Who is She? (a)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jenuh hanya di rumah dari pagi, Keana berinisiatif untuk mengunjungi Glenn di kantor. Bibirnya tertarik sempurna kala membayangkan mereka makan siang bersama. Dia memandangi gedung kantor Glenn yang menjulang tinggi. Di dalam hatinya, perempuan itu tengah kagum dan memuji sang suami. Glenn pekerja keras di usia yang masih terbilang muda. Laki-laki itu paham bagaimana cara bertanggung jawab.

Memasuki area resepsionis, Keana disambut ramah oleh seorang pegawai perempuan. Maksud Keana kemari dipertanyakan.

"Maaf, apa Anda sudah punya janji dengan Tuan Glenn?"

Sejenak Keana terdiam. Dia lupa kalau saat ini hanyalah seorang perempuan biasa. Niatnya untuk bertemu sang pemilik perusahaan, tentu tak akan mudah.

"Hemmm. Bisakah Anda menghubungi Tuan Glenn dan katakan kalau yang ingin menemuinya adalah Keana?"

"Maaf, Nona. Aturan dari perusahaan tidak bisa dilanggar.

Desahan kecewa keluar dari mulut Keana. Tubuhnya membalik dan berniat menuju sofa yang terletak di sudut ruang. Niatnya adalah menghubungi Glenn supaya menjemputnya di lobi. Akan tetapi, saat dia melihat Shine yang baru saja memasuki lobi, Keana memanggil girang.

"Shine!"

Tangan Keana melambai-lambai ke arah Shine. Laki-laki itu langsung berjalan cepat untuk menghampiri Keana.

"Selamat siang, Nyonya. Apa ada hal penting sampai kau datang ke sini?"

"Aku ingin menemui Glenn. Tapi tentu tidak akan bisa melewati resepsionis, karena sebelumnya tidak punya janji dengan Glenn."

Paham maksud Keana, Shine mengatakan supaya Keana menunggu sebentar. Laki-laki berkemeja cokelat muda tersebut menghampiri meja resepsionis. Mengatakan kalau Keana sebenarnya adalah tamu VVIP Glenn. Jadi, tidak masalah jika diizinkan masuk meskipun belum ada janji.

"Silakan, Nyonya. Aku akan mengantarmu."

Dengan semangat Keana mengikuti Shine masuk lift eksekutif menuju lantai ruangan Glenn. Lift berdenting dan terbuka, tampaklah sebuah ruangan yang pintunya tertutup. Di dekat sana, ada seorang perempuan bertubuh ramping yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu di meja.

Sama seperti tadi, Shine mengatakan pada sekretaris Glenn kalau Keana adalah tamu VVIP. Dan begitu mendapat persetujuan, Keana langsung membuka pintu ruangan Glenn serta berucap lantang. Shine yang berada di belakang, merintih dalam hati. Dia lupa, kalau sahabat-sahabat Glenn pasti sudah datang. Dengan gerakan cepat, Shine menutup pintu.

"Istri?!"

Pertanyaan orang-orang di dalam sana membuat Keana terdiam. Keadaan menjadi canggung. Keana merutuki dirinya sendiri. Seharusnya dia tidak seagresif tadi. Namun, hal lain yang membuatnya tercengang adalah melihat wajah-wajah itu di sini.

"Glenn, dia siapamu? Benar-benar istri?"

Jerald bertanya sembari memandang bingung ke arah Glenn dan Keana. Ini sebuah kejutan besar. Bertemu dengan seseorang yang sudah lama tak ada kabar dan kini muncul sebagai istri sahabatnya. Akan tetapi, ada hal lain yang sebenarnya mengusik ketenangan dua saudara kembar itu.

Setelah berhasil mengusir keterkejutannya, Keana melangkah dengan canggung. Digigitnya bibir sebagai tanda dia tengah gugup. Ini tidak seperti yang dia mau. Tidak ada dalam benaknya mengumumkan status pernikahan dengan Glenn melalui cara memalukan seperti ini.

"Hai, Kak Jerald, Kak Jayden. Hai, Sam ...," sapa Keana pelan.

Perempuan bergaun biru muda tanpa bahu tersebut berdiri di dekat Glenn yang tengah memandangnya heran. Laki-laki itu bangkit, lalu melemparkan tatapan tajam penuh tanya ke semua orang yang ada di ruangan. Kecuali Shine yang masih berdiri di dekat pintu.

"Kalian mengenalnya? Bagaimana bisa?"

Mata Glenn begitu tajam. Dia curiga kalau-kalau ternyata Keana pernah memiliki hubungan istimewa dengan sahabatnya.

"Kak Glenn, Keana teman sekolahku dulu. Kami lama tidak bertemu karena dia tidak melanjutkan pendidikan di sini. Kami sahabat dekat dan entah kenapa akhir-akhir ini aku memang tidak bisa menghubunginya. Padahal kami biasanya sering bertukar kabar."

Mendengar penjelasan Samantha, hati Glenn sedikit tenang. Setidaknya dia tidak perlu menyisingkan lengan untuk menghajar salah satu sahabatnya. Glenn tidak akan menerima jika Keana pernah disentuh laki-laki lain.

"Kapan kalian menikah, Glenn? Astaga! Kau sungguh tidak mengabari kami. Benar-benar keterlaluan!" Jerald protes dengan tangan bersedekap.

"Pernikahan mendadak. Akan aku ceritakan kalau sempat," jawab Glenn datar. Lalu, tanpa terduga meraih pinggang Keana dan merapatkan tubuh. Dikecupnya pipi bertabur blush-on tersebut. Sehingga, orang-orang di ruangan tertawa tak percaya.

"Sebuah kejutan kau ada di sini. Apa kau merindukanku?" bisik Glenn. Yang bisa dipastikan hanya didengar oleh Keana.

"Tentu aku merindukanmu, Glenn."

Keduanya jadi pusat perhatian, hingga Jayden memecah keasyikan pasangan tersebut.

"Tolonglah jangan bermesraan di sini. Apa kalian pikir kami adalah patung?"

Glenn berdecak kesal karena kesenangannya diganggu. Namun, Keana memberikan senyum manis sebelum mengambil posisi duduk di sebelah Samantha.

"Kau apa kabar, Keana? Dan kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi sama sekali?"

Samantha refleks memeluk Keana yang ada di sampingnya. Dua sahabat tersebut saling mendekap erat. Menguapkan rindu yang terlalu dalam sebab lamanya terpisah.

"Ponselku hilang. Nanti aku akan memberikanmu nomor baruku," jawab Keana setelah mereka selesai berpelukan.

Perempuan berambut seleher itu mengangguk. Dia tak percaya menemukan Keana di sini. Sebuah kejutan sebab niat awalnya hanya untuk menemui Glenn.

"Tuan Glenn, apa aku harus membelikan makanan? Atau kalian ingin makan siang di luar?" tanya Shine pelan.

"Kami akan makan di luar. Tapi Shine, tolong kau antar Samantha dan Keana lebih dulu ke restoran keluarga kami. Aku ada sedikit bahasan dengan Glenn."

Tak tahu ada rencana obrolan rahasia, Glenn menatap Jayden dengan mata menyipit. Bukan jawaban yang Glenn dapat, tapi sebuah raut wajah serius. Seakan ada masalah.

Samantha dan Keana paham maksud ucapan Jayden. Lagipula, dua perempuan itu juga ingin berbicara banyak hal tentang perempuan secara pribadi. Keduanya bangkit dari duduk dan berpamitan pada semua orang yang ada di ruangan.

Setelah memastikan Shine benar-benar pergi bersama Samantha dan Keana, Glenn mengenyakkan diri di sofa. Kaki kanannya menyilang di kaki kiri. Menatap dua sahabatnya secara bergantian, menuntut penjelasan.

"Ada apa?" Glenn bertanya.

"Keana sungguh menjadi istrimu, Glenn? Pernikahan kalian tercatat di catatan sipil?"

Pertanyaan Jerald hanya dijawab anggukan oleh Glenn. Namun, ketika napas Jerald dan Jayden terhela panjang bersamaan, Glenn semakin bingung.

"Apa kau pernah bertemu ayah Keana?" tanya Jayden serius. Wajahnya terlihat tegang.

"Tidak. Aku bertemu dengan Keana setelah ayahnya meninggal. Aku sama sekali tidak tahu keluarganya."

"Dan kau kenapa bisa seceroboh itu? Kau sama sekali tidak menyelidiki Keana dan keluarganya? Oh, ayolah, itu bukan karakter dari Glenn Abhivandya. Glenn, kau sangat bodoh!" Jerald tampak berapi-api. Dia sangat resah entah untuk alasan apa.

Dicecar seperti itu, Glenn masih diam. Dia tak perlu merasa tahu keluarga Keana. Saat malam dirinya menyelamatkan perempuan itu, Glenn percaya Keana bukan orang yang harus dicurigai dan waspadai. Namun, entah mengapa sahabatnya tampak khawatir.

"Tenanglah, Jerald. Ada hal lain yang harus kita bahas."

Dahi Glenn mengerut karena perkataan Jayden. Apa lagi yang perlu dibahas? Apa sekarang mereka juga ingin tahu di mana Glenn dan Keana berbulan madu? Atau mereka ingin tahu bagaimana malam pertama pengantin tersebut?

Jerald tampak malas. Tubuhnya berbaring pada sofa panjang yang sebelumnya dia duduki. Menutup wajah dengan bantal kecil di sisinya. Memberi isyarat kalau dia sebenarnya tidak ingin dengar dan membiarkan Jayden yang bicara.

"Kalian membuatku bingung," keluh Glenn yang sebenarnya tidak sabaran.

Keana pasti sudah sampai di restoran dan sedang menunggu untuk makan bersama. Sementara Glenn? Dia masih terjebak di sini bersama dua laki-laki bertubuh atletis yang terlihat begitu perhatian pada kehidupan sahabatnya itu.

"Aku melihat nama Christie di beberapa pemberitaan online, Glenn. Dia ... kembali dan mulai terkenal."

"Oh."

Sekarang giliran Jayden yang mengerutkan kening. Bagaimana sahabatnya bisa sesantai ini mendengar nama perempuan yang pernah membuat Glenn sekarat?

"Glenn, kau sedang bercanda? Aku bilang Christie kembali."

"Aku sudah tahu, Jayden. Inikah yang kalian resahkan?"

Dengan penuh rasa tak percaya, Jerald bangkit dari baringnya. Matanya tertuju heran pada Glenn. Telinganya mungkin sudah rusak, hingga salah dengar kalau Glenn tidak marah mendengar nama Christie.

"Jangan katakan kalau kau yang membuatnya terkenal seperti itu, Glenn!"

Mendadak Jerald melotot. Tidak, tidak mungkin seperti ucapannya barusan. Dia tahu Glenn. Namun, melihat reaksi Glenn yang sedikit menarik bibir, membuat Jerald yakin kalau tebakannya tidak salah.

"Kau tidak waras, Glenn!" Jayden membentak.

Glenn bangkit dari duduk. Dimasukkannya kedua tangan ke saku celana, lalu berjalan ke jendela besar di depannya. Dia berdiri sembari menatap gedung-gedung pencakar langit yang tampak.

"Christie memang pernah membuatku tidak waras. Dan sekarang waktunya untuk membuat dia merasakan hal yang sama. Aku tidak mencarinya sama sekali dan kalian tahu itu. Dia yang lebih dulu mendatangiku. Jadi, kenapa tidak aku pergunakan saja kesempatan yang Christie beri?"

Mata Glenn terpejam. Mengingat Christie sama saja dengan memutar ulang masa-masa keterpurukan dirinya. Demi bumi dan isinya, Glenn tidak akan pernah memaafkan perempuan itu. Karena belum habis ingatan pahit yang dulu dia beri untuk Glenn dan sekarang ditambah dengan kebohongan besar.

"Kau menghabiskan banyak uang untuk Christie, Glenn. Kenapa kau harus merugi seperti itu?"

"Aku tidak merugi, Jayden. Aku membeli kesenanganku. Tunggu saja saat dia benar-benar hancur, sama seperti aku dulu."

Sekali lagi ada perih di hati Glenn, tapi cepat-cepat dia usir. Christie masa lalunya dan dia sekarang punya Keana yang dapat diandalkan. Glenn tak perlu terluka lagi.

"Kau bermain api, Glenn. Bagaimana kalau kau sendiri yang terbakar? Lalu Keana? Kau akan menjelaskan apa pada istrimu jika dia tahu tentang Christie?"

Tawa Glenn pecah. Jari kanannya kini menempel pada kaca. Bibirnya mengulas senyum saat mengingat Keana.

"Istriku tidak harus peduli omong kosong yang Christie katakan. Dan jika dia tahu siapa Christie, biarkan saja. Semua orang punya masa lalu, Jerald. Tapi sudah aku putuskan masa depanku bersamanya. Bersama Keana."

Jerald dan Jayden yang duduk berseberangan saling tatap. Mereka diam, mencoba memahami hati sahabatnya yang pernah hancur berkeping. Dan mereka memutuskan untuk bungkam. Tidak mau bicara lebih tentang Keana yang seharusnya Glenn ketahui.

"Hei, Glenn. Kau mencintainya? Atau jangan-jangan kau menikahinya hanya karena sisa saham itu?"

Pertanyaan Jerald membuat Glenn diam. Laki-laki itu pun belum tahu jelas tentang perasaannya pada Keana. Sayangkah? Cintakah? Atau hanya sekadar rasa tak penting?

"Jika kau memang mencintai dia, jangan permasalahkan apa pun tentang masa lalunya saat kalian belum bertemu."

Glenn tetap diam sembari meresapi kata-kata Jayden.

TBC

Yuhuuu. Jangan lupa dukungan buat author yang lagi honeymoon, ya. Wkwkwk.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro