Someone's Face

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Diana kesal sekali dengan perasaannya, perihal kenapa ia bisa jatuh cinta pada sosok yang mustahil bisa digapainya.

Tapi perasaan mencintai seseorang adalah sebuah anugerah, 'kan? Seharusnya ia tidak boleh sekesal ini. Pula, bukankah hakikat cinta adalah untuk dicintai? Itu saja, selebihnya untuk bisa memiliki ialah bonus.

Oh, tentang apa yang pernah terkisah antara ayah dan ibunya juga sudah cukup menjadi sebuah pelajaran untuknya. Seharusnya memang ia tidak boleh mengharapkan lebih dari sekedar jatuh cinta saja, titik, tidak ada lanjutan lagi.

Diana jatuh cinta pada Chanyeon. Akhirnya setelah sekian lama ia tidak pernah jatuh cinta--setelah dulu saat SMA mencintai dalam diam kakak kelasnya--kini bisa jatuh lagi, kepada Si Happy Virus Palsu.

Mencintai dalam diam. Dengan cara satu inilah Diana mencinta seseorang dari dulu. Dan kini, sepertinya juga ia akan melakukan hal yang sama.

Diana mendengkus ke arah ponsel yang ditatapnya, tepatnya ponsel yang menampilkan foto-foto narsis Chanyeon di Instagram idola hallyu satu ini. Ia baru sadar, hampir satu jam ia melakukan hal sungguh bodoh, melakukan pekerjaan sia-sia, stalking Instagram Chanyeon.

Sembari beristighfar dalam benak, Diana menyudahi tindak bodohnya, menaruh ponselnya ke meja di depan. Menyambar kemasan banana milk, menyedotnya.

Setelah menghabiskan satu kemasan mungil banana milk, Diana memilih memasang headphone di kepalanya, memanjakan telinganya dengan mendengar musik lewat dua speaker yang kini menutup kedua lubang telinganya.

Huh, daripada kalut memikirkan seseorang yang tidak berbalik memikirkannya, lebih baik membaca novel yang sedari awal sudah dibawa; novel triologi The Hanger Games karya Suzanne Collins.

Akhirnya Diana membaca novel karya penulis Amerika itu yang seri pertama;
mengisahkan tentang petualangan awal Katniss Everdeen dan Peeta Mellark.

Sekalipun ia sudah melihat semua seri dalam film, tetapi menjamah versi bukunya jugalah tak kalah seru, karena bagaimana pun--biasanya--versi novel dan film mempunyai perbedaan yang cukup signifikan. Seperti dalam trilogi Divergent karya Veronica Roth, versi novel dan film-nya cukup banyak perubahan, salah satunya tentang Tris yang meninggal di akhir kisah dalam novel, tetapi tidak di film-nya.

Pun pada akhirnya, Diana lama-lama dengan membaca berpose rebahan di sofa, mengantuk juga. Memilih melepas headphone, perlahan-lahan tidur dengan sebagian muka ia tutup dengan novel yang masih dibukanya.

***

Chanyeon tidak jadi menginap di rumah Bae Hyun. Malah sebaliknya, Bae Hyun hendak menginap di rumah Chanyeon malam ini bersama Kyung Seo juga.

"Belinya yang halal, biar gadis ceria itu bisa ikut memakannya, Bae," ucap Kyung Seo pada Bae Hyun saat di perjalanan ke rumah Chanyeon.

"Gadis ceria? Siapa?" Bae Hyun yang duduk di samping jok Chanyeon yang tengah mengemudi mobil, bingung, melirik ke arah Kyung Seo lewat kaca spion dalam.

"Maksudmu Anna?" bass Chanyeon.

"Iya, Diana," jawab Kyung Seo sembari membenahi letak kaca mata bulat yang tengah dipakainya.

"Oh, baik. Aku malah lupa jika Chan masih menahan perempuan keberuntungannya di rumahnya," sahut Bae Hyun.

"Perempuan keberuntungan? Apa maksudnya? Apakah Chan benar-benar mendapat keberuntungan seperti yang dikatakan si paranormal?" Kening Kyung Seo mengkerut, antusias akan menimpali omongan Bae Hyun.

Bukan menjawab, Bae Hyun malah tertawa renyah. Sedangkan Chanyeon memilih tersenyum seraya tetap fokus ke arah jalan raya di malam kota Seoul ini.

"Kau sungguh mendapat keberuntungan setelah menahan Diana, Chan?" Tidak mendapat respon baik dari Bae Hyun, Kyung Seo beralih mencari jawab ke Chanyeon langsung.

"Tanya kepada Bae, sepertinya dia tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku," sahut Chanyeon.

Kyung Seo mendengkus. Bae Hyun tertawa renyah lagi.

"Aku tidak tahu, Kyung. Aku hanya menebak saja. Akhir-akhir ini Chan tampak lebih semringah dari biasanya. Dan kuamati, dia bersemangat sekali jika hendak pulang ke rumahnya," opini Bae Hyun sembari melengok ke arah Chanyeon.

Mendengar itu, Chanyeon tetap diam dengan bibir masih tersinggah senyum sembari tetap fokus dengan kemudinya. Kyung Seo mengikuti alur Bae Hyun, menatap Chanyeon dari arahnya.

"Kau menyukai Diana, Chan?" Sesaat kemudian, Kyung Seo menyelidik begitu.

Bae Hyun semakin antusias menatap Chanyeon yang masih membisu dengan menatap jalan. Ia juga penasaran akan itu dari beberapa hari ini.

Dengan keantusiasan dua temannya itu yang sedang menatapnya penuh ingin kepastian, Chanyeon justru semakin malas menjawab. Padahal, jika mereka peka, mereka sudah menemukan jawaban "iya" dari lengkungan bibirnya yang belum pudar ini. Lengkungan bibirnya yang mengisyarat jika ia memang tengah jatuh cinta pada gadis bawel itu.

"Sepertinya kau menyukai Diana, Chan. Apakah aku benar?" cicit Kyung Seo di ambang keambiguan.

Bae Hyun tumben kalem, memilih mengangguk setuju.

Kukuh untuk malas menjawab. Pula tujuan mereka membeli makanan halal pun sudah sampai. Chanyeon memilih menimpal hal lain sembari mengomando mobilnya menepi, "Kita sudah sampai. Mari membeli corn dog mozarella halal malam ini."

***

Malam belumlah usai, jutaan gemintang masih menghiasi hitamnya langit Seoul dengan apik.

Mereka bertiga akhirnya sampai di rumah Chanyeon dengan membawa jajanan corn dog mozarella beserta kentang goreng.

Chanyeon semangat membuka rumahnya, ingin segera memanggil Diana jika ia sudah pulang, tidak jadi menginap di rumah Bae Hyun, tapi ia engkan karena ada Kyung Seo dan Bae Hyun.

"Kau membeli lukisan baru untuk menghias ruang tamumu, Chan?" komentar Kyung Seo saat melintasi ruang tamu, mendapat lukisan abstrak yang belum pernah ia lihat saat terakhir kali berkunjung ke rumah Chanyeon.

"Iya, itu baru tiga hari yang lalu," jawab Chanyeon, menghentikan laju berjalannya sesaat dengan melengok ke arah Kyung Seo, kemudian berjalan lagi.

Sedangkan Kyung Seo masih menatap lukisan abstrak yang ada, diikuti Bae Hyun di sampingnya. Mengamat, menerka-nerka dalam pikiran masing-masing perihal maksud apa yang tersirat dalam lukisan abstrak itu.

Chanyeon sudah lebih jauh melangkah hingga ruang keluarga. Kyung Seo dan Bae Hyun masih kukuh mematung dengan netra menyimak lukisan abstrak.

Kedua kaki Chanyeon terhenti ketika radius 3 meter, nerta sipitnya menangkap Diana tengah tertidur di sofa. Memicing sesaat ke depan untuk memperjelas apa yang ia lihat jika sungguhkah benar gadis ras melayu itu tidur nyenyak sekali di sana.

Jawabannya ternyata benar, itu Diana,  siapa lagi. Dan itu berhasil membuat Chanyeon melangkah mendekat ke arah Diana itu untuk segera membangunkannya. Namun, alhasil ia malah termenung mengamat furnitur wajah Diana.

Sungguh menjadi lupa membangunkan, Chanyeon malah khidmat menyimak wajah Diana yang sebagian tertutup oleh tengkurapan novel--yang ia prediksi sedang dibaca Diana, lalu ketiduran.

"Anna ...," sebut Chanyeon dengan lembut setelah membungkuk untuk membangunkan. Tetapi suara rendahnya jelaslah tidak mempan membuat gadis di depannya itu bangun.

Chanyeon malah tersenyum, mendapati Diana ini nyenyak sekali tidurnya, pula tetap cantik. Menjadi teringat jepit rambut klip dengan renda membentuk telinga kelinci warna hitam yang ia dapatkan, sebuah hadiah dari bocah perempuan 10 tahun yang tadi sore ia bantu membereskan isi kantong belanjannya yang tumpah di jalan.

Segera Chanyeon merogoh saku jaket denim yang tengah dipakainya. Mengambil jepit rambut klip itu. Perlahan menjepitkannya ke sebagian rambut Diana dengan hati-hati.

Mengulas senyum setelah berhasil menjepitkan jepit rambut, ia menyempatkan melepas jaket denim, menyampirkannya pada tubuh Diana yang mengenakan piyama lengan pendek. Di detik kemudian, sebelah tangannya bergerak mengambil novel yang menutupi sebagian wajah Diana.

Tetapi, novel itu rupanya masih dipegang ujung sampulnya oleh sebelah tangan Diana, gerakan pengambilan Chanyeon itu mampu merangsang Diana untuk kembali ke alam sadar.

Hingga perlahan Diana tampak mengerjap, menemukan wajah samar yang tertangkap netra. Perlahan menjelas mendapati wajah familiar seorang lelaki yang tengah membungkuk ke arahnya, berhasil membuatnya membulatkan netra cokelat tua yang ia miliki, tersentak kaget di bangun tidur malam ini.

"Ya! Kau sedang apa?!"

_________________









Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro