Chapter 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

🍦 Selamat Membaca 🍦

~ Apa menurutmu es krim, permen, dan coklat adalah makanan yang manis? Tetapi bagiku, senyumanmu jauh lebih manis dari ketiga makanan tersebut.~

~ Rafaelnath Adeleon

***

Seperti biasa, pagi ini Elnath menjemput Chaca untuk pergi ke sekolah bersama. Elnath yang sudah siap dengan seragam lengkapnya, kini tengah duduk bersantai di ruang tamu, menunggu gadisnya itu selesai dengan kegiatan berdandannya.

"Cha ... udah belum?" panggil Elnath sembari menyisir rambutnya ke belakang dengan tangan.

"Sabar, El. Chaca masih pake parfum nih ... Chaca nggak mau nanti Elnath pingsan pas di deket Chaca!" teriak Chaca dari dalam kamarnya. Ucapan gadis mungil itu membuat Elnath terkekeh.

"Hahahah ... Chaca nggak mandi sekalipun, Elnath tetep betah kok di samping Chaca."

"Apa sih ... Elnath nyebelin deh," kesal Chaca, sambil memegangi pipinya yang mulai memanas karena malu. Pagi-pagi begini pemuda dengan paras tampan itu sudah sukses membuat dirinya melayang tinggi.

Setelah sepuluh menit berlalu, akhirnya Chaca keluar dari kamarnya dengan seragam SMA Garuda yang melekat sempurna di tubuh mungilnya.

"Yuk," ucap gadis itu sambil merapihkan sedikit poni di dahinya.

"Udah imut kok." Elnath mengacak kembali poni Chaca yang sudah tertata rapi menjadi kembali berantakan. Membuat gadis yang ada di hadapanya itu cemberut dan menggembungkan pipi tembamnya.

"Ih ... Elnath nakal. Rusak nih poni Chaca!"

"Hahahah ... Iya-iya, Cha. Maaf deh." Elnath masih terkekeh, ia senang sekali mengusili gadis imutnya itu. Gadis yang selalu membuat dirinya tersenyum.

"Udah ah, yuk berangkat," ucap Elnath yang langsung diangguki oleh Chaca.

Elnath melongo ketika melihat Chaca yang sudah nyelonong duluan. Sepertinya Chaca melupakan sesuatu.

"Cha ... Elnath nggak digandeng nih?" Elnath mengerucutkan bibirnya. Chaca langsung menoleh dan berlari kembali menuju Elnath, kemudian memeluknya sekilas.

"Hehe ... lupa," ucapnya sambil nyengir, membuatnya terlihat sangat manis.

Chaca mengaitkan lengan kanannya di lengan kiri milik Elnath.

"Udah, 'kan? Yuk, berangkat." Chaca tersenyum menatap Elnath. Kemudian diangguki oleh pemuda itu.

Entah mengapa, Elnath selalu nyaman berada di samping gadis yang satu ini, gadis yang mampu membuat hari-harinya selalu penuh warna, setelah kejadian dua tahun yang lalu.

Flashback on.

Awan semakin gelap, suara guntur saling bersahutan di atas sana. Namun, Elnath masih duduk di bawah pohon yang berada di pinggir jalan dengan pikiran yang kacau. Setelah pulang dari pemakaman, ia tak berniat untuk kembali ke rumah. Tubuhnya lemas dan matanya sembab akibat menangis.

"Ma, kenapa mama tinggalin Elnath secepat ini?" Ia menyeka air mata yang menetes dari pelupuk matanya.

"Ini semua salah ayah, Elnath benci sama ayah." Pemuda itu bergeming sendiri. Elnath tak habis pikir, bahkan di saat pemakaman sang mama. Ayahnya lebih memilih pergi dari rumah dan bermain dengan wanita lain.

Rafaelnath Adeleon kini sedang merasa kesepian, setelah wanita yang selalu ada di sampingnya pergi untuk selamanya. Hidup dengan dikelilingi harta tidak membuat Elnath merasa senang, apabila harus bersama lelaki yang tak punya hati dan mementingkan diri sendiri.

Elnath menundukan kepala, menjadikan kedua lututnya sebagai tumpuan dan menyembunyikan wajah murung itu di balik tangan yang ia lipat, ia benar-benar tak ingin pulang. Ia tak ingin melihat lelaki yang selalu menyakiti hati maupun fisik mamanya.

"Kamu nangis?"

Elnath mendongak dan menatap ke arah gadis yang sempat mengejutkannya.

"Bukan urusan lo," ketusnya lalu memalingkan wajah. Gadis itu mengambil tempat di sebelah Elnath.

"Cowok kok nangis, cowok itu seharusnya kuat, jadi jagoan," ucap gadis lugu itu sambil menjilati es krim yang berada di genggamannya. Elnath tetap diam tidak merespon.

"Kenalin, nama aku Chaca, kamu siapa?" Chaca mengulurkan tangannya kepada Elnath.

Elnath tetap tidak peduli, membuat Chaca menarik kembali uluran tangannya.

"Kayaknya kamu lagi sedih, kamu mau es krim?" ucap Chaca lagi. Membuat Elnath kesal karena menurutnya gadis itu terlalu cerewet.

"Lo bisa diem gak sih! Pergi sana!" bentaknya tanpa melihat ke arah Chaca.

Seketika suara gadis itu tak terdengar lagi. Elnath berpikir bahwa gadis itu telah pergi setelah ia membentaknya.

Ternyata Elnath salah, suara yang sejak tadi mengganggunya kini berubah menjadi isakkan.

Elnath menoleh, ia mendapati gadis yang mengganggunya kini tengah terisak. Ia mengernyit bingung.

"Lo ngapain pake nangis?" tanyanya dengan nada tetap dingin.

Bukanya menjawab, Chaca menangis semakin kencang. Membuat orang-orang yang berada di sekitar mereka menatap Elnath tajam.

"Huft, merepotkan." Elnath memutar bola matanya malas. Dengan ragu-ragu ia mengusap punggung gadis itu.

"Iya-iya sorry, gitu doang nangis." Chaca tak kunjung berhenti menangis, Elnath dibuat bingung sendiri.

"Lo mau apa biar berhenti nangis?" Chaca mendongak dan menatap Elnath. Ia menghapus sisa air mata yang mengalir di pipi tembamnya.

"Es krim," jawab Chaca dengan polosnya, sedangkan Elnath menghembuskan napasnya kasar.

"Huft." Elnath mendengus kesal, kemudian beranjak dari duduknya.

"Mau ke mana?" tanya Chaca.

"Beliin lo es krim," jawabnya datar. Chaca langsung tersenyum mendengar itu.

Flashback off.

Dulu memang Elnath selalu cuek terhadap Chaca. Namun, lama kelamaan ia dibuat luluh dengan sikap Chaca yang sangat manja dan seperti anak kecil. Hatinya menghangat ketika melihat gadis itu tertawa dan tersenyum. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk bersama seorang Morisscha Auzee, meminta gadis itu untuk menjadi kekasihnya dan berjanji akan selalu menyayangi Chaca dan melindunginya.

Bahkan sampai saat ini perasaan Elnath terhadap Chaca tidak pernah berubah, bahkan perasaan dalam dirinya semakin dalam dan semakin sayang pada gadis itu, setiap hari ia tak pernah berhenti untuk jatuh cinta kepada Chaca.

🍦🍦🍦

Elnath dan Chaca kini sudah berada di depan kelas 11 IPS 2, ruang kelas Chaca. Kelas Chaca berada jauh dari kelas Elnath. Klelas Elnath adalah kelas 12 IPA 1 yang berada di lantai tiga. Elnath dan Chaca tidak satu angkatan, mereka berselisih satu tahun.

"Udah sana masuk, belajar yang pinter ya, Bayi ku, ututu…." Elnath mengacak rambut Chaca gemas sambil tersenyum. Chaca mengangguk dan ikut tersenyum, membuat matanya menjadi sipit.

"Udah-udah, kalau pacaran ntar lagi, sekolah dulu yang bener," sahut Berlin sambil bersedekap tangan.

"Apaan sih, Ber. Ganggu aja deh." kesal Chaca karena sahabatnya itu merusak suasana.

"Bang El, udah sana masuk ke kelas lo, Bayi lo gak akan ngompol juga keles," ejek Sandrina sambil tertawa. Bukanya kesal, Elnath malah ikut tertawa. Ia sudah biasa jika Berlin dan Sandrina mengolok dirinya karena lebay, mereka terbilang cukup akrab karena status Sandrina dan Berlin adalah sahabat Chaca, bahkan mereka biasa memanggil Elnath dengan panggilan 'Bang'.

"Yaudah, gue naik dulu, jagain nih Bayi gue," titahnya pada Sandrina dan Berlin.

"Elnath apaan sih! Chaca bukan bayi!" teriak Chaca pada Elnath yang sudah melangkah pergi. Chaca mengerucutkan bibirnya, ia kesal jika dipanggil bayi di depan sahabatnya. Belum lagi sahabatnya itu jahil-jahil, Mereka sangat suka menggoda dirinya.

"Ulu-ulu ... bayinya ci Elnath ngambek," goda Sandrina sambil mencubit kedua pipi Chaca gemas.

"Kalian bertiga nyebelin!" Chaca masuk ke dalam kelas sambil menghentak-hentakkan kakinya seperti anak TK. Membuat Berlin dan Sandrina semakin tertawa, lalu menyusul Chaca ke dalam kelas.

🍦🍦🍦

"Cha ... kantin, yuk," ajak Sandrina.

"Iya, mumpung masih sepi nih," timpal Berlin. Kelas mereka memang selesai lebih awal, karena Bu Susi guru bahasa indonesia mereka sedang ada urusan mendadak.

"Kalian duluan aja deh, Chaca mau ke kelas Elnath dulu," jawab Chaca sambil merapihkan buku-bukunya.

"Yaudah deh. Tapi, ntar langsung nyusul ya, gue keburu laper nih. Malas antri."

"Iya, San." Sandrina dan Berlin langsung melenggang pergi ke kantin menyisakan Chaca di dalam kelas bersama beberapa teman lain yang juga masih di dalam.

Chaca berjalan santai menyusuri koridor dan menaiki beberapa anak tangga. Seperti biasa, ia akan makan siang bersama Elnath dan kedua sahabatnya di kantin. Chaca sesekali tersenyum ketika beberapa teman lain yang berpapasan menyapanya. Chaca memang anak yang baik hati dan lugu, ia juga murah senyum, sehingga sangat mudah untuk mendapat teman.

🍦🍦🍦

"El ... jadi nanti aku tinggal bilang sama anak-anak buat nyusun laporannya, 'kan?" tanya Aurel sambil duduk di sebelah Elnath, dengan jarak yang dapat dibilang sangat dekat.

"Iya ... gue udah tulis poin-poinnya, ntar biar anak-anak aja yang susun, terus lo yang print," jawab Elnath sambil tetap fokus kepada catatannya.

"Oh ... iya, ini biar aku aja yang ker--"

"Eh, Maaf, El. Maaf." Bolpoin dan catatan Elnath terjatuh ketika Aurel mendadak ingin mengambil alih catatan ditangannya.

Spontan Aurel langsung berjongkok untuk mengambil kertas-kertas itu dan langsung dibantu oleh Elnath.

Jarak keduanya cukup dekat, mereka sempat bertatapan sekilas. Namun, Elnath segera mengalihkan pandangan, membuat Aurel mendengus kesal.

"Maaf ya, El. Aku nggak sengaja," ucap Aurel merasa bersalah.

"Iya, gapapa kok, lagian santai aja kali, panggilnya juga lo gue aja, nggak usah aku kamu, tegang banget." Elnath bangkit setelah selesai memunguti beberapa kertas yang berserakan di lantai. Tanpa sengaja, Aurel juga bangkit di waktu yang bersamaan, membuat kepala mereka berdua terbentur satu sama lain.

"Awh .... " Aurel meringis kesakitan.

"Eh, maaf, gue nggak sengaja, Rel." Elnath langsung mengelus jidat Aurel, membuat si empunya diam-diam tersenyum menatap Elnath.

"Masih sakit nggak?" tanya Elnath dengan raut wajah khawatir.

"Udah enggak kok, makasih ya."

"Seriusan udah gapapa?"

"Iya, Elnath," jawab Aurel disusul tawa. Membuat Elnath ikut tertawa juga.

Tanpa mereka berdua sadari, gadis mungil yang berada di ambang pintu itu terus memperhatikan interaksi keduanya.

~~

Hai hai semua👋😀.
Ketemu lagi sama aku yang imut, tapi boong.
Gimana? Suka gak sama ceritanya? Jangan lupa dukung lewat vote dan koment yah.
Semoga suka😊
See u on next Chapter 👋🤗

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp