G.S.K [Part 4]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Beberapa orang dengan celemek hitam terlihat berkumpul di sudut kafe. Terlihat ukiran putih dengan corak awan di celemek hitam tersebut, mereka terlihat serius mendengar cerita dari salah seorang dari mereka. 

Terlihat sekumpulan orang sedang berada di tengah kafe, sedang menyanyikan sebuah lagu. Live music  ini memecah kesunyian malam, menambah hingar bingar dalam kafe. Tidak terlalu banyak orang, beberapa menikmati kesendirian sembari mengotak-atik layar ponsel, ada juga yang menikmati waktu dengan berbicara dengan teman ataupun keluarga. Dari antara mereka, terlihat dua orang pria duduk di sudut kafe yang lain, pria yang satu terlihat termenung menatap layar ponsel, sementara yang satu lagi menikmati makanan yang tersedia.

"Kak? Masih mikirin kak Nayla?" tanya Nuki. Dia sudah membiarkan kakaknya mengambil waktu sendiri. Sejak mereka mengetahui kabar tentang Nayla, Zoey benar-benar tidak tenang dan penuh kegelisahan. Mereka bahkan hampir menabrak kendaraan lain, ataupun hampir menerobos lampu lalu lintas. Nuki tidak bisa memarahi kakaknya, yang bisa dilakukannya hanya berdoa semoga mereka tidak turut berakhir menjadi pasien di rumah sakit.

Tatapan matanya terlihat kosong, hanya menatap layar ponsel tetapi pikirannya tidak ada di sini. "Kak? Yakin nggak mau pesan minuman? Pesan snack mungkin. Mau mix max nano? Enak kayaknya. Kakak belum makan, kan?" tawar Nuki untuk kesekian kalinya.

"Hmm?" hanya ini respon yang keluar dari mulut Zoey. Jika bukan karena jam besuk yang sudah habis, Nuki yakin kakaknya masih memilih berada di rumah sakit. Mereka berakhir di kafe ini karena Nuki yang kelaparan, dia yakin Zoey pasti kelaparan juga, tapi dia sepertinya sudah kenyang dengan pikirannya saat ini.

"Kak, kakak butuh makan. Apalagi tadi kakak entah ketiduran, atau diberi obat tidur sama kak Nayla, kan? Ayolah, kakak mau maagh-nya kambuh lagi?" 

"Kenyang, Nuki. Kenyang," ujarnya pelan. Tidak terlihat semangat hidup darinya, benar-benar minim ekspresi. Zoey tidak seperti Zoey yang Nuki kenal.

"Kak, kenyang sama pikiran? Mau ngundang penyakit, nih, ceritanya?" sindir Nuki kesal. Kesabarannya setipis tisu dibagi empat, dia benar-benar ingin meninggalkan Zoey sendirian di sini sampai dia sadar dengan lingkungan sekitarnya, tapi dia tidak setega itu. Nuki masih membutuhkan Zoey, dia tidak bisa membayangkan menjalani kehidupan tanpa kakaknya ini. Meskipun dia terlihat menyebalkan dari dulu, sekarang dan selamanya.

"Kamu lihat Nayla tadi? Kenapa dia sampai pingsan? Kenapa ada luka sayatan di tangannya?" gumamnya pelan.

Nuki memandang dengan raut wajah serius, "Kita tunggu aja dari hasil investigasi polisi, sekalian nunggu kak Nayla siuman baru ditanyain keterangan korban. Mungkin aja ada bukti yang terlewat, sekarang yang penting adalah kak Nayla sudah dalam penanganan oleh tenaga kesehatan. Tenang, kak. Jangan bebanin diri kayak gitu, pikiran kakak kasihan, loh. Kebanyakan mikir itu malah jadi nggak baik. Kalau kakak lupa, tolong tetap sehat karena aku masih butuh kakak."

Mendengar itu membuat Zoey tersentak, debaran di dadanya tidak sekencang tadi. Dengan senyuman tipis, Zoey mengulurkan tangan menepuk pundak adik kecilnya, "Makasih udah diingatkan, Nuki."

"Anytime, kak. Oh iya, tadi siang kakak ada nanganin kasus ya?"

Zoey tertegun beberapa saat sebelum mengangguk, "Kamu tadi darimana?"

Dengan merengut, Nuki menyelesaikan kunyahan di mulutnya dulu sebelum menjawab. "Kan, kakak yang bilang pas aku telepon tadi siang. Katanya nanti hubungi lagi, ada yang masuk. Client. Gitu, kan?" 

"Hah? Masa, sih?" Zoey terlihat kebingungan, dia bertanya-tanya kapan kejadian itu terjadi, kenapa dia seperti melewatkan hal yang disebutkan adiknya tadi.

"Ih, serius. Tadi siang aku telepon karena ada pesanan makanan yang datang ke rumah, kukira kakak yang pesankan. Mau konfirmasi, takut aja itu orang iseng yang mau ngeracunin orang. Tahu sendiri, deh, ada aja orang yang punya niat jahat. Terus kakak bilang kayak tadi, jadi kubuang aja makanannya. Aku masih sayang nyawa, mending kelaparan sebentar sambil nunggu kakak pulang dan makan bareng. Jauh lebih aman," jelasnya panjang lebar.

Setelah beberapa saat, Zoey mengangguk-angguk. "Ah iya, itu kamu rupanya. Aku langsung bilang kayak tadi, nggak lihat siapa yang nelpon. Habis orangnya udah hampir sampai ke ruanganku, jadi ya gitu, deh. Namanya orang pelupa ya gini, harus diingatkan," ujarnya sambil tertawa.

Nuki menatapnya dengan wajah masam, "Yah, tahu sendiri, deh. Umur belum tua-tua amat juga udah pelupa. Dasar. Jadi, yang ngirim makanan beneran kak Zoey?" tanya Nuki memastikan.

"Nggak, Nuki. Kamu tahu sendiri kalau aku jarang pesankan kamu makanan. Pasti nyuruh kamu cari sendiri, kan? Ingat kakakmu ini pelit. Jadi, selalu berhati-hati. Orang bisa aja mengatasnamakan nama salah satu diantara kita atau keluarga kita yang lain. Jangan tertipu, harus pastikan dulu ke orang yang dipake namanya, oke?" nasehat Zoey panjang lebar. 

Nuki mengelus dadanya, "Ada bagusnya juga jadi orang yang curigaan dan nggak gampang percaya. Untung masih bisa jalan pikiranku, padahal udah kelaparan."

"Pinter, adik aku. Hati-hati ya, kita harus jaga satu sama lain dan jaga diri sendiri. Kamu juga berharga buat aku, adik aku satu-satunya. Aku juga belum bisa dan nggak mau hidup sendirian. Kalau ada perbuatanku yang buat Nuki kesal, tolong disampaikan. Jangan sampai ada perpecahan diantara kita. Harus saling dukung, seperti kata mama dan papa, ya?" lanjut Zoey sambil tersenyum lebar. 

"Pasti. Hal yang sama berlaku untuk kakak juga. Jangan main pergi jalan sendirian kalau lagi kalut atau kesal. Aku nggak suka di rumah nggak tenang mikirin kakak yang nggak kunjung pulang ke rumah. Pekerjaan kakak juga rawan bahaya, hati-hati dengan apa yang kakak bicarakan dan lakukan. Bisa, kan, kak?"

Zoey tertawa pelan, "Tentu saja. Ngomongin soal kasus. Kamu ingat kakak pernah bahas kasus lama yang berulang tiap bulan?"

Nuki merengut beberapa saat sebelum mengangguk, "Ingat, kak. Kenapa?"

"Nah, kasus itu datang lagi. Tapi, ada yang berbeda. Kali ini ada petunjuk lain, dan aku mau cek ke lokasi. Mungkin ini akan berbahaya kalau pergi sendirian. Seharusnya aku pergi sama Nayla, tapi kondisinya nggak memungkinkan. Kamu bisa temani aku cek ke lokasi besok?" 

"Bisa-bisa aja. Aku, kan, tinggal ngerjain skripsian aja. Udah selesai revisi, tinggal kirim email ke ketua program jurusan aja."

"Oke. Habis itu kita kunjungi Nayla lagi. Semoga ada perkembangan dan kabar baik dari dia," lanjut Zoey sambil menghela napas panjang.

Tepat ketika Zoey ingin mengambil makanan Zoey, terdengar teriakan dari dalam kafe. Sejak lima menit yang lalu live music sudah selesai, sehingga suasana kembali sunyi. Dengan adanya teriakan itu, kembali memecah keheningan dan menyisakan rasa penasaran bagi pendengarnya.

Zoey dan Nuki segera berdiri dan mendekat ke arah sumber suara. Tidak lupa menyimpan dompet dan ponsel di saku celana, tentu mereka tidak ingin kehilangan barang berharga yang penting untuk menopang kehidupan. 

-Bersambung-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro