GOB-026

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mungkin memang butuh bertahun-tahun untuk menguji kesetiaan. Aku meragukan Taehyung menyukaiku. Aku ragu setiap hal yang ia lakukan adalah benar, padaku.

Katakan, aku yang bodoh dan tidak tahu malu. Aku menjauhinya dulu karena aku tidak menyukai fisiknya. Tapi, pikirkan kembali, selabil apa anak pubertas waktu itu? Aku masih terlalu muda dan tidak tahu apa arti mencintai lawan jenis.

Cih, aku tidak percaya ini. Pada akhirnya, aku melakukan apa yang orang dewasa berbeda jenis biasa lakukan. Aku sudah bukan remaja labil lagi. Aku sudah besar dan cukup tahu apa arti berciuman.

Hei, ini Seoul, kan?

Kota besar di suatu negara penganut paham liberalisme. Kami, siapa pun, hidup bebas di sini. Jadi, berciuman untuk orang yang tidak saling menyukai pun menjadi hal yang wajar ditemui. Cukup masuk akal.

Ah, tapi apa yang terus berputar di kepalaku saat ini?

Tiap detik, aku menolak rencana Taehyung untuk menyerah mendapatkanku. Aku ingin dia terus berjuang, aku tak ingin dia lelah. Apakah yang aku lakukan ini benar?

Aku menahannya tanpa aku sadar. Membuat diriku terperangkap padanya. Membuat diriku—mungkin—suatu saat jatuh padanya. Atau, aku memang sudah jatuh?

"Sohyun?"

"I-iya? Iya? Kenapa?"

"Harusnya aku yang bertanya, apa yang kamu lakukan di sini pagi-pagi?"

Aku membuka mataku, terbangun dari lamunan singkat. Untuk beberapa detik aku masih merasa linglung dengan diriku sendiri. Kemudian, aku sungguh tersadarkan. APA YANG AKU LAKUKAN PAGI-PAGI DI DEPAN KAMAR TAEHYUNG?! Dengan piyama kuning bergambar bebek dan penampilan yang berantakan?

Bodohnya aku ....

"Eum ... aku hanya ... lewat. Haha, iya. Ke-ke dapur. Ke sana, ya sudah ya. Daa," jawabku terbata-bata.

Kuharap dia tidak memperhatikan kegugupanku.

"Tunggu," cegahnya. Tanganku dicekal oleh Taehyung, memaksaku untuk berhenti dan berbalik menatapnya.

Ah, bibirnya. Kami kemarin berciuman, kan? Aku harap itu cuma mimpi.

"Mau pergi begitu saja? Tidak ingat semalam?"

"Apa??"

"Ayo."

"Ke mana?"

"Katanya ke dapur. Aku ikut."

"Apa yang kamu lakukan ke dapur sepagi ini?"

Taehyung menangkup wajahku dengan sedikit menyunggingkan senyum. Aku bisa melihat deretan gigi-giginya yang mungil.

"Memperhatikanmu."

Wah, gila! Anak ini benar-benar! Bagaimana dia bisa mengatakan hal sekonyol itu dengan ekspresi muka tanpa dosa?

Auh, menyebalkan. Begini saja bikin jantung orang tidak bisa tenang!

"Hahaha, lucu sekali."

"Apa yang lucu? Bukankah kemarin kamu bilang supaya aku jangan menyerah?"

"Kapan?"

Taehyung mengedipkan matanya, sorotnya semakin dalam. Apa aku salah bilang?

Aku mencoba mengalihkan pandangan. Ya Tuhan, dia mengerikan.

"Kim Sohyun, kamu mau aku ingatkan?"

"Hm?"

"Semua yang kamu katakan semalam, aku bisa bantu mengingatkan."

Lagi, sorotnya semakin diperdalam. Kedua bola matanya gelap di bawah lampu yang remang-remang. Aku meneguk ludahku ketika menyadari jarak kami semakin dekat.

Tidak bisa! Ini terlalu cepat, terlalu cepat untukku menerimanya!

Bukan berarti rasa cintanya tidak terlihat cukup besar di mataku, hanya saja ... aku belum tahu apa yang hatiku sebenarnya ingin.

"Kalian lagi apa?"

Aku dan Taehyung menengok bersamaan. Di sana, berdiri Eunwoo yang tampaknya baru keluar dari kamar. Rambutnya agak berantakan. Ia mengenakan kaos hitam lengan pendek dengan celana selutut berwarna abu-abu. Ia baru saja bangun tidur, bisa kutebak.

"Tidak, aku hanya mau ke kamar mandi dan kami berpapasan."

"Baguslah," respon Eunwoo singkat terhadap jawaban Taehyung.

Untung Sunbae datang....

***

"Hei, hei, hei! Lihat! Dia seperti ini lagi! Keterlaluan! Apa kau tidak bisa tersenyum saat sedang bersama kedua sahabatmu? Kami ini apa? Angin lalu? Rumput yang bergoyang?"

"Kami di sini, Sohyun! Kalau kau ada masalah, tolong jangan dipendam. Astaga...."

Aku menutup kedua telingaku. Seperti yang kuprediksikan, as always, Kim Yoojung. Dia gadis yang sangat heboh dan cerewet.

"Sohyun, kali ini aku setuju dengannya."

"Lihat? Saeron mendukungku. Ayo, ayo! Cerita, ada masalah apa, huh?"

"Oke, tapi janji, terutama kau Yoojung, jangan merespon terlalu berlebihan. Jangan teriak-teriak, jangan terlalu ekspresif, dan yang paling penting ... jangan sebarkan ini ke siapa-siapa."

"Siap! Ayolah, cerita. Udah nggak tahan nih pingin dengerin!"

"Mereka semua menyukaiku."

"APA?! WAAHH!!! SERIUS?? MAKSUDNYA, MEREKA NEMBAK KAMU?"

"Hah, baru saja aku bilang jangan berlebihan," gumamku tapi tak didengar oleh siapa pun.

"Woah, aku sudah menduganya. Kau, diincar oleh mereka."

"By the way, mereka ... mereka siapa? Kok aku nggak paham apa yang kalian bicarakan."

"Yoojung!!" pekikku dan Saeron berbarengan.

"Mereka, siapa lagi menurutmu? Kupikir kau paham maksudku. Aish!"

"Oh My God! Maksudnya, cowok-cowok ganteng yang tinggal serumah denganmu? Apa benar mereka?"

"Iya, Yoojung-ku yang manis."

"Aku nggak nyangka!"

"Sepertinya kali ini aku salah mengira. Padahal, kamu yang lebih awal mempunyai feeling kalau para cowok itu suka sama Sohyun."

"Benarkah?? Hmm, aku hanya bermain dengan hal yang menurutku menyenangkan," timpal Yoojung enteng.

"Sudahlah, aku harus pergi teman-teman."

"Eh, mau ke mana?"

"Ini," kataku sambil menunjukkan sebuah buku dari dalam tas.

"Anak yang katanya sedang pertukaran pelajar ke Jepang itu benar-benar mengesalkan! Dia pergi nggak bilang-bilang. Saat batang hidungnya nggak ada pun, dia tetap menyusahkanku dengan berbagai alasan. Aku harus mengembalikan buku yang dia pinjam ke perpustakaan pusat."

"Ohoo ... sepertinya Yeonjun sudah merencanakannya sejak awal," sahut Yoojung yang tidak aku mengerti.

"Menurutku juga."

"Kalian ini bicara apa, sih?"

***

Yeonjun tidak punya malu. Bisa-bisanya dia menyuruhku datang seorang diri ke perpustakaan untuk melaksanakan kewajibannya?

Kalau saja perpustakaan hanya lima jengkal dari fakultasku, aku tidak masalah. Tapi, ini jauh sekali astaga. Kakiku rasanya mau patah karena harus berjalan sekitar 1,5 km di area kampus. Napasku terengah-engah, beruntung hari ini cuacanya tak begitu panas.

Dan yah, aku sampai!

"Huh ... akhirnya, berjalan 15 menit rasanya sudah seperti menempuh seribu tahun. Apa ini penuaan dini? No! Mulai sekarang aku akan rajin minum vitamin dan berolahraga agar aku tidak cepat menua."

Aku mulai bergerak menuju pintu masuk yang otomatis. Udara dari Air Conditioner langsung menerpaku. Sejuk. Seandainya ini musim dingin, mungkin mereka tak akan perlu menggunakan AC. Baguslah, aku hanya tinggal menyerahkan buku ini ke petugas lalu beristirahat sebentar dan pulang ke rumah.

"Ohh, bagaimana dia bisa setampan itu?"

"Dia cuma berdiri dan membalik halaman bukunya, tapi ... itu sangat seksi."

"Lihat. Penampilannya sangat rapi, matanya ketika sedang fokus benar-benar membuatku meleleh."

"Tidak-tidak, perhatikan lengannya! Aku bisa lihat urat-urat nadinya, mereka terdengar seolah menyebut-nyebut namaku!"

"Tidak! Bukan mata, dan bukan lengannya, tapi ... dia sungguh sempurna secara total! Semua yang ada di tubuhnya begitu mengesankan!"

"Hehe, tidak heran. Dia memang ambassador kita semua."

Aish, dasar penggosip!

Aku mengikuti arah pandang keempat perempuan yang tengah berbisik dengan kencang itu. Dan di sanalah seorang Kim Taehyung sedang berdiri dan tebar pesona.

Memuakkan sekali mereka!

Aku berjalan dengan langkah lebar dan tempo yang cepat. Kuhampiri Taehyung, kemudian kurebut buku dari tangannya dan kubuang begitu saja ke lantai.

Aku melirik dengan tajam keempat perempuan yang sempat tercengang itu.

Heh, lihat, aku mengacaukan pemandangan indah kalian! Haha.

"Sohyun? Kamu di sini?"

"Apa yang kau lakukan sebenarnya, hah?!"

"Tunggu, kenapa marah-marah?"

"Mau coba tebar pesona?? Lain kali jangan baca buku sambil berdiri! Pakai jas sekolahmu, tutup kedua lenganmu dengan itu! Juga, ck, ada apa dengan kedua matamu itu sih?? Bisakah kau menatap buku dengan biasa saja??"

"Sohyun, kamu ini bicara apa?"

"Jangan pura-pura nggak tahu!!"

Aku berteriak-teriak tak jelas, aku berdiri di sini—di tempat yang jarang kukunjungi—dan membuat onar seakan aku pandai mengatur segala hal.

Aku bukan siapa-siapa. Aku hanyalah seorang Kim Sohyun yang terkenal punya fobia. Aku hanya seorang gadis yang dulu dipuji kecantikannya, dan sekarang, semuanya pudar berkat aibku yang terbongkar. Tapi aku tidak pedulikan hal itu! Yang membuatku kesal hanya satu hal, bagaimana Kim Taehyung bisa bertingkah menjadi cowok paling rupawan di hadapan para gadis itu?? Dan ini sungguh mengganggu perasaanku.

"Jangan-jangan," kata Taehyung terputus.

"Kim Sohyun, apa kamu cemburu?"

"Hah? A-a ...."

Mulutku gemetar. Aku ingin menjawab "tidak" tapi rasanya ada sesuatu yang mengganjal. Aku ingin mengelak, tapi bahkan aku lupa kalimat apa yang ingin kusampaikan.

"Aku, hei! Jangan salah paham! Aku tidak cemburu, tidak akan pernah!"

"Kamu tahu, masih banyak yang coba untuk mendapatkanku, untuk apa aku hanya terfokus padamu? Kamu kan-"

"Kamu cemburu, Sohyun. Cem-bu-ru."

"Jangan asal ngomong, aku cuma-"

Ya Tuhan! Ini terjadi lagi!





"Kyaaa!! Apa-apaan ini?!!"

"Cewek itu!!"

"Tolong jangan lakukan ini pada kami, Taehyung!!"

"Hyaa!! Hatiku benar-benar retak!!"











Suara mereka yang berisik perlahan mulai tersamar. Kepalaku hening, tubuhku kaku. Tanganku mengepal saking terkejutnya diriku.

Kim Taehyung, bagaimana kamu bisa menciumku di hadapan semua orang?











Tbc.

Ahay..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro