidak berstatus suami istri karena terlalu lama tidak satu atap dan tidak menjalankan kewajiban masing-masing. Waktu itu ketika umroh, pesawat yang kita tumpangi mengalami musibah, dan aku hilang di belahan bumi dekat arab sana. Aku berusaha bertahan hidup, tetapi tidak ada tim yang menemukan keberadaanku." Dewi berhenti sejenak menatap Alia yang terlihat serius mendengarkan.
"Dengan kebesaran Allah, ada seseorang yang menolongku. Dan beliau dengan baik hati mau memperkerjakan dan mengajiku, dari situ aku menabung sedikit demi sedikit agar bisa kembali ke sini."
Tak terasa butiran bening menetes dari pelupuk matanya ketika mendengar kisah itu dari gadis anggun bercadar hitam di depannya, ia semakin bingung harus berbuat apa. Meminta bercerai atau tetap berbahagia di atas penderitaan saudarinya itu.
"Aku-aku tidak mau menyakitimu dengan bahagia di atas penderitaanmu Mbak, atau akan sebaiknya kalau aku pergi dari kehidupan kalian."
"Dik, hati-hati kalau bicara, Mas tidak suka adik bicara sembarangan seperti itu."
"Alia, kamu jangan pernah berpikiran seperti itu.." Dewi memeluk Alia erat kemudian melepaskannya. "Atas restu Allah, Mbak rela dimadu, mbak tahu kamu wanita baik. Kamu tetap mau 'kan bersama Mas Arsaya?"
"Tapi mbak."
"Percayalah Alia, Mbak ikhlas." Senyum teduh Dewi menentramkan hatinya, dengan iringan airmata dan senyum simpul, Alia mengangguk.
Melihat Dewi dan Alia yang tengah berpelukan, airmata bahagia Arsaya turut menetes. "Terimakasih ya Dik Dewi dan Dik Alia, kalian wanita yang hebat. Kalau begitu, besok kita akan adakan jumpa pers, sekalian kita lakukan akad nikah ulang Dik Dewi."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro