Chapter 47

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[I Catch You]
=========

"Ingatkan saya jika saya sedang bentak kamu saat kalap."

"Just say--- don't be mad, honey"

***


Hani's POV
At Chanyeol's Home
Itu yang dikatakan Chanyeol saat dulu aku frustasi menghadapi dia yang suka kalap tiap saat.

Dan dengan entengnya, dia menyarakanku untuk mengatakan hal menyek-menyek seperti itu untuk menyadarkan dirinya.

Demi apapun itu, aku mencoba untuk mengikuti sarannya kali ini. Dan di sinilah aku, berada di ruang kerjanya di rumah dan duduk saling berhadapan.

"Ehem! Sori ya aku ngak bakal panggil kamu bos soalnya kita lagi di luar kantor juga, kan?", aku dengan wajah memerah melirik ke arahnya.

Bagaimana tidak blushing saat ia menatapku tak lepas mulai dari wujudku muncul di depan pintun hingga berhasil memposisikan diri duduk di atas kursi di hadapannya.

Namun diajak bicara dari tadi, Chanyeol sama sekali tidak menanggapi.

Kebangetan memang kalau punya cowok yang moodnya labil banget kayak si Chanyeol.

"Ngapain kemari? Dan tolong! Jangan hubungi saya untuk saat ini", Chanyeol akhirnya bersuara.

"Ini pacar kamu, loh. Kamu ngak lagi amnesia, kan? Siapa sih yang nyatakan cinta ke aku waktu itu?", kesal kan lihat pacar sendiri ngusir secara gak langsung.

"Saya lagi ada masalah dan kamu sebaiknya tidak ikut campur"

"Chanyeol. Kita ini sedang ada dalam satu hubungan. Hubungan ini membolehkan kita untuk saling berbagi baik itu kebahagian maupun kesulitan. Lagipula masalah kamu itu, dari awal sudah melibatkan aku, lho."

"Awalnya saya ingin kamu terlibat. Tapi sekarang tidak. Saat saya sadar seberapa pentingnya kamu buat saya. Dan keterlibatan kamu hanya akan mengacaukan semuanya."

Eleh! Eleh! Bisa juga ya gue serasa penting banget gitu.

"I know, honey", aku berlari kecil menghampiri si wajah dingin dan memeluknya dari belakang.

Dia yang kupeluk hanya diam sesaat hingga tangan kanannya mengetok kepalaku yang tengah bertengger di sisi kanan bahunya.

"Ouch! Sakit tahu. Apaan sih main ketok ketok kepala orang sembarangan. Kenapa gak dielus elus kek", aku melepaskan pelukanku.

Chanyeol berbalik dan mencubit ujung hidungku gemas. Bukannya kesakitan aku justru dibuat heran karena dia melakukannya tanpa ekspresi.

"Apa ini caranya bersikap romantis? Biasanya juga dia senyum senyum dulu sambil ngerayu"

"Han, stop. Jangan lakukan hal aneh seperti barusan!", Chanyeol melepaskan cubitannya dan menatapku kemudian.

"Han?"

"Apa?"

"Jika saya tidak sebaik yang kamu pikir, apa kita masih bisa tetap bersama?"

"Kamu galak, dingin, kayak beruang kutub dan penuh dengan sifat buruk, tapi aku masih bertahan kan?"

Kami terdiam sesaat. Dia menyentuh wajahku seraya tersenyum, "Maaf, lagi-lagi saya menghindari kamu. Han, sebaiknya mulai sekarang tutup telinga kamu dan hanya dengarkan suara saya. Tutup matamu dan tolong tatap hanya sosok di depan kamu saat ini. Ke depannya hubungan kita akan semakin rumit."

Chanyeol kembali terdiam. Raut wajahnya sedikit memerah. Dan dengan mata sendunya ia menatap ke depan, "Saya akan berusaha untuk menjaga hubungan kita entah itu artinya saya harus menghindari kamu atau bahkan melepas. Dan pilihan terbaiknya saat ini adalah melepas."

Air mataku seketika jatuh begitu saja. Chanyeol menyapu butiran air itu sambil terus menangkup kedua tangannya di wajahku. Entah kenapa aku tidak rela mendengar perkataan itu darinya.

"Mulai sekarang, tinggalkan saya, Han. Kamu lebih baik sendiri saat ini"

"Maksud kamu apa? Kenapa harus ninggalin kamu?"

"Kita break, Hani"

.
.
.

Aku menengadahkan wajah menatap langit biru. Mataku masih sembab karena memikirkan perkataan Chanyeol sejam yang lalu. Dan kini, aku menginjakan kaki di halaman rumah. Tanganku meraih pagar kecil ini namun tak sedikitpun berniat untuk membukanya.

Jika aku mengikuti perasaan ini, jika aku bertindak sangat egois, mungkin sekarang aku akan berlari menemui Chanyeol. Menangis dan memohon untuk tidak mengakhiri hubungan kami secara sepihak seperti ini. Namun akal sehatku melarangnya. Aku berpikir jernih untuk bisa menemukan jalan pikirannya yang ambigu.

"Masuk?", Ray berdiri di depanku, menahan pintu pagar yang terbuka lebar sekarang.

Aku menggangguk dan mengikuti langkahnya dari belakang. Dia hanya diam dan sama sekali tidak bertanya tentang keadaanku yang jujur sangat berantakan saat ini. Langkahnya terhenti di ruang tengah dan otomatis langkahku juga ikut terhenti tepat di belakangya. Aku menengok dari belakang punggung Ray, hingga mendapati dua sosok tengah ikut terhenti di depan kami.

Noel dan--- Minho.

"Han, lo masuk kamar gih sana!", Ray berbalik ke belakang dan mendorong tubuhku, mengusir secara paksa.

Aku melihat Minho melirik sekilas ke arahku. Lalu mereka berdua menatap ngeri ke arah Ray.

"Kita bertiga harus bicara", aku masih bisa mendengar suara Ray, "Sekarang", tidak ada suara lagi setelahnya.

***

-tbc-

C.U 7:17

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro