Bab 9

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Liburan adalah salah satu kegiatan yang tidak bisa dilakukan karena pandemi ini yang ada hanyalah rebahan dan rebahan. Pagi, siang dan malam diisi dengan rebahan hingga rebahan menjadi sesuatu yang melelahkan.

Seza bukannya tipe orang yang liburan setiap bulan, karena tentu dia harus berhemat, penghasilannya kan harus dibagi-bagi. Namun, dia selalu menyisihkan uang untuk liburan. Dia butuh melarikan diri dari penatnya kehidupan. Sekadar menghabiskan waktu di Lembang atau bahkan menikmati vitamin sea di kepulauan seribu. Namun, gara-gara corona, semua orang dipaksa diam di rumah.

Bukan hanya karena masalah pandemi yang mengharuskan untuk menjaga jarak, tetapi untuk pekerja sepertinya yang mengalami PHK tidak lagi memikirkan liburan, sudah bisa makan saja dia bersyukur. Jujur saja Seza kangen sekali liburan, terakhir kali dia ke Malang bersama Indri. Mereka berdua nekat naik kereta, padahal belum pernah ke Surabaya atau Malang sebelumnya. Rencananya tahun ini mereka ingin ke Bromo, tetapi rencana itu batal karena uang liburannya terpakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Indri sih jauh lebih beruntung dari Seza. Anak itu lahir dari keluarga yang berkecukupan, Indri juga bekerja di perusahaan negara sebagai seorang IT, dia tidak terkena PHK walaupun tetap harus merasakan work from home. Keseluruhan Indri jauh lebih beruntung darinya.

Hari ini Seza yang sedang tidak bekerja kembali melakukan rutinitas di rumahnya seperti biasa yaitu rebahan. Sambil mengawasi adiknya yang belajar di laptop Seza membuka-buka akun sosial medianya. Seza kaget ketika ada yang mengikutinya di Instagram. Rama Pratama.

Seza menghela napas lalu mengabaikan permintaan Rama itu, kemudian dia mencoba menghubungi Indri. Untungnya sahabatnya itu sedang WFH dan sedang tidak terlalu sibuk, sehingga bisa mendengarkan curhatannya.

"Rama? Rama kakak tingkat lo yang dulu ngejer-ngejer lo itu?" sahut Indri begitu Seza menyebut nama Rama.

"Iya."

"Astaga, kayaknya dia masih suka lo deh."

"Hm... tahu deh. Gue risih."

"Yaelah, emang dia ngapain lo? Cuma berusaha deket doang kan?

Seza tidak tahu kenapa dia tidak suka dengan cara pendekatan Rama. Dulu laki-laki itu memang berusaha mendekati Seza, dari mulai mengajak Seza kenalan, meminta nomor ponselnya, sampai mengajak jalan. Tidak ada yang salah dengan cara Rama di awal-awal, namun saat mereka kenal dan cukup dekat, Seza merasakan ketidak nyamanan saat bersama Rama. Laki-laki itu cenderung posesif, harus mengabarinya lima kali sehari, 'udah kayak panggilan salat aja' keluh Seza waktu itu.

Seza juga tidak boleh dekat dengan laki-laki lain, even itu teman sekelasnya. Padahal mereka sama sekali tidak memiliki hubungan apapun. Makanya Seza memutuskan untuk menghindari Rama, untungnya saat itu Rama sudah lulus, jadi dia tidak perlu mengendap-endap di kampus karena menghindarinya.

"Cara dia deketin gue tub aneh, gue nggak suka," seru Seza.

"Iya iya gue ngerti. Gak usah diladenin lah. Eh, gimana Mas Deva? Udah keluar hasil lab-nya?"

"Besok lusa katanya. Kasian juga dia, gak bisa ke mana-mana. Cuma bisa nonton Netflix sambil ngabisin stok makanan," ujarnya.

"Lo masih tiap hari ngirimin Mas Deva makanan?"

"Iyalah, kalau nggak dia mau makan apa? Bisa Go-Food sih sebenernya. Tapi dia bilang lebih suka masakan gue."

Indri tertawa. "Gila-gila, bisa-bisa kena pelet masakan lo nih Mas Deva. Eh, orangnya ganteng kan?"

"Nggak tahu, orang gue nggak pernah lihat mukanya."

"Really? Lo udah kerja lebih dari sebulan."

Seza mengembuskan napas pelan. "Nggak papa sih, gue lebih nyaman interaksi sama dia begini daripada ketemu langsung. Gue bisa ngomong tanpa canggung sama dia."

"Yaaa serah lo deh. Ibu masih belum tahu lo kerja sama Mas Deva?"

Seza langsung beranjak dari kursinya, agar Salma tidak bisa mendengar jawabannya. "Gue belum berani jujur. Takut disuruh berhenti. Gue masih butuh banget kerjaan ini."

"Iya sih, selama Ibu nggak curiga ya berarti aman."

"Iya semoga aman terus sampe gue ketemu kerjaan lain."

Selanjutanya mereka membahas tentang kapan keduanya bisa bertemu, Indri menebak-nebak bagaimana reaksi Seza saat melihat Mas Deva yang katanya ganteng ampun-ampunan itu. Sebagai seorang perempuan yang cuek pada lawan jenis, Seza yakin responsnya pasti biasa-biasa saja. Namun, Indri masih bersikeras kalau Seza pasti terpesona oleh Deva.

*****

Dokter Deva : Bosen ya di rumah.

Pesan itu dikirimkan oleh Deva lima belas menit yang lalu. Seza membacanya sambil tersenyum lalu mengetikkan balasan pada majikannya itu.

Seza : Saya juga bosen Dok. Capek pinggang saya rebahan mulu. Saya udah rebahan hampir 6 bulan lho, Dok. Dapet kerjaan, eh sekarang malah libur lagi.

Dokter Deva : 😂😂😂
Serius kamu cuma rebahan aja selama gak kerja?

Seza : Makan juga dok, kalau rebahan doang saya mati dong.

Dokter Deva : Jadi makan dan rebahan aja?

Seza : Makan, rebahan, ke kamar mandi, rebahan lagi, makan lagi. Oh ya saya juga nonton drakor, Dok. Bayangin Dok saya yang gak suka drakor jadi hatam drakor terbaru gara-gara corona ini

Dokter Deva : 🤣🤣🤣
Emangnya kamu nonton apa aja?

Seza : Mulai dari tentara korut yang cakepnya ampun-ampunan sampai perawat RSJ yang sama ganteng juga. Saya baru tahu kenapa temen saya suka drama Korea. Cowoknya cakep-cakep banget Dok.

Dokter Deva : Masa sih? Menurut saya biasa aja.

Seza : Yeee dokter kan cowok. Masa iya muji-muji cowok juga. Tapi saya yakin dokter juga suka sama cewek Korea. Nih ya saya kirimin fotonya.

Seza mengirimkan salah satu foto aktris Korea yang sedang menjadi perbincangan penikmat drama Korea.

Seza : Malu saya sama pinggang dia.

Dokter Deva : Kenapa malu?

Seza : Pinggangnya kecil banget, kayaknya gedean leher saya. Kayaknya ini orang nggak tahu enaknya nasi uduk kali ya, Dok.

Dokter Deva : Hahaha. Kamu kan juga imut.

Seza : Saya pendek dan bantet Dok, jangan diperhalus 🙁

Dokter Deva : Masa sih?

Seza : Yaahh gak percaya amat.

Dokter Deva : Nggak percaya. Kita ketemu aja biar saya bisa lihat apa bener kamu bantet.

Entah kenapa Seza merasakan perutnya terasa geli membaca balasan dari Deva itu. "Dia mau ketemu gue?" gumamnya. Belum sempat Seza membalas pesan Deva, laki-laki itu kembali mengirimkannya pesan.

Dokter Deva : Kalau hasil lab saya negatif, kita ketemu besok lusa ya.

******

Happy reading

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro