Chanyeon's Question

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Diana belingsatan pergi setelah berhasil jujur pada Chanyeon.

Hei! Rasanya malu sekali setelah barusan ini!

Chanyeon sendiri malah mematung dengan linglung menerka kembali perkara kokonkretan informasi yang baru saja didapatkannya. Hingga sedetik kemudian, ia tergesa memanggil Diana.

"Anna!"

Diana mendengar panggilan itu, tapi memilih bebal, menuli. Langkah kakinya kukuh tergesa pergi dengan cemas. Ia berharap Chanyeon tidak ngeyel mencegat langkahnya secara paksa untuk kemudian bertatap muka lagi malam ini--sebab malu kebangetan.

Tetapi pengharapannya tak terijabkan.

Chanyeon gesit mengekorinya, berlari kecil memotong jalan.

Terpaksa, langkah kedua kaki Diana terhenti.

"Kenapa tetiba pergi? Bukankah aku belum mengatakan apa pun setelah kau jujur padaku, Anna?" tanya Chanyeon sembari menatap wajah Diana dalam remang pencahayaan yang ada.

Gesit, Diana menunduk dalam untuk menghindari tatapan mata sipit lelaki di hadapannya.

Mengamat laku Diana ini, Chanyeon tersenyum geli--mendapati kentara nian Diana sedang menanggung malu.

"Terima kasih telah memberi informasi sangat berharga untukku, Anna. Ini sangat membuatku senang. Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu, tapi ini sudah larut malam, jadi besok pagi saja," ungkap Chanyeon memilih mengalah.

Diana semakin dalam menunduk.

"Sekarang masuklah ke kamarmu, tidurlah dengan nyenyak. Selamat tidur dan bermimpilah indah, Anna," lanjut Chanyeon sembari menepuk bahu Diana.

Malas menjawab sepatah kata pun. Tanpa perlu menjeda lama, Diana langsung belingsatan pergi lagi dari Chanyeon, menuju kamarnya dengan masih menunduk dalam.

Bibir Chanyeon merekah lagi sembari punggung Diana yang semakin menjauh darinya.

Terlepas dari bahagia yang faktanya cintanya tidaklah bertepuk sebelah tangan, sikap Diana barusan itu cukup membuat hiburan tersendiri untuknya. Diana yang tengah menanggung malu seperti itu ternyata sangat imut, kontras nian dengan saat gadis itu merajuk rese' seperti biasanya.

Oh, Chanyeon ingin segera malam ini dipercepat, pasalnya besok pagi-pagi, ia ingin mengatakan sesuatu pada Diana. Semoga sikap Diana besok sudah kembali lagi seperti sebelumnya agar ia bisa enakan mengatakan sesuatu.

Sedangkan, beberapa saat kemudian Diana baru saja berhasil masuk kamar. Ia langsung menggubrakan tubuhnya secara asal ke kasur dengan posisi tengkurap. Jantungnya masih berdebar cepat, kedua pipinya pula masih memanas, napas pun menderu cepat--efek belingsatan melangkah.

Diana ber-huh lemah sejemang untuk kemudian mencopot selimut yang menutupi kepalanya, beringsut membenah memposisi telentang.

Menatap langit-langit. Mulai melamun.

Ada rasa plong memang setelah jujur pada Chanyeon, tetapi--huh!

MALU ADALAH RESIKO TERBESARNYA! Diana menjerit, menggema di relung batin.

Apa yang akan dilakukan besok? Diana melenguh lesu. Entahlah. Yang jelas besok dirinya harus tetap hidup dan bisa bersikap seperti biasanya--bukan menenggelamkan muka dalam-dalam lagi layaknya barusan.

Apa yang akan dikatakan Oppa besok pagi-pagi? Entahlah. Memikirkannya membuat jantungnya berdebar rancu lagi. Menerka perkara apa, apa, dan apa. Pada akhirnya, pikirannya tidak sampai menemukan jawaban dari perkara apa ini.

Diana membrengut, lalu membenahi letak tidurannya, meraih Piy untuk dipeluk, kemudian memejamkan netra untuk tidur setelah berdoa dalam hati.

***

Paginya, Chanyeon banyak merekahkan senyum saat bertemu dan saat diam-diam mencuri lihat Diana. Padahal, kenya Indonesia ini justru berlaku sebaliknya; kerap menghindari tatapan Chanyeon dan belum sekalipun senyum pada lelaki itu.

"Jika kau membuat kimchi bokkeumbap jangan kebanyakan minyak, Anna," cicit Chanyeon yang baru saja nimbrung ke dapur langsung dihadapkan dengan pemandangan Diana yang memasak salah aturan--terlalu banyak menuangkan minyak sayur ke wajan.

"Iya, aku tahu," sahut Diana sembari mengurangi kadar minyak di wajan; yang tak lain kebanyakan menuangkan minyak ini efek mendadak gugup Chanyeon datang--jadinya kebablasan tanpa takaran.

"Sudah lama kita tidak sarapan dengan kimchi bokkeumbap. Seperti tahu saja, jika aku sedang ingin sarapan dengan makanan itu pagi ini," ungkap Chanyeon sembari menatap wajah Diana dengan rambut cepol itu yang menunduk menatap wajan untuk menunggu minyak panas.

"Jangan-jangan, kau sekarang tahu isi pikirkanku ya, Anna?" ledeknya kemudian.

Itu berhasil membuat Diana berdecak dan tak sadar menimpali tatapan Chanyeon di depannya. "Ya!"

Chanyeon cengengesan senang.

Sesaat kemudian, minyak sayurnya sudah panas, Diana gesit menuangkan ham halal.

Omong-omong, kimchi bokkeumbap ini mirip nasi goreng di Indonesia, bedanya tidak menambahkan bawang merah dalam racikan bumbunya, minyak gorengnya juga kentara sedikit, dan mencampurkan minyak wijen juga, tak luput ditambah kimchi seperti namanya. Masih seperti nasi goreng Nusantara juga, kimchi bokkeumbap ini bisa divariasikan dengan ditambah sosis, daging, atau telur sesuai selera.

Dan untuk sarapan pagi ini, Diana memilih ham halal dan sosis sebagai variasi kimchi bokkeumbap dengan telur mata sapi.

Tak membutuhkan waktu lama, kimchi bokkeumbap atau nasi goreng kimchi ala Korea jadi.

Chanyeon girang untuk segera menyantapnya karena harumnya lezat sekali, tapi memilih bersabar menunggu Diana yang tengah ke kamarnya sebentar untuk berganti pakaian.

"Sudah kubilang kau tak usah menungguku, Oppa. Kau bisa memakannya selagi masih mengepul barusan," komentar Diana setelah sudah berpakaian rapi, bergabung di meja makan, menggeret kursi.

"Jika masih mengepul justru aku akan kesulitan memakannya, Anna," cicit Chanyeon yang sedari awal sibuk dengan ponsel, kini melirik ke arah Diana yang sudah duduk berhadapan dengannya.

Menjadi lupa, sejemang Chanyeon terpukau menatap furnitur wajah Diana kini dengan rambut tergerai dan mengebakan jepitan klip darinya. Pun, pasalnya dandanan Diana ini tampak lain dari biasanya.

"Kenapa kau belum memakannya? Nanti jika sudah dingin kurang enak," keluh Diana yang sudah berhasil menelan satu suap kimchi bokkeumbap, melirik mangkuk nasi lelaki itu masih berisi utuh.

Chanyeon tak acuh. Membisu. Lebih suka bergeming mengamat kenya Indonesia satu ini yang katanya juga mencintainya. Apalagi kini terang-terangan memakai jepit rambut klip darinya.

"Ya!" cicit Diana akhirnya ketika melirik mendapati laku Chanyeon itu yang seperti patung menatapnya.

"Jangan menatapku seperti itu! Riasanku aneh, ya?" selidik Diana mengomentari tatapan Chanyeon dan mendapati fakta akan riasannya yang tidak seperti biasa. Aih, ia mendadak pakau.

"Riasanmu tidak aneh. Seperti biasa, kau tetap cantik dan manis."

Sial! Kedua pipi Diana memanas.

"Aku suka gaya rias wajahmu yang seperti Ratu Cleopatra itu. Kedua matamu menjadi tampak lebih tegas dan kau sangat cocok dengan gaya itu," puji Chanyeon akan gaya riasan Diana yang ala Cleopatra; menambahkan gaya sayap tipis yang sedikit memanjang ke sudut luar kelopak mata dengan eyeliner spidol.

Diana tersenyum canggung. "Benarkah? Tapi sebenarnya aku tak begitu percaya diri dengan riasan ini, hanya saja ini adalah kemauan Eunji yang selalu menerorku akhir-akhir ini."

"Keinginan Eunji? Menerormu?" Sebelah alis Chanyeon terangkat.

"Hmm ...." Diana mengangguk pelan.  "Sahabatku satu ini terus menerorku agar berdandan seperti ini setelah aku pernah mengatakan; jika aku pantas dengan gaya ratu mesir dengan aksen sayap," jelasnya kemudian, berakhir membrengut.

"Sudah. Kenapa jadi nelangsa? Kau pantas berdandan seperti itu, Anna. Kau tetap cantik dan manis seperti biasa, apalagi dengan jepit rambut klip itu."

Huh! Diana tidak nyaman dengan omongan Chanyeon yang malah memujinya berlebihan, apalagi menautkan jepit rambut klip yang sedang dipakai. Memilih tersenyum kikuk untuk kemudian meneruskan sarapannya.

Sedangkan Chanyeon yang dari awal malah lupa akan kimchi bokkeumbap ini, mulai juga menyuapkan ke mulutnya sembari berpikir untuk mulai mengatakan satu hal tentang tindak lanjut perkara tadi malam.

"Anna ...." Akhirnya setelah sarapan habis, Chanyeon hendak mengatakan sesuatu itu.

"Hmm ....," sahut Diana setelah berhasil menenggak air putih.

"Aku mengatakan tadi malam, jika aku hendak mengatakan sesuatu di pagi ini, 'kan?" ujar Chanyeon.

Menyempatkan menaruh gelas ke meja, Diana baru menjawab singkat, "Oh, iya. Mwo?" Jantungnya mulai tidak bisa berkompromi dengan berdebar cepat. Aih, sebenarnya juga sedari bangun tidur malah, ia sudah menunggu akan hal ini, berharap cemas, menerka-nerka tidak jelas.

"Aku ingin bertanya kalau ...." Chanyeon mengambangkan ungkapannya. Wajah orientalnya mendadak mengaura cukup ragu.

Diana sendiri semakin deg-degan menunggu lelaki bersurai brunette di hadapannya menyempurnakan ucapan.

Tak bisa dipungkiri, Chanyeon gugup, ia menyempatkan berdehem untuk menyirnakan kegugupannya. Detik kemudian menuntaskan ungkapannya yang sedari semalam ia pikir-pikir panjang hingga tidak bisa tidur dengan nyenyak.

"Mendapati kejujuranmu tadi malam, jadi ... apakah kau mau menjadi kekasihku, Anna?" tanya Chanyeon itu. Sempurna sudah pengungkapan tanyanya.

Diana tergemap.

___________________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro