Chapter 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


🍦 Selamat Membaca 🍦

~ Kamu tau apa yang membuatku jatuh cinta padamu? Jawabannya, karena itu kamu. ~


~ Morisscha Auzee.


***

"Elnath," panggil Chaca dari ambang pintu, ia menatap Aurel sekilas dengan tatapan tak suka.

Elnath dan Aurel sontak menoleh ke sumber suara, pemuda Itu tersenyum ketika ia melihat yang memanggilnya adalah Chaca.

"Kamu tumben istirahat duluan, Cha?" tanya Elnath ramah pada Chaca. Namun, gadis itu hanya cemberut tanpa berniat menjawab pertanyaan Elnath.

Elnath tau apa yang ada di pikiran gadis itu, ia melangkahkan kakinya mendekati Chaca, lalu mencubit pipi tembamnya dengan gemas.

"Ututu … pacal Elnath ngambek nih."

Pacar?, batin Aurel.

"Udah jangan ngambek, ini temen kelompok aku kok, Aurel namanya." Elnath menjelaskan, seolah dapat membaca pikiran Chaca. Aurel yang merasa namanya disebut melemparkan senyuman manis ke arah Chaca.

"Hai, aku Aurel. El, ini pacar lo, ya? Imut banget sih," puji Aurel dengan ramah. Tetapi Chaca masih memasang mimik tidak bersahabatnya.

"Iya pacar gue, bakalan jadi istri juga,  hahahah." Elnath tertawa garing.

"Elnath apaan sih, ayuk ah ke kantin, Chaca laper nih," rengek Chaca manja.

"Iya-iya Chacayangku."

"Elnath lebay deh."

"Oh iya, Rel. Gue sama Chaca duluan ya, lo mau bareng kita sekalian nggak?" tawar Elnath. Chaca spontan mencubit lengan Elnath sambil melotot ketika mendengar tawaran Elnath pada Aurel barusan.

"Enggak deh, El. Liat tuh, pacar kamu udah cemberut gitu." Aurel tertawa melihat ekspresi Chaca yang lucu karena kesal.

Elnath melirik gadisnya sekilas, Chaca memang terlihat sangat kesal.

"Em … yaudah deh, gue duluan, bye," ucapnya.

"Takut ada macan marah," sambung Elnath dengan nada sedikit berbisik. Tetapi masih dapat ditangkap oleh telinga Chaca.

"Elnath!" Chaca menginjak kaki Elnath kesal.

"Aduh-duh, ampun tuan putri." Elnath malah cengengesan tidak jelas, kemudian ia mengalungkan lengan kanannya di pundak Chaca, mereka berdua berjalan seperti itu hingga kantin. Elnath merangkul Chaca, sesekali ia mengacak rambut gadis itu, membuat sang pemilik semakin kesal.

Elnath udah punya pacar? Kok gue gak tau ya. Ah, mungkin gue yang terlalu sibuk sama tugas sekolah sampai nggak kerasa kalau Elnath udah jauh banget sama gue. Batin Aurel, menatap kepergian Elnath dan Chaca.

🍦🍦🍦

"Wey, lama banget lu munaroh!"

"Kalem napa, San. Jadi cewek jangan galak-galak, ntar nggak laku, mampus lo," ejek Elnath kepada Sandrina yang sedang mengunyah bakso.

"Sekate-kate lu, Bang!" Sandrina melotot tidak terima.

"Lah, kenapa ni bocah mukanya ditekuk? Lo apain, Bang?" tanya Berlin menyelidik, sambil menodongkan garpu yang masih ada baksonya kepada Elnath.

"Oh ini, dia tuh cem-bu-ru," jawab Elnath sambil menekankan setiap katanya untuk menggoda Chaca.

Chaca yang semakin kesal langsung berdiri dan meninggalkan mereka bertiga.

"Mampus lo, Chaca ngambek," ejek Sandrina seraya meneguk jusnya dengan santai membalas Elnath.

"Lah, Cha. Kemana?" tanya Berlin, yang bingung dengan Chaca yang tiba-tiba bangkit dari kursi.

"Toilet," jawab Chaca datar.

"Tapi, Cha—"

"Apa lagi sih, Ber? Chaca lagi kesel nih!"

"Toiletnya itu di sebelah sana, Cha." Berlin menunjuk arah yang berlawanan dengan Chaca.

Chaca merasa kikuk dan malu, niatnya ingin ngambek malah salah kaprah. Ia segera membalikkan badannya dan berlari ke arah toilet dengan terburu-buru.


Bruk….

Byur….

"Gimana sih, lo! Jalan tuh selain pake kaki, mata juga dipake!" bentak seorang gadis bertampang galak dengan seragam yang acak-acakan kepada Chaca, sambil membersihkan roknya yang kotor akibat terkena kuah soto miliknya yang tumpah karena ulah Chaca.

"Maaf, Chaca gak sengaja, sini biar Chaca bersihin." Chaca merasa bersalah dan segera mengelap rok gadis di depannya dengan tissue yang berada di meja kantin.

"Gak usah!" bentak gadis itu menepis tangan Chaca kasar. Chaca sudah tertunduk takut, ia paling anti dengan namanya dibentak.

"Ma-maaf," lirih Chaca.

Tak berselang lama, ia merasakan tangan yang biasa membuat ia nyaman, kini merangkul tubuhnya.

"Masalah lo apa sih, Ra? Chaca kan udah minta maaf sama lo!" Mata Elnath menyorot tajam pada Aura.

"K-Kak Elnath." Aura mendadak bungkam ketika berhadapan dengan Elnath.

"Soto itu biar gue yang ganti, dan lo nggak usah bentak Chaca lagi, dia udah minta maaf." Elnath hendak mengambil uang, tetapi dicegah oleh Aura.

"Nggak usah, Kak. Biar gue beli lagi aja." Setelah mengatakan itu, Aura langsung pergi dari hadapan Elnath dan sempat memberikan pelototan tajam kepada Chaca. Ia tak mau hanya dengan masalah ini, misinya untuk mendapatkan Elnath jadi gagal.

"Udah, Cha. Nggak usah takut." Berlin mengelus pundak Chaca.

"Udah yuk, mau aku beliin es krim?" tawar Elnath. Chaca mengangguk sambil tersenyum, mengiyakan tawaran Elnath.

"Nah, gitu dong."

🍦🍦🍦

Bel pulang sekolah berbunyi sekitar lima menit yang lalu. Kini Chaca dan teman-temannya tengah mengemasi barang mereka dan bersiap untuk pulang.

"Duluan ya, Cha," ucap Berlin sambil melambaikan tangannya.

"Iya, Ber. Papay." Chaca juga melambaikan tangannya kepada Berlin dan Sandrina, sambil tersenyum.

"Papay," balas Sandrina dan Berlin kompak.

Chaca berjalan menuju parkiran sendirian, ia menyandarkan tubuhnya di mobil milik Elnath, sembari memainkan jarinya karena bosan.

Satu per satu kendaraan milik temannya mulai menghilang. Parkiran semakin sepi, sesekali Chaca melirik arlojinya, sudah cukup lama ia menunggu, tapi Elnath tak kunjung datang.

"Elnath mana sih, kok tumben lama banget." Chaca menyeka keringat yang mulai mengalir di dahinya. Ia mulai lelah menunggu, sudah sekitar 15 menit ia berdiri di sana. Namun, Elnath tak muncul juga.

"Chaca samperin ke kelasnya aja deh."

Ia melangkahkan kakinya, menaiki beberapa anak tangga untuk sampai di lantai tiga. Sekolah sudah lumayan sepi, walaupun masih ada beberapa anak yang tinggal untuk kerja kelompok ataupun ekstra.

Ketika berada di lorong lantai tiga dekat kelas Elnath. Chaca mendengar suara seseorang sedang berdebat, beberapa suara itu tampak tak asing di telinga Chaca. Chaca berjalan mendekat, agar dapat mendengar suara itu dengan jelas.

"Tapi, Kak. Aku udah lama suka sama Kakak!"

"Walaupun lo suka sama gue, gue tetep gak ada perasaan apa-apa sama lo, Ra. Lo itu cantik, dan masih banyak cowok yang suka sama lo."

Chaca terkejut ketika mendengar bahwa itu suara Elnath. Ia memilih bersembunyi di ruang kelas yang sudah kosong. Ia tau siapa pemilik suara yang sedang berhadapan dengan Elnath.

"Tapi gue maunya sama Kakak! Atau … ada cewek lain yang Kakak suka?"

Elnath diam tidak menjawab. Sedangkan mahkluk kecil di balik tembok itu sudah deg-degan sendiri menanti jawaban dari Elnath.

"Dia udah punya pacar, Ra!"

Satu suara lagi tertangkap di pendengaran Chaca.

"Hah? Pacar? Siapa? Emang dia lebih baik dari gue, Kak? Mendingan putusin dia! Kakak lebih pantas sama gue!" Mendengar itu Chaca sudah tak tahan lagi, ia memutuskan untuk menghampiri Elnath walau dengan perasaan takut-takut. Karena yang sedang bersama Elnath saat ini adalah Aura, gadis yang terkenal galak di angkatannya dan juga yang membentaknya di kantin tadi.

"Cha …," panggil Elnath yang menyadari keberadaan Chaca. Aura mengernyit bingung memandang ke arah Chaca. Ini 'kan cewek yang nabrak gue tadi, batinnya.

"Heh Cupu! Ngapain lo ke sini?" Aura menatap Chaca tajam, seperti hendak memakannya hidup-hidup.

"Jangan panggil Chaca cupu!" bentak Elnath sambil menarik Chaca agar lebih dekat dengannya. Aura tersentak kaget ketika Elnath membentaknya. Ia heran ketika Elnath marah ketika ia mengatai Chaca dengan julukan Cupu. Sewaktu di kantin, Elnath juga membela Chaca.

"Emang kenapa sih, Kak? Dia 'kan emang Cupu," ucapnya sambil memandangi penampilan Chaca dari atas sampai bawah.

"Dek, dia itu pacar Elnath," jelas Aurel pada adiknya, ketika menyadari Elnath yang mulai tersulut emosi karena ucapan Aura.

"Udah, kamu jangan ngejar Elnath lagi, dia udah punya Chaca," sambung Aurel. Sedangkan Aura langsung menatap Chaca dengan tatapan penuh kebecian.

Matanya menyorot tajam, sedangkan yang ditatap hanya menunduk dan bersembunyi dibalik tubuh Elnath, sambil meremas lengan baju milik pemuda itu karena takut.

"Jadi si Cupu ini pacar Kak Elnath? Cih, apa yang menarik sih dari dia? Sampai Kakak lebih pilih dia dari pada gue," ucap Aura berjalan mendekati Chaca sambil bersedekap tangan.

Elnath sudah tak tahan lagi, ia tak terima jika gadisnya dihina seperti itu. Ia tau, saat ini Chaca pasti ketakutan.

"Gue dari tadi udah sabar ngeladenin lo, Ra. Tapi kayaknya percuma gue ngomong baik sama lo. Kita pergi aja, Cha," ucap Elnath datar lalu menggandeng tangan Chaca untuk pergi dari tempat itu.

"Dengar ini, gue bakalan rebut Kak Elnath dari lo," bisik Aura tepat di telinga Chaca, sebelum Elnath menarik Chaca pergi.

Aura memandang kepergian Elnath dan Chaca dengan kesal. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat, menggertakkan gigi gerahamnya hingga terderngar bunyi gemeletuk di dalam sana. Matanya memicing dan bibirnya tersungging hingga membentuk senyuman yang sulit diartikan, tiba-tiba sebuah ide melintas di pikirannya.

"Tunggu aja, Cha. Gue bakal lakuin sesuatu buat lo," gumam Aura.

Aurel hanya bisa diam melihat tingkah adiknya yang terlihat sangat terobsesi dengan teman sekelasnya itu.

~
Jangan lupa dukung aku dengan vote dan komen ya🤗
See u on next Chapter👋😉

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp