On Fire

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dering alarm mengusik tidur Keana. Dengan malas dia meraba nakas, berusaha menemukan benda yang terus berbunyi. Setelah dapat, segera dia matikan lalu menguap.  Matanya perlahan terbuka dan langsung disambut cahaya yang berhasil menembus gorden. Perempuan itu bergerak pelan, berniat turun dari ranjang. Namun, gagal ketika Glenn semakin mengetatkan pelukannya.

“Ini weekend. Jangan turun dari ranjang. Aku masih ingin bersamamu,” pinta Glenn dengan suara serak khas baru bangun. Laki-laki itu asyik menenggelamkan wajah di ceruk leher sang istri. Sebuah tempat yang sangat nyaman baginya semenjak menikah.

Mau tak mau bibir Keana tertarik. Dia lalu mengusap lembut kepala Glenn. Bayang-bayang permainan panas mereka semalam kembali terbayang. Glenn tak memberi Keana kesempatan untuk keluar kamar, juga tidak mengizinkan Keana memakai pakaiannya. Ya, perempuan itu telanjang semalaman. Bahkan, untuk makan pun Glenn sendiri yang membawakan ke kamar.

“Tulangku terasa remuk, Glenn. Kau sangat bersemangat semalam.”

“Ayolah, Sayang. Kau juga suka, bukan? Aku lihat ekspresi wajahmu setiap akan orgasme. Sangat bergairah, Keana.”

Semburat merah menjalari pipi Keana. Bagaimana Glenn bisa membicarakan hal intim seperti itu di pagi hari? Membuat Keana menahan senyum agar malunya tak bertambah.

“Berhenti menggodaku, Glenn,” desis Keana.

“Apa aku harus merekam adegan percintaan kita, agar kau juga bisa lihat bagaimana bergairahnya kau saat mendesah dan memanggilku lantang?”

Rasanya Keana ingin menghilang sejenak saja dari bumi. Glenn sungguh pandai membuat perempuan itu malu tak terkira. Tanpa direkam pun, Keana ingat setiap kali Glenn membawanya mencapai gelombang kenikmatan.

“Ahhh, Glenn! Glenn! Ahh!”

Keana menggeleng berkali-kali, mengusir bayangan gila yang berlarian di benaknya. Sementara, Glenn menahan senyum saat tahu apa yang dilakukan sang istri.

“Glenn, kau berutang penjelasan padaku.”

Setelah menetralkan diri dari malu, Keana akhirnya bersuara. Dia menginginkan penjelasan perihal hubungan Glenn dengan Christie. Walaupun laki-laki itu tidak mencintainya, tapi bagi Keana harus ada keterbukaan di antara mereka. Dan Keana pun tak salah, mengingat posisinya sebagai Nyonya Abhivandya.

Katakan saja sekarang agak terlambat untuk meminta penjelasan. Bukankah mereka sudah berdamai dan bercinta sepanjang malam? Namun, tetap saja perempuan itu menginginkan kejelasan hubungan suaminya dengan Christie.

Membuang napas sejenak, Glenn lalu mengubah posisi jadi setengah duduk dengan disangga bantal. Setengah bagian tubuh laki-laki itu juga tak lagi tertutup selimut. Cukup menyihir mata Keana yang memandang takjub suaminya.

“Kemarilah, akan aku ceritakan.”

Keana yang tadi mendongak, menuruti perintah Glenn. Dia bersandar pada dada suaminya, sedangkan tangannya ada di kotak-kotak perut Glenn. Sesaat mata laki-laki itu terpejam, lalu memeluk lembut tubuh Keana dengan satu tangan.

“Kau harus berjanji padaku, tidak ada adegan marah-marah ketika aku menjelaskan segalanya.”

“Apa kau takut harus menenangkan singa yang mengamuk?”

Keana menahan senyumnya. Ya, akhir-akhir ini perempuan itu memang sering tak terkendali. Suka berbuat apa saja tanpa harus menahan diri. Seakan menghilangkan ingatan dari perjanjian yang pernah ditandatangani bersama Glenn. Dan bagusnya ... Glenn juga membiarkan itu semua terjadi. Membuat keberanian Keana terus bertambah untuk tidak melenyapkan rasanya pada Glenn.

“Ya. Aku terlalu lelah untuk memuaskanmu semalam, Keana. Tidak ada tenaga lagi untuk berdebat.”

Ck! Kau jadi bercerita atau tidak?” tanya Keana kesal.

“Tentu saja jadi.”

Glenn terdiam sejenak. Berusaha menahan tawa agar tak pecah, karena berhasil menggoda istrinya. Entah apa alasan pastinya, Glenn seperti jadi pribadi yang berbeda jika di dekat sang istri. Laki-laki itu lebih sering tersenyum dan tertawa jika mengobrol dengan Keana. Ya, perempuan itu telah memberi warna baru di hidup suaminya. Kehadirannya yang secara mendadak telah jadi sebuah keberuntungan bagi Glenn.

“Kau harus tahu, aku dan Christie dulu memang pernah bersama.”

Deg!

Jantung Keana tersentak, hingga detakkannya sedikit lebih cepat. Namun, perempuan itu membungkam mulut. Dia tak akan protes atau marah-marah. Karena yang Keana ingat, ini adalah kali pertama Glenn bercerita tentang hidupnya. Laki-laki itu tak pernah membagi apa pun dengan Keana. Dan sekarang ketika ada kesempatan bagus untuk tahu lebih banyak tentang suaminya, Keana tak akan menyia-nyiakan begitu saja. Lagi pula ... Keana harus sedikit sadar diri. Karena, Glenn pun tidak mempermasalahkan Keana yang mulai banyak menuntut tentang hubungan mereka.

“Kami berakhir lima tahun lalu. Dia meninggalkanku, tanpa alasan pasti. Lalu dia kembali, mengaku melahirkan anak yang berasal dari benihku.”

Keana mengetatkan pelukannya di pinggang Glenn dan disadari oleh laki-laki itu. Glenn pun mengusap lembut tangan istrinya. Ada luka kecil yang tertoreh di hati Keana mendengar pengakuan Glenn. Juga ada rasa takut kehilangan suaminya. Takut-takut kalau suatu hari Glenn meninggalkan dirinya ketika punya anak dari perempuan lain.

Perasaan itu sudah berkuasa di hati Keana. Segenap jiwanya telah terikat dengan Glenn. Sampai-sampai rasanya Keana tidak sanggup untuk sekadar membayangkan Glenn bersama perempuan lain. Ya, bisa dibilang Keana cukup egois. Namun, bukankah Glenn yang memberinya kesempatan untuk menjadi ratu?

“Tapi, aku tidak semudah itu untuk ditipu. Aku sudah mendapatkan bukti valid tentang pengkhianatannya dan kebenaran tentang anak itu. Dia hanya ingin uangku. Jadi, jangan pernah berpikir bisa berpisah dariku dengan alasan aku membohongimu, Keana.”

Seperti hujan yang meniadakan sisa api kebakaran, hati Keana tak lagi terlahap cemburu. Ketenangan meliuk-liuk di labirin hatinya. Menebarkan kedamaian pada setiap sudut. Seharusnya tak ada lagi yang membuat perempuan itu khawatir. Segala tanya dan keraguannya sudah terjawab. Dan Glenn-nya ada di sini, bersamanya menyambut pagi.

Terkadang, hati memang bisa jadi berlebihan saat dia yang tercinta terlihat bersama yang lain. Padahal, semestinya persoalan itu bisa ditangani baik-baik tanpa harus menguras tenaga. Sama seperti Keana, dengan tergesa-gesa dia pergi dari perusahaan Glenn kemarin. Pergi membawa luka tanpa mau duduk sebentar untuk menanti pernyataan dari suaminya. Sehingga, salah paham yang menimbulkan sakit hati menyiksanya selama berjam-jam. Pikiran-pikiran buruk berlarian di benaknya mengingat Christie dan Glenn memiliki anak.

“Glenn, apa alasanmu tidak mau berpisah dariku?”

Usapan Glenn di tangan Keana terhenti. Beberapa saat lidahnya kelu untuk sekadar memberi jawaban asal. Sementara, otaknya bekerja mencari alasan sesungguhnya. Sayangnya, dia tak tahu pasti. Yang Glenn mengerti, pernikahannya bukan main-main. Tidak semudah berkedip untuk memutuskan ikatan yang telah terjalin. Walaupun hanya di atas kertas. Dan ya, dia menikmati tubuh Keana. Jadi ... untuk apa melepaskan perempuan itu meski tujuan awal Glenn menikah dengannya sudah tercapai?

Berpikir sekian menit, kini Glenn mengerti. Untuk tetap bersama dengan seseorang, tak perlu memerlukan alasan khusus. Hidup memang selalu memerlukan orang lain. Maka, dengan Keana yang telah resmi jadi miliknya, tentu Glenn tidak akan begitu saja merelakan kepergiannya. Terlepas dari perasaan gamang Glenn, dia akan tetap menjaga Keana. Setidaknya ... sampai dia bosan, mungkin.

Laki-laki itu sedikit mendorong tubuh Keana, agar mereka bisa bertatapan. Diusapnya wajah polos tanpa riasan dengan sepasang mata indah yang telah memesonakan dirinya. Glenn mengamati dengan baik bagaimana istrinya tersenyum tulus dan berkedip pelan untuk membalas sentuhannya. Waktu seakan membeku ketika tanpa terduga, Keana mengecup bibir sang suami. Sebuah inisiatif yang mampu membuat Glenn terperangah. Sementara, Keana tersenyum malu dan menunduk saat Glenn hendak mencium balik perempuan itu.

Dalam debar yang selalu dia rasakan setiap bersama Glenn, Keana hanya berharap kesenangannya ini tak akan cepat berakhir. Atau jika dia bisa meminta, dia ingin semuanya tidak pernah berakhir. Senyumnya bersama Glenn, tawanya, keintiman mereka, dan semua yang dia rasakan bersama laki-laki gagah itu. Keana ingin memiliki Glenn, selamanya.

“Hei, kau sudah berani memulainya, Keana.”

Suara Glenn terdengar menggoda. Dia juga sengaja menaikkan wajah istrinya agar bisa melihat bagaimana rona di pipi itu. Dan saat mata mereka kembali beradu, Glenn mengusap bibir Keana pelan. Lalu mengecup penuh rasa yang dia sendiri pun tak memahami. Kecupan yang berlanjut jadi ciuman bergairah ditambah sentuhan lain pada tubuh. Lagi-lagi Keana tak bisa menolak pesona Glenn. Dia membiarkan dirinya hanyut terbawa arus yang dikendalikan oleh Glenn.

Pagi hari ditambah aktivitas panas di ranjang, sungguh perpaduan yang sempurna. Gairah mereka seakan tak pernah padam. Selalu dan selalu saja bergelora.

🍂🍂🍂

Keana cemberut di depan cermin, merasa kesal karena dada sampai lehernya penuh oleh tanda merah. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Glenn? Dan karena tanda yang merata itu, Keana harus menggunakan dress tertutup sampai ke lengan. Mana mungkin dia akan memakai dress model bahu terbuka. Yang ada, semua keluarga Glenn akan menertawai keliaran suaminya di ranjang, mengingat mereka akan bertemu untuk makan siang bersama hari ini.

Dari tempatnya berdiri, Glenn mengamati Keana dengan menahan senyum. Ekspresi wajah istrinya sangat lucu. Kekanak-kanakan, tapi Glenn suka. Perempuan itu seperti memiliki banyak kejutan. Bisa menempatkan diri harus menjadi anak-anak atau dewasa. Terutama saat mereka di ranjang, Glenn sangat suka memandangi istrinya yang mendesah. Lebih mirip seperti bintang film dewasa dengan lekuk tubuh menawan. Ya, begitu yang Glenn pikirkan. Otak Glenn memang semesum itu.

“Kau sangat liar, Glenn. Lihatlah hasil perbuatanmu,” desis Keana kesal.

Namun, laki-laki itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya memeluk Keana secara tiba-tiba dari belakang. Lalu, meletakkan kepala di bahu sang istri. Mata Glenn terpejam saat merasakan kedamaian itu. Dia ingin hatinya selalu tenang seperti yang dia rasakan sekarang.

“Apa kau berniat mencari perempuan lain, Glenn?”

“Untuk sementara, tidak. Entah nanti jika kau tidak bisa membuatku senang lagi,” jawab Glenn tanpa pikir panjang. Dia masih asyik menikmati nyaman memeluk Keana.

Diam-diam ada ledakan di hati Keana. Dia senang, bahkan sangat senang mendengar jawaban Glenn. Karena yang ada di pikirannya, sang suami sudah tidak berkencan lagi dengan perempuan mana pun. Artinya ... hanya Keana seorang di hidup Glenn. Terlepas dari benar atau tidak, Keana enggan memikirkan. Karena mulai dari sekarang, dia akan percaya apa pun yang Glenn katakan.

“Dan bagaimana jika Christie kembali untuk memohon padamu?”

“Aku hanya perlu mengusirnya.”

“Kalau dia bilang masih mencintaimu?”

Mata Glenn terbuka. Tanpa sengaja dia dan Keana bertatapan melalui cermin di hadapan mereka. Ada gurat penasaran di wajah tirus itu. Juga ada sebuah harapan mendapat jawaban terbaik dari Glenn. Sementara, Glenn memilih kembali memejamkan mata dan mengetatkan pelukannya di pinggang Keana.

“Biarkan saja. Yang jelas aku tidak mencintainya lagi.”

Keana mendesah. Antara lega, tapi juga tidak puas atas jawaban Glenn.

“Lalu ... siapa yang kau cintai?”

Cinta? Glenn bahkan lupa bagaimana rasanya cinta. Selama ini hidupnya dipenuhi oleh pekerjaan dan pekerjaan. Glenn membangun dunianya sendiri tanpa seorang pendamping pasti. Sampai akhirnya malam itu dia bertemu Keana dan ingin menjadikannya pengantin.

“Aku tidak mencintai siapa pun.”

“Mencintaiku juga tidak?”

Keana membalikkan pertanyaan. Dadanya berdebar menunggu jawaban Glenn, sedangkan laki-laki itu mengangkat wajah dan menatap tepat di manik Keana. Bibirnya lalu sedikit tertarik sebelum melepaskan diri dari Keana dan sempat mengecup bahu istrinya sekilas.

“Ya, aku tidak mencintaimu. Tapi, peduli apa pada cinta? Kau tidak memerlukan cinta dariku.”

Seakan ada yang membidik anak panah dengan bagian ujung berisi api dan tepat mengenai jantung Keana. Perempuan itu terpanah oleh pesona Glenn, tapi juga tersakiti oleh sikap laki-laki itu. Rasa yang tumbuh di hatinya memang tak sepatutnya ada. Namun, sekeras apa pun mencoba menghentikan perasaan, jika keinginan hati untuk mencintai lebih kuat, tentu saja akan gagal.

Cinta ... satu kata yang telah menjungkirbalikkan hidup Keana. Semenjak perkenalannya dengan Glenn, dia sadar hati itu tak bisa lagi berpaling. Setiap saat yang dia butuhkan hanya Glenn. Laki-laki itu sang penyelamat dan Keana mencintainya. Akan tetapi, pedih kembali terasa jika mengingat Glenn tidak memiliki rasa yang sama. Padahal, sudah banyak kemesraan yang mereka lewati bersama. Dalam hati Keana menyimpan tanya, tidak bisakah Glenn mencintainya?

Laki-laki itu membalik tubuh. Lalu membuka kotak penyimpanan jam miliknya. Dia memilih jam dengan rantai berwarna hitam dan dipakai di pergelangan tangan kiri. Sementara, Keana menatap tubuh yang membelakanginya sembari mengumpulkan kekuatan.

“Glenn ....”

“Hmmm.”

Glenn tak menoleh Keana. Jadi, Glenn sama sekali tidak melihat ekspresi gugup Keana yang sangat kentara. Dan pada akhirnya, perempuan itu melontarkan kata-kata yang mampu menghentikan waktu untuk sesaat bagi Glenn.

“Aku mencintaimu, Glenn. Aku bukan hanya sekedar jatuh hati biasa. Aku benar-benar mencintaimu.”

Mata Glenn mengerjap perlahan dan automatis tangannya berhenti bekerja. Tubuhnya membeku dengan keadaan lidah kelu. Glenn tidak pernah mengira kalau perasaan istrinya sampai pada tahap setinggi itu. Yang dia pikirkan, saat Keana mengatakan jatuh hati padanya di butik Samantha hanyalah perasaan biasa. Bukan di level sebuah rasa yang membutuhkan dan terikat sepanjang waktu.

Glenn kesusahan menelan liurnya sendiri. Kerongkongannya mendadak seperti terhalang sesuatu yang besar, sedangkan tempo detak jantungnya naik. Glenn mulai terengah, entah karena apa. Namun, dia buru-buru menguasai diri dan membalik tubuh. Ditatapnya Keana yang tengah harap-harap cemas menanti respon sang suami.

“Kita harus pergi sekarang. Keluargaku pasti sudah menunggu kita.”

Lalu Glenn keluar dari walk in closet dan buru-buru menuju tangga untuk mencapai mobilnya. Dia meninggalkan Keana sendiri dan memilih untuk menunggu istrinya di mobil. Glenn memegang erat setir. Otaknya kembali terbayang dengan kata-kata Keana tadi.

Mencintai seseorang, Glenn telah lama melupakan hal itu. Bahkan, dia sendiri yang membuat peraturan jangan pernah bermain hati dalam pernikahan mereka. Namun, mengingat sikap Keana yang telah berani main hati dan berani meminta kesetiaan, Glenn jadi meragukan dirinya sendiri. Apakah dia juga sudah jatuh cinta? Karena Glenn seperti membiarkan Keana mulai berkuasa atas dirinya.

Tidak! Aku tidak jatuh cinta!

Pikiran laki-laki itu memberontak tentang kemungkinan yang tadi hatinya katakan. Dia tidak mencintai Keana. Lalu, perasaan apa namanya yang menjadi dasar segala sikap baik Glenn pada istrinya? Glenn sejak awal memang bermain api. Dan dia belum bisa memastikan, apakah dirinya mulai terbakar.

Pintu mobil yang terbuka mengembalikan fokus Glenn. Segera, dia bertanya apakah Keana sudah siap. Dan mobil langsung meluncur tanpa ada obrolan sepanjang jalan.

Ada banyak hal yang tak selalu bisa diungkapkan dengan kata. Ada juga yang tidak bisa dimengerti meski telah berusaha mengungkapkan dengan tindakan. Seperti hati Keana yang retak. Rasa ini terlalu menyiksanya. Namun sayangnya, dia pun tidak bisa dan tidak mau menghentikan semua. Pernikahan tanpa cinta yang Glenn berikan sejak awal memang berisiko. Keana menyanggupi, tapi sayangnya dia juga terluka.

Mata Keana terpejam dan tanganya menyentuh dada. Di sana, terasa ada detakkan perih yang mengganggu. Keana tak tahu, apa kekurangannya di mata Glenn. Sampai untuk jadi yang Glenn cinta setelah sekian lama bersama, belum bisa.

Apakah di hatinya masih ada Christie, hingga aku tidak bisa masuk ke dalam sana?

Keana bertanya-tanya sendiri. Sesekali dia melirik Glenn yang fokus mengemudi. Ada harapan yang mulai pupus. Namun, ketika Glenn juga melirik sekilas dirinya lengkap dengan sedikit senyuman, Keana kembali terpesona. Matanya takjub pada laki-laki di sebelahnya. Dan telah dia putuskan, dia akan menjaga rasanya, sampai Glenn pun merasakan hal yang sama.

“Kita sepertinya terlambat. Mereka telah sampai lebih dulu,” kata Keana ketika memasuki area rumah Eric. Di garasi samping, sudah terparkir mobil milik Laura dan Albert.

“Tidak masalah. Mereka akan memaklumi kita sebagai pengantin baru.”

Keana hendak menyanggah, tapi saat matanya menangkap mobil lain yang di pelataran rumah, alisnya mengerut. Kini, Glenn parkir di belakang mobil itu. Firasat laki-laki itu mulai tidak enak. Ingatannya masih sangat bagus akan siapa pemilik kendaraan roda empat di depannya.

“Apa Kakek mengundang orang lain?”

Glenn tidak langsung menjawab. Hanya memberi isyarat bagi Keana untuk turun dari mobil. Mungkin ... ini saatnya bagi Keana untuk membuktikan ucapan sang suami. Bahwa, Glenn dan Christie tidak punya hubungan lebih.

Setelah turun dari mobil, Glenn menghampiri Keana dan sengaja mengulurkan tangan. Perempuan itu menyambut riang dengan senyum semringah. Keana tak tahu, kejutan besar apa yang tengah menantinya.

Tiba di teras, Glenn langsung membuka pintu, benar saja yang dia pikirkan. Ada Christie duduk di sofa sana. Langkah Keana terhenti dengan jantung berdetak cepat. Matanya tertuju pada Christie yang tengah menangis. Dan yang lain pun diam. Entah apa saja yang sudah Christie katakan pada keluarga Glenn.

“Ayo!”

Glenn menarik tangan Keana. Laki-laki itu sudah tak sabar menuntaskan parasit seperti Christie. Perempuan itu memang keterlaluan, berani-beraninya mendatangi rumah Eric tanpa sepengetahuan Glenn. Mungkin saja memang tak ada lagi jiwa kemanusiaan pada dirinya. Karena, masih tidak bersyukur dan tidak tahu diri sebab Glenn tidak membunuhnya kemarin.

“Sepertinya kita kedatangan tamu, Kek,” kata Glenn setelah berdiri di sisi sang kakek. Keana masih diam memperhatikan Christie yang tersedu-sedu.

“Christie datang untuk mohon pengampunanmu. Sebenarnya, apa yang telah terjadi beberapa waktu ke belakang?” Eric bertanya santai sembari menatap Christie.

Albert, Laura, dan Charlie masih bungkam. Mereka menunggu Glenn memberi jawaban.

“Jalang sepertimu memang tidak tahu diri,” desis Glenn. Dan setelah itu ponsel Glenn berdering. Segera dia angkat dan tersenyum penuh kemenangan saat seseorang di seberang sana memberi laporan.

“Nyalakan TV-nya, Albert. Sekarang.”

Tanpa bantahan, Albert menyalakan TV.

“Aku harus cari channel apa, Kak?”

Belum terjawab pertanyaan Albert, di TV tengah menyiarkan kabar seorang pendatang model baru yang telah memalsukan identitas. Mempunyai seorang anak di luar nikah dan telah menggunakan cara licik untuk terkenal. Salah satunya dengan mendekati pengusaha kaya Glenn Abhivandya untuk mendongkrak ketenaran.

Ruangan seakan begitu sempit bagi Christie. Dia kesusahan bernapas. Ketakutannya menjadi nyata. Hidupnya benar-benar hancur sekarang. Sementara, yang lain tercengang, termasuk Keana. Ya, Keana tidak menyangka Glenn bisa membuat Christie sehancur itu.

“Tidak salah keluargaku dulu menentang hubunganmu dengan kakakku, Christie. Kau benar-benar murahan.” Albert berkata sinis dengan pandangan jijik pada Christie yang duduk di seberangnya.

“Kau sudah mendapat jawaban langsung. Tidak ada lagi pengampunan untukmu. Pergilah dari sini.”

Eric memberi perintah dengan penuh rasa muak di hatinya. Christie pernah menjadi penyebab retaknya hubungan Glenn dengan ibunya. Eric masih ingat jelas sakit hati mendiang ibu Glenn. Dan hari ini, di rumah besar ini perempuan itu telah membayar sakit hati yang dulu dia buat.

“Glenn, maafkan aku.”

Tanpa terduga, Christie berlutut dan menyentuh kaki Glenn. Keana menggenggam kuat tangan Glenn yang masih bertautan dengannya. Keana resah melihat Christie yang mengiba. Dia takut kalau hati Glenn luluh. Namun, pemikirannya terbantahkan saat Glenn menendang, hingga membuat tangan Christie tidak lagi di kaki itu.

Keana tersenyum lega. Glenn-nya tidak akan luluh oleh sang mantan.

“Glenn, maafkan aku. Tolong jangan hancurkan hidupku.” Christie menunduk dengan sesal yang bergelayut. Niatnya datang ke sini untuk meminta bantuan keluarga Glenn ternyata sia-sia saja. Yang ada, dirinya malah bertambah malu.

“Aku tidak ingin melihatmu lagi. Pergilah sebelum aku membunuhmu di sini.”

Tak mengindahkan ucapan Glenn, Christie tetap memohon dimaafkan. Sampai pada akhirnya Keana gerah melihat drama di hadapannya. Perempuan itu melepas genggaman Glenn dan mendekati Christie. Laki-laki itu tak tahu apa yang akan dilakukan sang istri setelah membuat Christie mendongak.

Plak!

Satu tamparan mendarat di wajah Christie. Dan yang melakukannya tentu saja Keana. Semua orang terkejut, bukan karena sikap kasar Keana. Melainkan, keberaniannya menghadapi  mantan kekasih suaminya. Semua mata terperangah akan aura membara yang keluar dari diri Keana. Tak ada gurat gentar di wajah itu.

Mata Christie membulat. Dia memegang pipinya yang merah. Ditatapnya Keana yang masih menundukkan wajah dengan marah yang luar biasa.

“Berengsek! Berani sekali kau menamparku!”

Tawa sinis Keana terdengar. Lalu disentaknya dagu Christie yang sejak tadi dia pegang erat.

“Itu untuk air mataku kemarin.”

Lalu ....

Plak!

Satu tamparan lagi mendarat di wajah Christie.

“Dan itu untuk mengganggu suamiku juga membuat kami bertengkar kemarin.”

Tak ada yang mampu Christie katakan. Dia terlalu terkejut. Sementara, Glenn tersenyum senang.

Aku tidak salah memilih istri.

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro